JANGAN TERPEDAYA DENGAN GEMERLAP DUNIA..
رَغِيْفُ خُبْزٍ يَابِسٍ = تَأْكُلُهُ فِي زَاوِيَةْ
“Sepotong roti kering yang engkau makan di pojokan..
وَكُوْزُ ماءٍ باردٍ = تَشْرَبُهُ مِنْ صَافِيَةْ
dan secangkir air dingin yang kau minum dari mata air yang jernih..
وَغُرْفَةٌ ضَيِّقَةٌ = نَفْسُكَ فِيْهَا خَالِيَةْ
dan kamar sempit yang jiwamu merasa kosong di dalamnya..
أَوْ مَسْجِدٌ بِمَعْزِلٍ = عَنِ الْوَرَى فِي نَاحِيَةْ
atau mesjid yang terasing dan jauh dari manusia, lalu engkau berada di sudut mesjid tersebut..
تَقْرَأُ فِيْهِ مُصْحَفاً = مُسْتَنِداً لِسَارِيَةْ
engkau membaca Al-Qur’an sambil bersandaran di sebuah tiang mesjid..
مُعْتَبِراً بِمَنْ مَضَى = مِنَ الْقُرُوْنِ الْخَالِيَةْ
seraya mengambil ibroh/pelajaran dari kisah-kisah orang-orang terdahulu yang telah tiada..
خَيْرٌ مِنَ السَّاعَاتِ فِي = فَيْءِ الْقُصُوْرِ الْعَالِيَةْ
itu lebih baik daripada berlama-lama di dalam istana-istana yang megah..
تَعْقُبُهَا عُقُوْبَةٌ = تَصْلَى بِنَارٍ حَامِيَةْ
yang akhirnya mengakibatkan dosa yang menyebabkan engkau masuk dalam api yang panas…
فَهَذِهِ وَصِيَتِي = مُخْبِرَةٌُ بِحَالِيَةْ
ini adalah wasiatku yang mengabarkan tentang dirinya..
طُوْبَى لِمَنْ يَسْمَعُهَا = تِلْكَ لَعُمْرِي كَافِيَةْ
sungguh beruntung orang yang mendengarnya.. demi Allaah wasiat ini sudahlah cukup (memberi pelajaran…)
فَاسْمَعْ لِنُصْحِ مُشْفِقٍ = يُدْعَى أَبَا الْعَتَاهِيَةْ
maka dengarlah nasehat orang yang sayang dan khawatir kepadamu yang dikenal dengan Abul ‘Ataahiyah..”
Sungguh indah sya’ir Abul ‘Ataahiyah di atas, terutama bagi yang mengerti Bahasa Arab.
Sedikit waktu yang disempatkan untuk membaca Al-Qur’an di pojokan mesjid jauh dari pandangan manusia.. ternyata jauh lebih bernilai dari kemegahan istana yang hanya sementara.
Benarlah jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan;
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Sholat sunnah dua roka'at qobliah subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya..”
Janganlah terpedaya dengan kenikmatan dunia.. sesungguhnya ia adalah kenikmatan yang semu dan sementara…
Ingatlah akan kenikmatan akhirat yang jauh lebih baik dan abadi.
Jika seseorang disuruh memilih mendapatkan kenikmatan secangkir susu, akan tetapi kapan saja bisa ia minum dan tersedia, atau memilih kambing guling akan tetapi hanya sekali saja bisa santap, tentu orang yang berakal akan memilih secangkir susu –meskipun sedikit- akan tetapi terus tersedia selama puluhan tahun, kapan saja siap untuk diminum.
Maka bagaimana lagi jika perkaranya sebaliknya.. kambing guling yang terus siap tersedia kapan saja bisa disantap, dibandingkan dengan secangkir susu yang hanya bisa sekali diminum..??
Bagaimana lagi dengan hanya secangkir air putih…???
Demikianlah.. kenikmatan dunia selain sedikit iapun fana dan akan sirna. Adapun kenikmatan akhirat sangat banyak dan abadi…
Jika engkau terpedaya dan terkagum-kagum bahkan kepingin tatkala melihat kenikmatan dan kemewahan benda-benda dunia, sedangkan engkau sedang menghadapi sulitnya kehidupan dunia maka agar engkau tidak terpedaya… ucapkanlah do'a yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اللَّهُمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشُ الآخِرَةِ
“Yaa Allaah tidak ada kehidupan yang hakiki kecuali kehidupan akhirat..” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Do'a ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan tatkala Nabi dan para sahabat kaum muhajirin dan anshor sedang menggali parit dalam perang Khandak, sementara perut-perut mereka keroncongan karena kelaparan, bahkan mereka mengikatkan batu ke perut-perut mereka untuk menahan rasa lapar.
Ditulis oleh Ustaz DR. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى
Penasaran, kalau suatu hari ditanya gini saya bisa jawab dengan baik ngga ya:
“Allah itu tercipta dari apa?”
Jawaban dari ini emang bersifat aksiomatik, artinya sebuah kebenaran yang “emang begitu adanya”, tinggal diterima.
“Allah tidak tercipta dari apa-apa, karena Allah tidak ada yang menciptakan. Allah ada tanpa diawali dan tidak akan pernah berakhir seperti manusia. Kalau sesuatu terbuat dari sebuah material dan ada yang menciptakan, berarti namanya makhluk, dan ngga pantas dianggap tuhan.
Yang pantas disebut tuhan itu adalah sesuatu saking hebatnya hingga mampu menciptakan apapun tanpa ada yang menciptakan dirinya sebelumnya. Kamu mau menyembah tuhan yang diciptakan oleh sesuatu yang lebih kuat darinya?”
Tapi, jawaban aksiomatik gitu akan sulit diterima bagi yang belum menjalani proses berpikirnya, apalagi untuk anak-anak. Makanya mungkin lebih baik kalau dijawab dengan ngajak mikir dulu.
Gini. Kalau kamu bikin robot, apa berarti kamu adalah tuhan karena menciptakan robot? Enggak? Kenapa? Karena kamu harus dibuat dulu lewat rahim Ibu kamu, terus dilahirkan ke dunia. Masa tuhan harus dibuat dulu, terus dilahirkan? Kalau begitu yang lebih berkuasa yang dilahirkan atau yang melahirkan?
Terus, apakah Ibu kamu adalah tuhan karena melahirkan kamu? Enggak? Kenapa? Karena Ibu kamu juga ada yang membuatnya lewat rahim nenek kamu, terus dilahirkan ke dunia juga.
Begitu terus, nenek kamu dilahirkan buyut kamu, sampai ke Nabi Adam. Terus, apa Nabi Adam adalah tuhan karena mengawali semua manusia? Enggak? Kenapa? Karena Nabi Adam juga ada yang menciptakan. Dia memperkenalkan dirinya dengan nama “Allah”.
Yang menciptakan Allah siapa? Engga ada. Udah mentok. Sang Pencipta Nabi Adam ada tanpa ada yang menciptakan dan ngga pernah ngga ada.
Kok bisa sih Allah ada tanpa ada yang menciptakan? Padahal segala sesuatu pasti ada penciptanya?
Gini. Segala sesuatu yang kita tau, termasuk aturan “segala sesuatu pasti ada penciptanya”, itu adalah ciptaan Allah. Allah juga bikin aturan-aturan lain, kayak fisika, matematika, kimia, biologi, astronomi, semuanya aturan yang dibikin Allah.
Semua aturan itu tunduk sesuai perintah dan kehendak Allah, tapi Allah ngga tunduk sama aturan-aturan itu–ya karena mereka semua cuma ciptaan Allah.
Jadi, hukum fisika, matematika, kimia, biologi, termasuk aturan “segala sesuatu pasti ada penciptanya” itu tidak berlaku buat Allah. Allah bisa ada tanpa perlu ada yang menciptakan, tanpa bahan-bahan seperti yang kita pahami di kimia, tanpa ada yang melahirkan seperti yang kita pahami di biologi.
Itulah kenapa kita menyebutnya “Tuhan”–karena Dia ngga sama dengan apapun yang diciptakan-Nya.
Hmm, nampaknya itu pun masih terlalu kompleks untuk anak-anak.
Let me try this one more time:
“Allah itu tercipta dari apa?”
Allah itu ngga tercipta dari apa-apa, Nak, karena Allah ngga diciptakan. Allah ada sendiri tanpa proses penciptaan. Kenapa bisa begitu? Karena Tuhan memang seharusnya begitu, tidak bergantung pada apapun. Satu-satunya yang bisa kayak gitu cuma Allah, makanya kita mengakui dan menyembah-Nya sebagai Tuhan, saking hebatnya.
suatu hari di angkot warna biru.
"teh, kalau aku tahu training kita gak sepenting itu, aku kayaknya milih gak hadir wkwkwk, aku pengen memanfaatkan waktu bersama keluarga sebelum aku berangkat"
"iya juga sih teh, kalau aku tau, sama. aku juga gak harus bolak balik Bandung-Sumedang pakai travel tiap hari. capek banget pas masa training. tapi aku gak yakin kita bakal sedekat ini kalau dulu gak ketemu pas masa training"
me : iya juga ya teh :))
makasih teh Roem, untuk kebaikan-kebaikannya.
btw teh Roem semester ini bakal resign (dengan izin Allah). sedih bgt. rasanya bakal gak punya siapa siapa lagi di lingkungan sekolah.
tapi itulah hidup. pertemuan dan perpisahan saling mengikat.
semangat ya aku.
sukses dimanapun teh Roem ☺️
Teh Roem, makasih yaa udah mau temenan sama aku. Dimanapun, aku selalu merasa dikucilkan oleh orang-orang. Rasanya gak ada yang mau temenan sama aku. Dianggap tidak ada sudah biasa dan aku gak ekspektasi banyak untuk hal pertemanan.
Kadang aku iri sama teteh, semua orang sayang dan peduli sama teteh. Kenapa ya aku gak bisa kayak teteh ? Hmm tapi teteh emang baik banget sih, gak heran orang-orang look feel comfort with you teh.
Tapi seperti yang kubilang diawal, aku gak ekspektasi bisa punya banyak temen. Karena dari dulu aku gak bisa bergaul sama banyak orang, aku minder karena orang-orang terlihat menjauh dariku.
Teh Roem yang pertama kali menyapa disaat aku gak tau dan gak kenal siapa-siapa, yang selalu gak enakan kalau gak sempet ngambilin makan siang dan makan bareng ( padahal mah gak apa-apa, gak harus setiap saat makan bareng hehe ), teh Roem yang selalu nge-WA " teteh wfh ?" Kalau misalkan aku belum terlihat di ruangan.
Teh, you always support me. You know my worth and always bring positive vibes on me. Hal-hal yang orang lain gak pernah lihat di aku, bisa teteh lihat dan apresiasi.
Teh, makasih sekali lagi 🥺
Teteh bebas mau temenan sama siapa aja, dan aku gak akan ekspektasi apapun dari teteh. Aku gak bisa iri kalau teteh punya banyak orang yang mau temenan dan sayang sama teteh, karena teteh orang baik !
Aku sedih lho teh nulis ini, sedih karena terharu gitu.
Baarakallahu fiik teh, semoga pertemanan kita sampai jannahnya.
Aamiin.
Eksistensi, apa itu?
Sebuah catatan hasil review dari YT; Bedah Buku Sang Pemuda karya Kang Elvandi
"Idealisme, tersebarnya sebuah gagasan. Harapan, anak muda bangkit membangun peradaban." -Kang El
Disclaimer : catatan ini sebagai salah satu bahan pertimbangan pribadi, investasi masa depan atau tunda kapan-kapan (?) Disarankan untuk yang berjiwa idealis tapi ingin realistis, bukan sekedar ambis.
Buku ini adalah kumpulan artikel pemuda yang ditulis Kang El ketika kuliah di Prancis pada Agustus 2011-2013. Ekspresi keresahan melihat kondisi di Indonesia dan ummat Islam. Buku ini bercerita bagaimana anak muda memiliki obsesi, cita-cita yang luhur. Bukan hanya buat diri sendiri, tapi juga buat agama.
Penelusuran diri sendiri. Tentang cita-cita. Mimpi kita. Ingin jadi apa. Ingin mengejar apa. Apa yang kita pelajari selama hidup?
Waktu SD, kita ditanya cita-cita. Apa jawabannya? Presiden, dokter, polisi, apalagi? Cita-cita yang populer. Itu ga salah, itu bener. Cita-cita itu dipengaruhi orang-orang terdekat, orang tua, oleh guru. Tapi sekarang anak SD cita-citanya apa? Youtuber, influencer.
Orang itu cita-citanya tergantung dari apa yang dia lihat, yang dia tonton, yang dikonsumsi, apa yang dibaca.
Kita punya model pemuda yang agung, umurnya masih belasan tahun tapi sudah berjuang bersama Rasul. Pemuda itu akan dihisab ukurannya oleh Allah sejak aqil baligh.
Anak muda itu akan dihisab dengan pertanyaan berat. Bukan tentang syahadat, sholat saja. Setelah ditanya aqidah, ibadah, akan ditanya juga
"Apa kontribusimu dalam hidup? Apa yang kamu lakukan dalam hidup? Apa saja karya-karyanya? Apa amal sholihnya dengan kuliah itu? Apakah hanya karena gaji? 20jt sebulan nyaman, lalu nikah? Nyicil mobil, rumah sampai tua, mati uda gitu aja? Apa cita-citanya?"
Apakah kita punya cita-cita besar untuk membangun islam? Jadi apapun kita, levelnya level tinggi. The best of our self.
Bagaimana merencanakan planning jangka panjang? Bukan dengan berkhayal, menerawang. Bukan dengan ilmu korologi. Do you know? Korologi is kira-kira.
Jangan salah model. Jangan salah influencer. Influencer sejati siapa? Mush'ab bin 'Umair, berhasil mengislamkan satu kota.
Kalau ingin merancang masa depan, baca buku masa lalu. Kalau ingin menciptakan masa depan, baca sejarah peradaban.
Apa itu makna as-sa'adah? Happiness? Apa itu kebahagiaan?
Hal-hal berharga dalam hidup.
Contohnya, kesehatan dan fisik itu benar-benar harus dijaga.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”.
(HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Akhwat punya kemampuan fisik untuk melindungi diri. Minimal punya jurus kaki seribu, kalau ada yang jahatin bisa langsung lari.
Pemuda kadang lupa dengan hal-hal yang berharga dalam hidup. Makanya coba diingatkan. Contoh berikutnya, cinta dan pasangan. Harus bener memilihnya karena pasangan seumur hidup.
Persahabatan. Jangan korbankan sahabat dan teman gara-gara uang. Beda madzhab, beda politik. Itu semua ga pernah bisa kita gantikan dengan teman. Jangan korbankan teman hanya karena berbeda pandangan.
Bagaimana pemuda membangun pola pikirnya?
Pemuda selalu berfikir kritis, tidak gampang percaya, tidak mudah percaya, harus diverifikasi. Mengkritisi dengan cara hormat. Membahas konten, tidak membahas lawan bicara.
قُلْ هَاتُوا۟ بُرْهَٰنَكُمْ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar. "
(Q.S Al-Baqarah : 111)
Hari ini kita menghadapi kompetisi yang sengit. Siapa yang belajar dengan cepat, efisien, dia yang akan menang. Bukan yang paling pintar. Karena tidak ada yang lebih pintar dari komputer sekarang.
Formal learning. Kuliah itu bukan (hanya) untuk mentransfer ilmu, tapi membangun mental pembelajar. Kalau kita mau belajar sendirian, otodidak. Modal utama adalah bahasa asing. Zaid bin Tsabit belajar bahasa Ibrani selama 2 pekan. Kita belajar bahasa inggris 6 bulan belum tentu lancar kan?
Merantau. Itu ternyata perintah Al-Qur'an.
قُلْ سِيرُواْ فِي الأَرْضِ ثُمَّ انظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
"Katakanlah : Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu." (Q.S Al-An'am : 11)
Kemanapun kita jalan-jalan. Kemanapun kita menjelajah, tapi tetap; ruang kontribusi kita adalah di Indonesia.
Digital. Smartphone harus didampingi oleh smartpeople. Cara kita untuk mengakselerasi diri dengan tau caranya, tau sumbernya. Jangan sampai ilmu itu numpuk disini(gawai), tapi kita seperti tikus yang mati di ladang.
Seorang pemuda itu belajar dimanapun, kapanpun tanpa dibatasi ruang kuliah.
Bagaimana Sang Pemuda bukan hanya memimpin dirinya sendiri, tapi dia bisa mengubah masyarakat.
1. Diawali dari mental. Selalu ingin lebih. Agar lebihnya itu digunakan untuk memimpin orang lain. Orang yang mentalnya ciut, tidak mungkin berani menyampaikan gagasan.
2. Cara membangun teamwork produktif. Modelnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
3. Konsep kepemimpinan para pemuda
Pertanyaan terakhir,
"Apa harapan dari buku ini?"
Obsesi besar Kang El adalah membangun ummat di tangan pemuda.
4 level :
1. Anak muda yang produktif
2. The expert muslim
3. Aktivis yang menggerakkan masyarakat
4. Al-khalifah fil ardh, harus memimpin
Sang Pemuda; bukan bacaan ringan, bukan bacaan pelepas lelah. Sebuah manifesto Elite Circle yang diawali dari membangun generasi muda dengan produktifitas muslim.
So, semakin yakin siap menjadi bagian dari agen peradaban? Atau justru timbul keraguan? Segera tentukan! Sekarang, atau berakhir penyesalan.
Room Decision, 141120 at 01.37 WIB
tahun 2019 lalu pernah buat ini. tapi nyesel cuma sampe bulan april :( pas dibaca hari ini ternyata se-memorable itu :”) gaperlu penjelasan panjang-panjang untuk me-recall ingatan. cukup satu-dua-tiga suku kata udah cukup menggambarkan setiap harinya. coba lagi, yuk, bulan depan. di akhir tahun baru diposting. jadi keliatan deh apa yang sudah dilaku dan dirasa setiap hari selama setahun. biar punya rekam jejak. biar setiap hari punya headline-nya sendiri-sendiri. agar tak ada yang luput dari istilah sabar dan syukur setiap harinya walau hidup se-roller coaster dan se-surprising itu. 도전!
berusaha berdamai dengan status "tak terlihat"
saat aku berada di posisi tidak terlihat dan tidak dianggap, maka pada akhirnya aku hanya bisa menerima posisi itu.
"kamu tidak sepenting itu"
"kamu bukan bagian mereka"
aku harusnya heran, mengapa aku diperlakukan berbeda. tapi aku sadar aku memang tidak seistimewa itu. jadi aku tidak harus mempertanyakan dan mengharap lebih.
kemarin aku positif covid. aku harus isolasi mandiri selama 14 hari di kosan tanpa dirawat oleh siapapun. karena ini tentunya aku tidak bisa melaksanakan tugas mengajar dari sekolah.
kata rekan mengajarku, beberapa guru yang sebelumku terkonfirmasi covid difasilitasi makan siang dan tes swab dari sekolah. mereka begitu diperhatikan. tapi giliran aku yang covid, la kalam wa la salam, alias aku dibiarkan saja. aku hanya diingatkan setelah selesai masa isoman untuk segera masuk ke sekolah.
jujur aku merasa dianak-tirikan. setelah kembali ke sekolah, guru yang selesai isoman akan di tes swab ulang. tapi aku tidak difasilitasi untuk hal itu. saat aku konfirmasikan ke pihak personalia, katanya sama sekali tidak ada koordinasi dari koordinator bahwa aku butuh di swab, makanya aku tidak pernah menerima panggilan.
ya bagaimana aku difasilitasi makan siang kalau bagian personalia dan finance tidak tahu kalau aku terkonfirmasi covid. ternyata pihak yang "itu" sama sekali tidak memberikan konfirmasi pada mereka. saking sibuk?
oh atau mungkin aku dianggap pura-pura covid kali ya. saat pertama kali aku ijin sakit pun responnya meragukanku. seakan-akan sakitku ini dibuat-buat. dia menggampangkan kondisiku. "mau kemana? astaga tunggu sedikit lagi aja, bentar lagi jam pulang kok" mendengar tanggapan ini aku patuh, aku kembali ke UKS dan menikmati pening hebat di kepala. saat pulang, aku memakai sisa-sisa tenaga untuk kembali ke kamar kosanku.
tapi aku tidak ingin memperpanjang prasangka buruk. itu hanya menambah beban pikiranku, dan ya belum tentu maksud mereka seperti apa yang kuprasangkakan. bagaimanapun aku hanya mendengar ucap dan melihat ekspresi, bukan apa yang ada di dalam hati
"tth gak mau menanyakan ke pihak personalia? ya gak adil dong kalau tth gak difasilitasi kemarin isomannya"
"gak usah teh, aku males ngurusinnya. kalaupun yang tidak ada harusnya ada, yasudah aku ikhlasin saja"
aku bukan sekali, dua kali berada di situasi seperti ini.
tapi berkali-kali oleh orang dan tempat yang berbeda.
jadi kuterima hal-hal seperti ini sebagai sebuah takdir yang acapkali mengikutiku. aku hanya perlu meregulasi responku.
tidak bisa dipungkiri, aku tumbuh bersama perasaan tidak percaya diri dan takut keberadaanku tidak diterima.
aku bukan siapa-siapa. bagi mereka aku tidak ada.
aku mungkin tidak suka dengan situasi seperti itu. tapi aku harus bertahan dan berpura-pura semuanya berjalan baik dan normal.
selama orang-orang yang menganggap aku tak terlihat itu tidak menyakitiku secara fisik dan tidak merugikanku secara materi. aku masih cukup kuat menahan perasaan-perasaan "kecil" itu.
untuk materi/hak dalam bentuk "fasilitas isoman", masih cukup ditolerir. hehehe.
ada banyak hal-hal sederhana yang berhasil buatku bahagia, contohnya langit mendung bagaikan susu dan langit cerah dengan arakan awan seperti kapas.
mau langit yang sedang memamerkan kilau-kilau silau ataupun langit yang memilih sendu dengan mendung. dua-duanya selalu berhasil mengundang senyumku.
langit, aku selalu mengagumi kamu yang cukup kupandang dari bawah sini.
Jadi, walaupun aku sedih karena tidak diistimewakan, tidak diingat, dan tidak diprioritaskan oleh manusia, setidaknya aku punya sumber bahagia dari ciptaan Allah yang lain.
i'm here, di dalam bus primajasa jurusan Bandung - bandara soekarno hatta. penerbanganku pada pukul 1 dini hari. Semoga aku tiba tepat waktu.
ada satu momen manis yg ingin kukenang pada hari. Teh Lia terlihat surprised dengan koper besarku. Kata Teh Lia, dia tidak pernah bepergian jauh, jadi dia tidak tau bagaimana rasanya berpergian dengan membawa koper.
"Duh, kamu mau mudik aja udah bikin sedih, gimana kalau kamu pindahan. Teteh bakal sedih banget"
aku terharu mendengar cuitan teh Lia yang terasa tulus sampai ke hati. Aku selalu percaya hati selalu berhubungan dengan hati. Jika tulus, langsung terasa aja gitu.
padahal beberapa hari yang lalu, sambil memaksakan diri untuk menikmati small walking menuju angkot, aku sudah merencanakannya. Aku pikir keputusanku sudah bulat untuk pindah ke kosan yang lebih dekat dengan tempat kerjaku. Walau telah berusaha untuk memikirkan dampak positif dari berjalan jauh dengan beban tas laptop di punggung hanya untuk meraih angkot, pada akhirnya aku tetap saja mengeluh. Kenapa makin hari tempat ngetem angkot tambah jauh? kenapa makin hari ngetemnya semakin tidak berperikemanusiaan? sibuk sekali aku membandingkan perilaku angkot bandung dengan yang ada di jakarta, bahkan dengan daerah asalku. hanya di kota Bandung aku merasakan kekesalan tingkat tinggi karena menunggu angkot ngetem. apalagi 20 menitku yang sebelumnya habis hanya untuk berjalan menuju angkot.
aku sudah menandai calon kosanku yang baru. Setelah lebaran apa aku bisa pindah?
tapi pemikiran itu musnah, manakala mengingat kebaikan-kebaikan dan ketulusan teh Lia. Bagiku teh Lia bukan hanya penjaga kosan pa Masri, beliau lebih dari keluarga di tanah rantau yang sepi nan sendu ini.
makasih teh Lia.
Sehelai Sujud
Mungkin setelah alam kubur nanti,
Satu helai sujud dan desah tasbih di keheningan malam yang sunyi,
Akan jauh lebih kita cintai dibandingkan postingan ceramah-ceramah serta status-status nasihat kita di media sosial yang riuh dan ramai oleh like.
Ustaz Adni Kurniawan Lc
sekitar 1 minggu yang lalu seorang teman yang tidak terlalu dekat menghubungiku. Tanpa angin tanpa hujan, menanyakan kabarku dan tiba-tiba bertanya padaku apakah aku siap menikah dalam waktu dekat ini.
siap menikah? tentu saja aku tidak tahu pasti jawabannya.
melihat umurku yang kini menyadang umur quarter life crisis, melihat sebagian teman-temanku sudah bahagia dengan pasangan halalnya, tentu saja membuatku jadi "ingin" menikah.
Aku tidak punya perasaan menggebu-gebu untuk menikah, karena aku paham betul kehidupan pernikahan tidak sesederhana itu. kompleks. ada banyak hal yang akan menjadi tanggung jawabku kelak, dan aku tidak bisa lari dari itu.
aku tidak tahu apakah aku sudah siap menikah atau tidak, tapi...aku mau membuka diri jika untuk berkenalan. jika untuk sekadar perkenalan toh apa salahnya? nothing to lose, tidak ada ruginya kok.
lalu temanku mengirimkan cv ikhwan tersebut, berikut foto-foto beserta link akun instagram dia dan kakaknya.
seketika sayah langsung insecure dan merasa sangat rendah diri.
ya singkatnya profil ikhwan tersebut ketinggian buat sayah. apalagi kakaknya seorang muslimah influencer yg mempunyai banyak pengikut di instagram.
saya disandingkan dengan dia? ayolah saya hanya remahan abon ikan
saya lalu bertanya kepada teman saya, mengapa dia mau mengenalkan aku dengan ikhwan yg speknya begini? apalah aku? aku buka siapa-siapa dan gak punya apa-apa, kataku.
ya dan temanku menjabarkan alasannya. katanya aku insyaAllah bisa mengimbangi visi misinya. hmmmm apa iya?
aku mencoba meminta pendapat pada orang rumah. kakak-kakaku terlihat tidak excited dan "malas". mungkin mereka berpikir ikhwan tersebut mana mau memilihku. ya dari background keluarga saja sepertinya dia berasal dari keluarga yg sangat berada. keluargaku? takut gapnya jauh dan sangat tidak sepadan.
tapi mama menyuruhku untuk mencobanya. toh hanya berkenalan.
jujur saat melihat data diri dan foto-fotonya, semuanya sesuai dengan tipe dan seleraku. tapiii semakin membaca profilnya semakin aku merasa tidak bisa melanjutkan.
walaupun sudah melihat foto dan data dirinya aku tertarik tapi sedikitpun tidak ada rasa apapun yg bergetar wkwkwk. ya mungkin karena aku sudah rendah diri duluan.
aku mengikuti saran mama, ya akhirnya aku mengirimkan data diriku kepada ikhwan tersebut melalui perantara temanku.
katanya beliau butuh 3 hari untuk mempelajari dan berpikir.
ya aku nothing to lose saja, benar-benar tidak berharap walau sedikit.
ini sudah hari kedua semenjak aku mengirimkan cv ku.
bagaimana tanggapannya? jujur aku tidak penasaran sama sekali :))
aku hanya merasa ada banyak gap dari background kami masing-masing, jadi sepertinya tidak akan cocok satu sama lain.
dan....
he deserve better :)))
bener² definisi dia berhak mendapatkan yang lebih baik daripada saya :))
untuk diriku, semoga aku dipertemukan dengan jodoh yang aku tidak merasa rendah diri di hadapannya, tapi percaya diri untuk menjadi diriku sendiri
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepadaNyalah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepadaNya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 123)
©Fajar Sidiq Bahari (@fajarsbahh)