Sore Kemarin Aku Bertemu Rekan Kerja Lama Di Tempat Yang Lama. Kami Tidak Begitu Dekat, Tapi Saat Membicarakan

Sore kemarin aku bertemu rekan kerja lama di tempat yang lama. Kami tidak begitu dekat, tapi saat membicarakan pekerjaan, kami bisa nyambung satu sama lain. itu karena aku dan dengannya punya permasalahan yang sama. Aku mengerti posisinya dan dia mengerti posisiku.

semester ini, dia ingin mengikuti jejakku. dia juga ingin resign di lembaga tempat kami ( aku dulu ) bekerja. tapi pemicu resign dia dan aku berbeda.

Aku resign karena alasan idealisme lembaga berbeda dengan yang ku anut, sedangkan dia sudah gerah dengan gaya kepemimpinan kepala cabang beserta keluarganya.

''aku takut, semakin lama aku di tempat itu, aku berubah menjadi orang yang jahat, aku takut jadi sosok paling antagonis disana. karena aku tidak bisa berhenti merendahkan dia. perlakuan dan perkataannya yang ku saksikan setiap hari membuatku tidak bisa membendung itu''

aku hanya mengutip bahasa yang terdengar sopan, cacian-cacian dia yang lain biarlah aku keep sendiri.

Aku tidak tercengang melihat sisi dia yang mengerikan seperti itu, karena aku sudah pernah bermasalah dengan dia. Tapi akhirnya dia mengajak aku bertemu dan menyelesaikan kesalahpamahan kami dengan cara baik-baik dan dari hati ke hati.

Dia orang yang sangat peka dan sensitif. Dia sosok pengamat. Sedikit saja hal-hal yang terjadi yang tidak sesuai dengan standar dia, maka dia akan kegerahan sendiri.

sedikit saja sudah gerah, apalagi banyak.

kami bertemu sore hari sekitar pukul 16.00 sore, dan percakapan kami berakhir saat aku menyadari jarum jam sudah melewati angka 9. obrolan sore kami di kedai ramen tidak terasa berlangsung hingga malam hari.

berjam-jam dia meluapkan segala emosi dan kekesalannya. kritik-kritik yang tidak tersampaikan pada pihak yang bersinggungan dengannya ditumpahkan kepadaku. sebanyak itu, sepanjang itu.

jujur, sehabis bertemu dengannya aku lelah. menjadi pendengar dan menampung emosi negatif dari orang lain itu cukup melelahkan jiwa.

aku hanya bisa semaksimal mungkin bersikap bijak. aku membenarkan tindakannya yang menurutku benar, dan mendiamkan tindakan atau perkataan dia yang menurutku keterlaluan. karena aku tidak bisa menghambat emosi-emosinya. perkataan-perkataan dia yang menyakitkan dipengaruhi oleh kondisi hatinya yang sedang meradang. jadi kuputuskan untuk menjadi tempat sampahnya. kuputuskan untuk mencoba mengerti dia sepaket dengan kepribadiannya.

aku tidak setuju dengan beberapa bagian, jadi aku memberikan pandanganku dengan sangat hati-hati. dia sosok yang unik, tidak bisa diberikan nasehat dengan metode hard selling. karena nasehat yang disampaikan secara blak-blakan hanya akan memantul di gendang telinganya diiringi dengan ekspresi dia yang merendahkan :)

mendengar dia menjelek-jelekkan dan memaki orang lain di belakang. aku menarik sedikit dugaan, orang ini, saat bermasalah denganku dulu, apakah juga mencaciku dengan kejam begini?

aku tidak sanggup mendengar cacian yang ia ditujukan pada orang lain diluar sana, sebenarnya.

aku kasihan dengan orang yang dibicarakan dibelakang ini.

walaupun aib-aib orang tersebut ia sebarkan padaku, aku berusaha untuk tetap bijak dalam menilai orang yang dibicarakan secara sepihak.

aku percaya setiap orang punya sisi baik dan sisi buruk. bijak-bijaklah. jangan terlalu membenci, jangan terlalu menghakimi. mari saling memberi uzur dan memberikan toleransi.

''semoga kamu merasa lebih baik karena merilis emosimu hari ini, semoga kamu bisa mendapatkan tempat yang lebih nyaman walau tidak sempurna'' kataku padanya, semoga menenangkan hatinya.

untungnya percapakan kami tidak seutuhnya bergelombang negatif, karena ditutup dengan love story yang ia ceritakan dengan pancaran mata yang berkilau dan menggebu-gebu.

More Posts from Drinkwatersoon and Others

1 year ago
اللهم لا تجعل رمضان يمر كالريح. قُدِّر لنا التطهير، غيّرنا

اللهم لا تجعل رمضان يمر كالريح. قُدِّر لنا التطهير، غيّرنا للأفضل، اغفر لنا ذنوبنا، وقربنا إليك

𝘠𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘢𝘩, 𝘥𝘰𝘯’𝘵 𝘭𝘦𝘵 𝘙𝘢𝘮𝘢𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘴𝘴 𝘭𝘪𝘬𝘦 𝘢 𝘸𝘪𝘯𝘥. 𝘗𝘶𝘳𝘪𝘧𝘺 𝘶𝘴, 𝘤𝘩𝘢𝘯𝘨𝘦 𝘶𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘣𝘦𝘵𝘵𝘦𝘳, 𝘧𝘰𝘳𝘨𝘪𝘷𝘦 𝘶𝘴 𝘧𝘰𝘳 𝘰𝘶𝘳 𝘴𝘪𝘯𝘴 𝘢𝘯𝘥 𝘣𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘶𝘴 𝘤𝘭𝘰𝘴𝘦𝘳 𝘵𝘰 𝘠𝘰𝘶.

11 months ago
🥀

🥀

2 years ago

Bandung, 30 Mei 2023

Bertemu lagi dengan 30 Mei, rasanya haru.

2 years ago

jalanan yang sangat akrab dan kukenali. Ini jalan menuju rumahku!

kenapa aku tiba-tiba berada di sini?

aku terdiam beberapa detik dan mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. walau ini terasa sangat aneh, aku bahagia karena aku pulang. Alhamdulillah.

Dengan setengah sadar aku segera berlari ke rumah, tempat hangat di mana keluargaku berada, tempat di mana aku melupakan kesepianku sejenak, tempat di mana aku tenggelam dalam riuh keramaian. tempat di mana aku merasa, aku ada.

Aku melihat mama sedang mengurus dua keponakanku yang masih balita. Mama duduk di sebuah kursi. Dan di saat inilah aku sadar bahwa semua ini hanya mimpi, hanya hayalan bawah sadarku saja, realitanya sekarang aku sedang tidur di atas kasur kamar nomor 8 yang berjarak ratusan kilometer dari rumah.

Aku menangis tersedu. "Ma maafkan aku ma", aku berulang kali merengek pada mama, memohon belas kasih, memohon maaf sebanyak-banyaknya. Air mataku terjatuh dengan derasnya, air mata yang terasa begitu nyata.

Mama tertawa, bahkan tawa renyah yang menenangkan hati itu belum pernah kulihat sebelumnya. "tidak apa-apa nak, tidak apa-apa."

Aku bangun dari tidurku. Dan memang semuanya hanya mimpi.

Aku tak tahu apa maksud dari mimpiku. Kuharap hanya sebuah bunga tidur. Kuharap mimpiku hanya memberikan sinyal bahwa aku rindu. sangat rindu.

Karena entah mengapa aku jadi takut. perasaan takut ini membuat aku merapalkan doa,

Ya Allah, tolong jaga mama, tolong jaga mama, tolong jaga mama.

Ya Allah, tolong panjangkan umur mama, tolong pertemukan kami pada pertemuan yang indah.

Ma, aku rindu ma, tolong jawab panggilan video call dariku. kenapa nomor whatsapp mu tidak berdering?

Ma, aku sayang mama :(((

3 years ago
Pulanglah.

Pulanglah.

Jika bising di luar membuatmu tak bisa bicara. Di sini masih sunyi. Sepelan apapun kata-kata keluar akan tetap ditangkap telinga.

Pulanglah.

Jika panasnya jalanan membuat kulitmu berubah warna. Di sini tetap teduh. Seberapapun matahari menampakkan wajahnya kau tak akan gerah.

Pulanglah.

Jika di luar sana kau se-orang dipenuhi sesak, sibuk menangisi kecewa yang berserak. Di sini kau tak sendiri. Menangis pun ditemani.

Pulanglah nak..

Di luar; seberapapun kau kejar bahagia. Di rumah ada segalanya.

(Vivi Aramie)

4 years ago

Sungguh, jika Allah mengambil satu; maka Allah sisakan yang lebih banyak.

Tersenyumlah, ada hikmah di dalamnya. Jangan sampai kau berputus asa..

…akan aku sematkan pada awal tulisan kali ini.

Jangan, kumohon jangan. Jangan menggerutu pada takdir dan ketetapan yang ditentukan oleh Ar-Rahman. Jangan menyimpan banyak pertanyaan, jangan membiarkan singkatnya kalimat tanya ‘kenapa?’ membuat imanmu goyah dan runtuh sebab merasa Allah memberikan ujian yang terlalu berat. Terlalu besar, dan terlalu rumit untuk akhirnya ditawakkal-kan.

Seberapapun kita akan dibuat berkali-kali jatuh, akan selalu ada kekuatan untuk bangkit jika Allah menjadi tempat yang dituju. Sebagaimanapun kita akan dibuat berurai-urai air mata, akan selalu ada setitik cahaya, untuk akhirnya menyapu dan menyirnakan badai kesedihan di dalam jiwa. Jika masih Allah, yang menjadi tempat kita memuarakan segala rasa.

Saudaraku, apapun yang sedang menimpamu hari ini.. kuyakin, kau kuat. Lebih kuat dari sekuat yang kau kira. Meski aku tak mengetahui, bagaimana kau sedang dibuat berdarah-darah, aku yakin, in syaa Allah, selagi iman itu masih terpancar dari balik dadamu, kau mampu. Dan kau akan berhasil melewatinya. Ingatlah, tentang apa yang Allah katakan,

“Kamu benar-benar akan diuji pada hartamu dan dirimu” (QS. Ali ‘Imran 186)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna illaaihi ra’jiun” (QS. Al baqarah 155-156)

Demikianlah..

“Seorang Mukmin pasti akan diuji pada harta, jiwa, anak dan keluarganya.”

Saudaraku, pernahkah kita mendengar kisah Urwah bin Az-Zubair dengan ujian yang Allah berikan kepadanya? Dan sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda,

“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya”

Tersebutlah, pada suatu hari seorang Khalifah dari bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul Malik, mengundang Urwah bin Az-Zubair untuk mengunjungi istananya di Damaskus. Adalah sebagai wujud sapaan cinta, untaian hormat dari sang Khalifah. Urwah memenuhi undangan tersebut dengan menggandeng anak sulungnya.

Disaat Urwah berbincang-bincang pada majelis sang Khalifah, anak sulungnya diantarkan oleh pengawal untuk mengunjungi tempat dibagian istana mana pun yang dia suka. Hati anak sulungnya terpikat untuk melihat kuda-kuda khalifah. Dan,

‘Bughh!’

Seorang pengawal lari tergopoh-gopoh menghadap Khalifah juga Urwah,

“Wahai Khalifah, sesungguhnya telah terjadi begini dan begini,” Pengawal tersebut menceritakan detailnya, “dan sekarang, sang anak telah berpulang menghadap Allah Subhaanahu wa Ta’ala.”

Siapa yang mampu menduga? Ternyata dalam suka ria nya sang anak, salah seekor kuda menendangnya hingga terpelanting jatuh ketanah dan terinjak-injak oleh kuda yang sedang berlari di atasnya, dan saat itu juga, ia meninggal dunia. Dialah sang anak sulung Urwah bin Az-Zubair. Seorang anak kesayangan yang Urwah harapkan mampu menjadi penerus ilmunya. Maka mampukah kita membayangkan bagaimana reaksinya kala itu?

‘Urwah tersenyum dan ia berkata “Innalillahi wa inna illaaihi ra’jiun”

Maka saat itu juga Urwah sendiri yang turun keliang lahat untuk menguburkan anaknya. Setelah usai pemakaman, dalam dzikir dan ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang ia jadikan permohonan agar Allah berikan kesabaran, tiba-tiba betisnya terasa begitu sakit yang luar biasa. Kakinya terserang penyakit langka yang memaksanya untuk harus diamputasi.

Berkatalah salah seorang ahli pengobatan kepercayaan Khalifah, “Ini harus diamputasi. Dan Wahai Imam, kami akan memberikanmu seteguk minuman yang memabukkan, agar sakit yang ditimbulkan takkan terasa olehmu.”

“Tidak” Jawab ‘Urwah, “Sungguh, aku tidak akan menggunakan sesuatu yang haram demi mendapatkan kesehatanku kembali. Dan aku tidak ingin salah satu bagian dari tubuhku hilang tanpa aku merasakan sakitnya. Ku serahkan semuanya kepada Allah.”

Maka setelah berapa tabib itu berunding, mereka memutuskan agar Khalifah memberikan beberapa orang untuk memegangi ‘Urwah ketika melakukan proses pemotongan kakinya yang manual.

Maa syaa Allah! Pemotongan kaki yang manual. Sekali lagi, manual.

Dengan cepat ‘Urwah berkata, “Aku tidak membutuhkannya, biarlah aku memalingkannya dengan dzikir dan tasbih ketika kalian memotongnya.”

Tak terbayang, bagaimana pedih dan perihnya daging yang dikupas tanpa bius sedikitpun. Tulang yang digergaji, dan darah yang terus mengucur darinya. Tak heran, beberapa kali ‘Urwah meringis kesakitan, “Hassi… Hassi..” katanya. Ia bermakna, suatu rasa sakit yang luar biasa terasa

Sesudah proses amputasi selesai, darah tak kunjung berhenti. Maka cara satu-satunya adalah dengan mencelupkannya pada minyak panas. ‘Urwah menyetujui. Saat kakinya dicelupkan kedalam minyak panas yang mendidih, ia menjerit, lalu pingsan, dan dikatakan bahwa ‘Urwah pingsan dalam waktu yang lama. Satu hari.

Hati ini rasanya mengerdil, sungguh.

Bagaimana, bagaimana jika kiranya ujian yang ‘Urwah hadapi menimpa seseorang diantara kita? Baru saja sesaat dia kehilangan anaknya, dia harus pula kehilangan kakinya dengan proses yang luarbiasa menyakitkannya. Disini, bukankah kita melihat, bagaimana kokoh jiwa haba yang beriman kepada-Nya? dan benarlah, bahwa Allah menguji hamba-hambaNya sesuai dengan kadar keimanannya. Cukuplah, ini sebagai bukti, betapa pancaran iman itu telah memenuhi seluruh penjuru ruang hati ‘Urwah bin Az-Zubair.

Sang Khalifah merasa kasihan dan ingin menghibur ‘Urwah. Namun ia bingung, ia tidak memiliki cara untuk menghiburnya. Namun cara Allah lebih menakjubkan, datanglah seorang lelaki buta kepada Khalifah, dan dia bercerita

“Wahai Amirul Mukminin!”, seru laki-laki buta tersebut, “dulu tidak ada seorang pun dari bani Abas yang lebih kaya dariku, lebih banyak anak-anak selain diriku. Aku tinggal disuatu lembah, dan banjir besar menerjang kaumku. Tak ada lagi hartaku, tak tersisa lagi anak-anakku kecuali hanya seorang bayi dan seekor unta.”

“Namun unta tersebut hendak melarikan diri, aku mengejarnya dan meninggalkan anakku. Maka kudengar teriakan bayi, ternyata anakku sudah berada di mulut serigala. Aku kembali hendak mengejarnya, namun sia-sia, serigala tersebut telah memakannya. Aku berbalik lagi, kukejar unta yang kabur, dan saat sudah dekat dengannya, salah satu kakinya menyepak wajahku. Hingga hancurlah keningku dan buta mataku.”

Sang Khalifah mendapatkan apa yang dia cari, Maha Baik Allah mengirim laki-laki untuk ‘Urwah. Sebab, ujiannya jauh lebih berat dari ‘Urwah. Diutuslah laki-laki tersebut kepada ‘Urwah untuk menceritakannya. Seusai ia bercerita, ‘Urwah berkata,

“Innalillahi wa inna illaaihi ra’jiun…”

Dalam do’anya, ‘Urwah berkata,

“Ya Allah, dulu aku memiliki empat anggota badan, dua tangan dan dua kaki. Lalu Engkau mengambil satu darinya dan Engkau menyisakan tiga darinya, maka segala puji bagi-Mu. Dulu aku memiliki empat orang putra, lalu Engkau mengambil salah satu darinya dan Engkau menyisakan tiga darinya, maka segala puji bagi-Mu.” isak ‘Urwah, “Demi Allah, seandainya Engkau mengambil, pasti Engkau menyisakan, dan seandainya Engkau memberi ujian pasti Engkau memberi kesembuhan.”

~

Inilah, ‘Urwah bin Az-Zubair. Inilah, kisah-kisah seorang hamba yang Allah berikan ujian hebat luarbiasa. Belum lagi, jika kita melihat ujian para Nabi.

Maka…. segala puji, hanya bagi Allah..

Inilah salah satu dari sekian rintik hujan yang Allah berikan, yang menyimpan berkah, menyimpan maksud dan tujuan.

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allah membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa.”

Dan cukuplah, segala ujian yang Allah berikan kepada kita menjadi sebaik-baiknya cara Allah membersihkan dosa-dosa kita. Sebab sungguh, apalah arti sakit di dunia jika dibandingkan dengan sakit di akhirat.. apalah arti tangis di dunia, jika dibandingkan dengan tangis karena siksa dan penyesalan di akhirat..

Mari, bukan lagi memfokuskan kepada apa yang telah hilang dan pergi. Melainkan, kepada apa yang masih Allah sisakan dari segala yang sudah tidak dimiliki. Betapa, betaaapa Allah Maha Baik. Dari sekian sakit yang mungkin bisa dihitung dengan hitungan jari, mampukah kita menghitung nikmat sehat yang sudah Allah beri? Mampukah kita mengkalkulasi, berapa banyak biaya oksigen yang Allah beri dari kita terlahir di muka bumi ini? Yakinkah.. kita merasa aman, jika tiba-tiba jantung ini bermasalah?

Maka bacalah, apa yang sudah tertulis dikalimat awal yang dikutip pada tulisan kali ini.. :’)

–Ibn Sabil

1 year ago

ISTIRAHATLAH BILA KANTUK BERAT MENYERANG PADA SAAT SHALAT | Hadist #120

وَعَنْ عَائشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّي، فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعَسٌ لَا يَدْرِي لَعَلَّهُ يَذْهَبُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ « مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika salah seorang di antara kalian mengantuk ketika sedang shalat, hendaknya ia tidur sehingga rasa kantuknya hilang. Sebab, jika salah seorang di antara kalian shalat dalam keadaan mengantuk, maka ia tidak mengerti apa yang ia ucapkan, mungkin ia bermaksud memohon ampunan, tetapi dia justru mencela dirinya sendiri.”

(HR. Al-Bukhari, no. 212 & Muslim, no. 786)

FAEDAH HADIST

Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya:

Rasa “mengantuk” adalah putusnya konsentrasi seseorang karena datangnya rasa sangat ingin tidur, maka dari itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan bagi orang yang mengalaminya ketika shalat hendaknya ia membatalkan shalatnya, tidak meneruskan shalatnya dalam kondisi demikian. Sebab, jika salah seorang di antara kalian shalat dalam keadaan mengantuk, maka ia tidak mengerti apa yang ia ucapkan, mungkin ia bermaksud memohon ampunan, tetapi dia justru mencela dirinya sendiri.” Mungkin ia ingin berdoa, “Ya Allaah ampunilah dosa-dosaku!.” ia salah jadi mencela dirinya dengan dosa ini, atau ingin memohon surga tetapi salah menjadi neraka, ingin memohon petunjuk tetapi salah menjadi kesesatan. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk segera tidur jika berada dalam kondisi demikian.

Pelajaran di balik masalah ini adalah bahwa setiap orang memiliki kewajiban memenuhi hak dirinya. Jika ia memaksakan dirinya untuk menunaikan suatu ibadah di luar kemampuannya berarti ia telah menzalimi dirinya sendiri, maka janganlah lengah sehingga kurang atau berlebihan.

Tidak disukainya memaksakan diri dalam ibadah hingga mendatangkan kesulitan dan bahaya.

Wajibnya khusyuk dalam shalat dan menghadirkan hati dalam setiap ibadah serta menjauhi segala sebab yang dapat menghilangkan 2 hal ini; rasa khusyuk dan hadirnya hati. Dalam hal ini terkandung kaidah Islam yang mulia; menolak mudarat lebih didahulukan dari mendapat kemaslahatan.

Kesederhanaan dalam ibadah dengan memperhatikan kualitasnya serta menjauhi sikap ghuluw dalam ibadah adalah perkara yang dituntut.

Mengambil kehati-hatian untuk sebuah alasan pada persoalan yang belum jelas dan masih berupa kemungkinan (setengah-setengah/ragu).

Wallahu Ta’ala A’lam.

Referensi Utama: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.

Ustaz Fadly Gugul S.Ag

3 years ago

berusaha berdamai dengan status "tak terlihat"

saat aku berada di posisi tidak terlihat dan tidak dianggap, maka pada akhirnya aku hanya bisa menerima posisi itu.

"kamu tidak sepenting itu"

"kamu bukan bagian mereka"

"diriku sayang,tidak apa-apa, mereka juga tidak penting bagimu"

aku harusnya heran, mengapa aku diperlakukan berbeda. tapi aku sadar aku memang tidak seistimewa itu. jadi aku tidak harus mempertanyakan dan mengharap lebih.

kemarin aku positif covid. aku harus isolasi mandiri selama 14 hari di kosan tanpa dirawat oleh siapapun. karena ini tentunya aku tidak bisa melaksanakan tugas mengajar dari sekolah.

kata rekan mengajarku, beberapa guru yang sebelumku terkonfirmasi covid difasilitasi makan siang dan tes swab dari sekolah. mereka begitu diperhatikan. tapi giliran aku yang covid, la kalam wa la salam, alias aku dibiarkan saja. aku hanya diingatkan setelah selesai masa isoman untuk segera masuk ke sekolah.

jujur aku merasa dianak-tirikan. setelah kembali ke sekolah, guru yang selesai isoman akan di tes swab ulang. tapi aku tidak difasilitasi untuk hal itu. saat aku konfirmasikan ke pihak personalia, katanya sama sekali tidak ada koordinasi dari koordinator bahwa aku butuh di swab, makanya aku tidak pernah menerima panggilan.

ya bagaimana aku difasilitasi makan siang kalau bagian personalia dan finance tidak tahu kalau aku terkonfirmasi covid. ternyata pihak yang "itu" sama sekali tidak memberikan konfirmasi pada mereka. saking sibuk?

oh atau mungkin aku dianggap pura-pura covid kali ya. saat pertama kali aku ijin sakit pun responnya meragukanku. seakan-akan sakitku ini dibuat-buat. dia menggampangkan kondisiku. "mau kemana? astaga tunggu sedikit lagi aja, bentar lagi jam pulang kok" mendengar tanggapan ini aku patuh, aku kembali ke UKS dan menikmati pening hebat di kepala. saat pulang, aku memakai sisa-sisa tenaga untuk kembali ke kamar kosanku.

tapi aku tidak ingin memperpanjang prasangka buruk. itu hanya menambah beban pikiranku, dan ya belum tentu maksud mereka seperti apa yang kuprasangkakan. bagaimanapun aku hanya mendengar ucap dan melihat ekspresi, bukan apa yang ada di dalam hati

"tth gak mau menanyakan ke pihak personalia? ya gak adil dong kalau tth gak difasilitasi kemarin isomannya"

"gak usah teh, aku males ngurusinnya. kalaupun yang tidak ada harusnya ada, yasudah aku ikhlasin saja"

aku bukan sekali, dua kali berada di situasi seperti ini.

tapi berkali-kali oleh orang dan tempat yang berbeda.

jadi kuterima hal-hal seperti ini sebagai sebuah takdir yang acapkali mengikutiku. aku hanya perlu meregulasi responku.

tidak bisa dipungkiri, aku tumbuh bersama perasaan tidak percaya diri dan takut keberadaanku tidak diterima.

aku bukan siapa-siapa. bagi mereka aku tidak ada.

aku mungkin tidak suka dengan situasi seperti itu. tapi aku harus bertahan dan berpura-pura semuanya berjalan baik dan normal.

selama orang-orang yang menganggap aku tak terlihat itu tidak menyakitiku secara fisik dan tidak merugikanku secara materi. aku masih cukup kuat menahan perasaan-perasaan "kecil" itu.

untuk materi/hak dalam bentuk "fasilitas isoman", masih cukup ditolerir. hehehe.

ada banyak hal-hal sederhana yang berhasil buatku bahagia, contohnya langit mendung bagaikan susu dan langit cerah dengan arakan awan seperti kapas.

mau langit yang sedang memamerkan kilau-kilau silau ataupun langit yang memilih sendu dengan mendung. dua-duanya selalu berhasil mengundang senyumku.

langit, aku selalu mengagumi kamu yang cukup kupandang dari bawah sini.

Jadi, walaupun aku sedih karena tidak diistimewakan, tidak diingat, dan tidak diprioritaskan oleh manusia, setidaknya aku punya sumber bahagia dari ciptaan Allah yang lain.

1 year ago

JANGAN TERPEDAYA DENGAN GEMERLAP DUNIA..

رَغِيْفُ خُبْزٍ يَابِسٍ = تَأْكُلُهُ فِي زَاوِيَةْ

“Sepotong roti kering yang engkau makan di pojokan..

وَكُوْزُ ماءٍ باردٍ = تَشْرَبُهُ مِنْ صَافِيَةْ

dan secangkir air dingin yang kau minum dari mata air yang jernih..

وَغُرْفَةٌ ضَيِّقَةٌ = نَفْسُكَ فِيْهَا خَالِيَةْ

dan kamar sempit yang jiwamu merasa kosong di dalamnya..

أَوْ مَسْجِدٌ بِمَعْزِلٍ = عَنِ الْوَرَى فِي نَاحِيَةْ

atau mesjid yang terasing dan jauh dari manusia, lalu engkau berada di sudut mesjid tersebut..

تَقْرَأُ فِيْهِ مُصْحَفاً = مُسْتَنِداً لِسَارِيَةْ

engkau membaca Al-Qur’an sambil bersandaran di sebuah tiang mesjid..

مُعْتَبِراً بِمَنْ مَضَى = مِنَ الْقُرُوْنِ الْخَالِيَةْ

seraya mengambil ibroh/pelajaran dari kisah-kisah orang-orang terdahulu yang telah tiada..

خَيْرٌ مِنَ السَّاعَاتِ فِي = فَيْءِ الْقُصُوْرِ الْعَالِيَةْ

itu lebih baik daripada berlama-lama di dalam istana-istana yang megah..

تَعْقُبُهَا عُقُوْبَةٌ = تَصْلَى بِنَارٍ حَامِيَةْ

yang akhirnya mengakibatkan dosa yang menyebabkan engkau masuk dalam api yang panas…

فَهَذِهِ وَصِيَتِي = مُخْبِرَةٌُ بِحَالِيَةْ

ini adalah wasiatku yang mengabarkan tentang dirinya..

طُوْبَى لِمَنْ يَسْمَعُهَا = تِلْكَ لَعُمْرِي كَافِيَةْ

sungguh beruntung orang yang mendengarnya.. demi Allaah wasiat ini sudahlah cukup (memberi pelajaran…)

فَاسْمَعْ لِنُصْحِ مُشْفِقٍ = يُدْعَى أَبَا الْعَتَاهِيَةْ

maka dengarlah nasehat orang yang sayang dan khawatir kepadamu yang dikenal dengan Abul ‘Ataahiyah..”

Sungguh indah sya’ir Abul ‘Ataahiyah di atas, terutama bagi yang mengerti Bahasa Arab.

Sedikit waktu yang disempatkan untuk membaca Al-Qur’an di pojokan mesjid jauh dari pandangan manusia.. ternyata jauh lebih bernilai dari kemegahan istana yang hanya sementara.

Benarlah jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan;

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Sholat sunnah dua roka'at qobliah subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya..”

Janganlah terpedaya dengan kenikmatan dunia.. sesungguhnya ia adalah kenikmatan yang semu dan sementara…

Ingatlah akan kenikmatan akhirat yang jauh lebih baik dan abadi.

Jika seseorang disuruh memilih mendapatkan kenikmatan secangkir susu, akan tetapi kapan saja bisa ia minum dan tersedia, atau memilih kambing guling akan tetapi hanya sekali saja bisa santap, tentu orang yang berakal akan memilih secangkir susu –meskipun sedikit- akan tetapi terus tersedia selama puluhan tahun, kapan saja siap untuk diminum.

Maka bagaimana lagi jika perkaranya sebaliknya.. kambing guling yang terus siap tersedia kapan saja bisa disantap, dibandingkan dengan secangkir susu yang hanya bisa sekali diminum..??

Bagaimana lagi dengan hanya secangkir air putih…???

Demikianlah.. kenikmatan dunia selain sedikit iapun fana dan akan sirna. Adapun kenikmatan akhirat sangat banyak dan abadi…

Jika engkau terpedaya dan terkagum-kagum bahkan kepingin tatkala melihat kenikmatan dan kemewahan benda-benda dunia, sedangkan engkau sedang menghadapi sulitnya kehidupan dunia maka agar engkau tidak terpedaya… ucapkanlah do'a yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اللَّهُمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشُ الآخِرَةِ

“Yaa Allaah tidak ada kehidupan yang hakiki kecuali kehidupan akhirat..” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Do'a ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan tatkala Nabi dan para sahabat kaum muhajirin dan anshor sedang menggali parit dalam perang Khandak, sementara perut-perut mereka keroncongan karena kelaparan, bahkan mereka mengikatkan batu ke perut-perut mereka untuk menahan rasa lapar.

Ditulis oleh Ustaz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

  • drinkwatersoon
    drinkwatersoon liked this · 3 years ago
  • drinkwatersoon
    drinkwatersoon reblogged this · 3 years ago
drinkwatersoon - Jarang Mampir
Jarang Mampir

less is more

209 posts

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags