Bandung, 30 Mei 2023

Bandung, 30 Mei 2023

Bertemu lagi dengan 30 Mei, rasanya haru.

More Posts from Drinkwatersoon and Others

3 years ago

Ramadan 1443 #page1

Ahad, 03 April 2022

Alhamdulillah, puasa hari ini berjalan lancar. Menu sahur tadi cukup sederhana, yaitu nasi, sayur sop, tahu goreng dan telur goreng. Sahur perdanaku di bulan ramadan versi 1443 ditemani teh Afi, kami makan bersama di kamar nomor 9 alias di kamarku. Aku sangat senang karena tidak merasa kesepian di hari pertama berpuasa.

Ramadan makin hilang semaraknya. Ada setitik sedih saat menyadari hal ini. Aku tentu senang dengan kedatangan ramadan, hanya saja suasana hangatnya kian meredup. Apalagi sahur pertama sama sekali tidak ada calling dari rumah. Biasanya mama akan sibuk membangunkan anak-anaknya yang sedang berada di perantauan seperti aku. Sempat merasa terlupakan, namun aku berpositif thinking mungkin saja orang rumah sudah sangat yakin kalau aku akan bangun sahur tepat waktu kali ini.

Ramadan 1443 #page1

Rindu roomchat yang dihiasi panggilan masuk dari mama. Maafkan Aku yang dulu tidak sigap mengangkat telepon dari mama :(. Ini saat ramadan tahun 2020, Alhamdulillah pada ramadan tahun kemarin (2021) aku berkesempatan berpuasa di rumah bersama mama dan keluarga lainnya.

 Selepas salat subuh aku menelpon mama. Kata mama subuh tadi beliau sibuk memasak. Beliau ternyata tidak melupakanku begitu saja. Mama sudah mengingatkan kepada kakakku untuk menelponku, tapi kakak menundanya karena zona waktu di daerahku  masih terlalu dini untuk bangun sahur.

Aku sangat senang karena berbicara banyak hal dengan mama lepas subuh tadi. Pandanganku tidak lepas pada video conference yang menampilkan gambar mama di seberang sana. Beliau sebelumnya sedang tadarus sehingga masih berbalut mukenah. Oiya disana matahari sudah terbit, sedangkan di tempatku masih gelap. Aku rindu sekali dengan mama, beliau alasan terbesar yang membuatku selalu galau untuk kembali ke pangkuannya.

Katanya mama sudah tidak bisa lepas dari obat penurun darah tinggi. Usia mama sudah mendekati 60 tahun. Mama semakin tua, wajahnya semakin keriput. Ma, apa aku pulang saja untuk merawat mama? Aku sedih ma saat memikirkanmu. Semoga mama selalu dalam lindungan Allah, semoga mama selalu dalam keadaan sehat. Jika mama bahagia, maka aku juga bahagia ma.

Setelah menutup telepon, aku merasa sangat mengantuk, tapi aku menunggu matahari terbit dulu, rasanya tidak baik melewatkan waktu subuh dalam keadaan tidur.

Sekitar satu jam aku tidur pagi, saat bangun kembali aku langsung mencuci baju dan mandi. Pukul 14.00 aku tidur siang (kebanyakan tidur hari ini huhu).

Saat bangun, aku melihat penampakan sekitar kamarku. Apa ini? kenapa aku ada disini? sendiri tanpa siapa-siapa. di kota yang jaraknya sangat jauh dari rumah, kenapa? :((

Rasanya seperti mimpi berada di kota rantau saat ini. Aku menangis tanpa air mata. Aku ingin pulang. Tetapi kenapa aku masih saja bimbang? Insya Allah aku akan pulang, semoga saat aku pulang aku sudah dalam keadaan siap. Karena kalau sekarang, aku takut hanya akan menjadi beban untuk rumah. Setidaknya saat ini aku dapat mengurus dan membiayai diriku sendiri.

Selama hampir setahun, kegalauan ingin pulang ini mengusikku. Sampai saudaraku lelah mendengar keputusanku yang plinplan dan belum final. Tidak semua keinginanku harus aku penuhi saat ini juga. Tapi jujur aku takut kehilangan momen bersama keluarga, sekaligus takut jika bersama mereka aku hanya akan merepotkan, tapi bukankah akan selalu ada jalan? dimanapun aku berada pasti Allah sudah menjatahkan rezeki, tapi bagaimana jika tidak sesuai dengan yang diharapkan? dunia tidak seindah dan sesederhana bermimpi. Di kota rantau ini aku merasa kesepian, aku butuh bersama mereka, keluargaku.

banyak tapinya kan aku ini? ribet sekali ya aku? apa aku banyak mau?

Ya Allah.

1 year ago

APA ITU SABAR YANG BAIK?

Sabar itu bukan sama dengan pasrah. Sabar itu menerima takdir Allaah, tidak protes (menggerutu), namun berusaha mencari solusi.

Ustaz Firanda Andirja hafidzahullah

4 years ago

1% Lebih Baik

Salah satu pedang bermata dua yang dimiliki seorang perfeksionis adalah mentalitas “lakukan dengan sempurna, atau tidak sama sekali.”

Di satu sisi, ini membuat para perfeksionis bekerja dengan luar biasa jika mereka memang harus mengerjakan sesuatu. Di sisi lain, ini membuat mereka lumpuh manakala menghadapi sebuah urusan yang nampak besar dan kompleks.

Terbayang-bayang betapa besarnya energi yang mesti mereka miliki untuk membuat urusan besar nan kompleks itu “sempurna”; terbayang betapa tidak sempurnanya kapasitas dan sumber daya mereka saat itu. Stress jadinya.

Beruntung, semasa kuliah, sebuah buku berjudul “The One Thing”, tulisan Garry Keller, mengubah hidup saya yang merupakan seorang perfeksionis ini.

Inspirasi utama yang saya dapatkan dari buku itu adalah: dalam hidup, kita tidak perlu mengambil semua hal, melakukan semua hal, atau menjadi lebih baik dalam semua hal. Seringkali, kita hanya perlu peduli pada satu hal saja, dan itu cukup untuk membuat kita menjadi lebih baik.

Serakah Informasi

Dahulu kala, jika saya membaca buku, biasanya saya ingin merengkuh semua poin yang disampaikan oleh penulis. Terlalu banyak informasi (fakta atau opini) yang nampaknya akan berguna (meski entah kapan dan bagaimana saya akan menggunakan informasi tersebut), yang terlalu sayang jika tidak mampu saya ingat baik-baik.

Agar bisa mengingat informasi-informasi tersebut, sebagian orang menandai bagian-bagian tertentu dengan stabilo. Sebagian lagi menulisnya dalam sebuah catatan, dan lain sebagainya.

Lalu, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, dengan upaya tersebut, memangnya seberapa banyak informasi yang akhirnya berhasil kita ingat? Seberapa sering (atau bahkan, pernah kah?) kita kembali ke tanda stabilo atau catatan kita?

Bagi saya sendiri, jawaban dari kedua pertanyaan tersebut tidaklah membahagiakan.

Cukup 1 Hal

Alih-alih berusaha merengkuh semua informasi, saya menemukan bahwa jika saya hanya menangkap satu saja informasi yang paling mengesankan bagi saya, lebih besar kemungkinan saya mengingat informasi tersebut dalam jangka waktu lama.

Bahkan, informasi itu tidak sekadar menjadi ingatan “mati”–layaknya kertas yang menyimpan informasi, namun informasi itu tidak berguna bagi dirinya.

Dengan bertanya, “Apa satu hal paling penting dari buku ini?”, saya berhasil menangkap satu informasi yang lalu membekas dan ter-“install” dalam diri saya. Ia menjadi bagian dari diri saya.

Pertanyaan mengenai “Apa satu hal…” ini adalah pertanyaan yang perlu dibiasakan. Jika kita sudah terbiasa, maka kita bisa mengimplementasikannya dari level makro hingga ke level mikro.

Sebagai contoh, jika awalnya kapasitas kita hanya mampu menangkap dan mengingat “satu hal” dari sebuah buku, di tingkatan selanjutnya kita bisa bertanya “Apa satu hal paling penting dari bab pertama?”, lalu “Apa satu hal paling penting dari bab ke dua?”, dan seterusnya.

Efeknya, kita jadi lebih terbiasa “menerawang” benang merah di balik segala sesuatu, di berbagai level.

Kita jadi lebih terbiasa menangkap substansi, tidak terdistraksi oleh hal-hal yang non-substantif.

Ini tidak hanya berlaku pada buku. Ini adalah kebiasaan yang universal, yang bisa diterapkan dalam berbagai konteks.

Cukup 1%

Ini semua membawa saya pada gagasan bahwa untuk menjadi seseorang yang sangat keren, kita tidak perlu berusaha menelan semua atribut sebuah hidup yang keren.

Misalnya, kita menuntut diri kita untuk memiliki karir yang bagus, karya yang booming, bisnis yang ekspansif, investasi yang bertumbuh, pikiran yang tahu segala hal, dan lainnya di waktu yang sama.

Mengapa? Karena kita akan kewalahan. Jika kita kewalahan, upaya kita akan berumur pendek, tidak berkelanjutan, tidak konsisten. Lalu pada akhirnya kita akan menemukan diri kita belum beranjak jauh dari titik awal.

Alih-alih begitu, beritahukan kepada diri sendiri bahwa kita cukup menjadi 1% lebih baik hari ini dibanding hari kemarin. Itu saja. Lakukan setiap hari.

Jika kemarin menjelang tidur kita habiskan dengan berseluncur di Instagram, hari ini menjelang tidur kita habiskan dengan menonton TED Talks, mungkin?

Jika hari ini saya tidak mendapat asupan pengetahuan baru, maka besok saya akan menghabiskan 15 menit membaca Blinkist, dan seterusnya.

Cukup satu persen saja perubahan kecil yang kita lakukan untuk diri kita di satu hari, lalu kita kunci perubahan tersebut di hari-hari setelahnya. Bayangkan, berapa persen perubahan yang akan terjadi pada diri kamu setelah satu tahun?

Selamat bertumbuh 1% lebih baik setiap hari!

1 year ago

Feeling guilty right now.

Ya Allah please forgive me :))


Tags
1 year ago

TIDAK PERLU TERBURU-BURU MENUJU SHALAT

Penjelasan dalam hadits berikut adalah mengenai salah satu adab ketika mendatangi shalat, yaitu tidak perlu terburu-buru menuju shalat.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَمِعْتُمُ الإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلاَةِ ، وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلاَ تُسْرِعُوا ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا

“Jika kalian mendengar iqomah, maka berjalanlah menuju shalat. Namun bersikap tenang dan khusyu’lah. Gerakan imam yang kalian dapati, ikutilah. Sedangkan yang luput dari kalian, sempurnakanlah.” (HR. Bukhari no. 636 dan Muslim no. 602)

Di antara faedah dari hadits ini:

Terlarangnya terburu-buru menuju shalat ketika mendengar iqomah atau takut akan luput raka’at.

Ketika seorang makmum masuk shaf, maka hendaklah ia mengikuti imam dalam apa pun kondisi imam, baik ia berdiri, ruku’ atau sujud. Ketika imam sujud, maka makmum hendaklah bertakbiratul ihram dan langsung sujud dalam rangka mengikuti imam.

Gerakan yang luput dari imam, hendaklah disempurnakan sendirian setelah imam salam.

Alasan tidak boleh bercepat-cepat ketika itu adalah karena seseorang yang berjalan menuju shalat sudah terhitung layaknya ia berada dalam shalat. Sehingga sudah sepatutnya ia khusyu’ dan tenang sebagaimana orang yang shalat.

Asy Syaukani berkata bahwa tidak dikatakan makruh bagi seseorang yang bercepat-cepat sebelum iqomah. (Nailul Author)

Jadi yang dikatakan makruh tergesa-gesa adalah ketika telah dikumandangkan iqomah atau takut akan luput raka’at.

Referensi:

Al Jaami’ li Ahkamish Sholah, Muhammad ‘Abdul Lathif ‘Uwaidhoh

Nailul Author, Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani.

3 years ago
~Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Ibu 🌸

~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸

Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .

Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.

Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.

Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.

Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.

Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.

Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸

jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.

Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.

Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad .

~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸

Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya . Seperti Ummu Habibah . Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .

Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :

“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu . Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya . Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.

Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .

~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸

Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .

Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .

“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .

Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .

Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸

Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses . Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu . Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .

Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri . Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor . Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia .

Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999

Semoga terinspirasi…

✍🏻 WA BIS ( Belajar Ilmu Syar'I Akhwat )

🍂🍃Untuk para ibu dan calon ibu

1 year ago

Tadi ditunjuk jadi MC acara tasmi', kirain bisa PD dan percaya diri..tapi ternyata aku gemetaran wkwkwk.

Mana pake nangis lagi 🫠🥹 jujur malu..tapi aku terharu mendengar lantunan bacaan yang merdu dari siswa..maasyaAllaah

Aaa dasar aku mental yupi

3 years ago

sekitar kurang dari tiga bulan lagi umurku menginjak usia 24 tahun. aku sendiri kaget, lha apa bener masa-masa SMP dimana aku dan geng mengidolakan coboy junior itu terjadi 10 tahun yang lalu. jujur aku takut dengan umur 24. dibalik angka ini tersimpan banyak sosial standar yang mulai akan mengganggu ketenangan hidupku. salah-satu kata kuncinya adalah 'menikah'. aku tidak menyangka jika istilah menikah benar² menjadi sebuah isu yang sangat dipermasalahkan dikalangan orang dewasa. orang dewasa tidak bisa santai dengan yang namanya status single. orang-orang yang mempertanyakan dimana jodohku masih segelintir sih, jadi aku belum merasa risih untuk hal yang satu ini.

umurku hampir 24, dan aku terjebak pada kegalauan ingin tetap stay di tanah rantau sambil memilin cita atau pulang ke tanah lahir dan hidup berdampingan dengan mama. ada sebuah paradoks yang membuatku cukup bingung untuk memilih. intinya aku sudah punya pekerjaan yg layak disini, jika aku pulang ke kampung belum tentu aku dapat pekerjaan yg lebih baik dan senyaman disini. tapi disatu sisi aku merasa hampa dan ingin tinggal bersama keluarga. kata kakakku mungkin aku membutuhkan pasangan :p tapi pasangan means orang asing, dan yg kubutuhkan adalah keluarga yg bersamaku sedari kecil, karena yg aku rindukan adalah sosok mereka yang menjadi tempatku pulang sedari kecil. aku mencari sesuatu yg hilang semenjak aku dewasa sepertinya :(

pagi ini aku keluar untuk mencari sarapan. langit biru cerah yang kupandangi sambil berjalan tidak hanya mengundang senyum namun juga renungan. kupikir renungan ini tidak ada sangkut pautnya dengan langit namun entah mengapa membuatku terpikirkan begitu saja. memang setiap orang akan menua, dan setiap anggota keluarga akan menemukan jalannya masing-masing. aku, kakak²ku, ataupun adik²ku. pada akhirnya kami bersaudara berjalan di sisi jalan masing-masing, tidak selamanya kami bisa berkumpul bersama. suatu saat pasangan yg berawal sebagai orang asing yang akan menjadi teman hingga menua jika diizinkan.

kuseret kakiku pelan. apa iya aku butuh pasangan? apa sekarang aku perlu meminta dan mengusahakannya di setiap doa-doaku?

aku berhasil membawa pulang satu porsi soto ayam. harganya murah, hanya 10 ribu. saat tiba di kosan aku langsung melahap habis. iya, aku sangat lapar karena melewatkan makan malam dengan gaya.

kumulai panggilan grup di jendela grup keluargaku. tersambung beberapa saudara. mereka saudaraku, beberapa sudah menikah dan keluarga kecil mereka adalah prioritas. pada akhirnya aku menjadi orang diurutan beberapa tingkat dibawah di hidup mereka. aku tidak sepenting itu. i'm not the center of their lifes. dan ya, itulah yang seharusnya terjadi karena aku juga harus menemukan kehidupanku sendiri.

aku teringat ucapan mama. mama ingin aku menikah agar ada seseorang yang menjagaku. beliau hanya ingin ada seseorang yang menjagaku karena beliau tau masing-masing kami akan berlayar ke pelabuhan yang berbeda. jadi apa aku bisa bertemu dengan seseorang yang akan berlayar menuju pelabuhan yang sama denganku?

ah sudahlah. aku ingin pulang dan memeluk mereka.

4 years ago

Allah Tercipta Dari Apa?

Penasaran, kalau suatu hari ditanya gini saya bisa jawab dengan baik ngga ya:

image

“Allah itu tercipta dari apa?”

Jawaban dari ini emang bersifat aksiomatik, artinya sebuah kebenaran yang “emang begitu adanya”, tinggal diterima.

“Allah tidak tercipta dari apa-apa, karena Allah tidak ada yang menciptakan. Allah ada tanpa diawali dan tidak akan pernah berakhir seperti manusia. Kalau sesuatu terbuat dari sebuah material dan ada yang menciptakan, berarti namanya makhluk, dan ngga pantas dianggap tuhan.

Yang pantas disebut tuhan itu adalah sesuatu saking hebatnya hingga mampu menciptakan apapun tanpa ada yang menciptakan dirinya sebelumnya. Kamu mau menyembah tuhan yang diciptakan oleh sesuatu yang lebih kuat darinya?”

Tapi, jawaban aksiomatik gitu akan sulit diterima bagi yang belum menjalani proses berpikirnya, apalagi untuk anak-anak. Makanya mungkin lebih baik kalau dijawab dengan ngajak mikir dulu.

Gini. Kalau kamu bikin robot, apa berarti kamu adalah tuhan karena menciptakan robot? Enggak? Kenapa? Karena kamu harus dibuat dulu lewat rahim Ibu kamu, terus dilahirkan ke dunia. Masa tuhan harus dibuat dulu, terus dilahirkan? Kalau begitu yang lebih berkuasa yang dilahirkan atau yang melahirkan?

Terus, apakah Ibu kamu adalah tuhan karena melahirkan kamu? Enggak? Kenapa? Karena Ibu kamu juga ada yang membuatnya lewat rahim nenek kamu, terus dilahirkan ke dunia juga.

Begitu terus, nenek kamu dilahirkan buyut kamu, sampai ke Nabi Adam. Terus, apa Nabi Adam adalah tuhan karena mengawali semua manusia? Enggak? Kenapa? Karena Nabi Adam juga ada yang menciptakan. Dia memperkenalkan dirinya dengan nama “Allah”.

Yang menciptakan Allah siapa? Engga ada. Udah mentok. Sang Pencipta Nabi Adam ada tanpa ada yang menciptakan dan ngga pernah ngga ada.

Kok bisa sih Allah ada tanpa ada yang menciptakan? Padahal segala sesuatu pasti ada penciptanya?

Gini. Segala sesuatu yang kita tau, termasuk aturan “segala sesuatu pasti ada penciptanya”, itu adalah ciptaan Allah. Allah juga bikin aturan-aturan lain, kayak fisika, matematika, kimia, biologi, astronomi, semuanya aturan yang dibikin Allah.

Semua aturan itu tunduk sesuai perintah dan kehendak Allah, tapi Allah ngga tunduk sama aturan-aturan itu–ya karena mereka semua cuma ciptaan Allah.

Jadi, hukum fisika, matematika, kimia, biologi, termasuk aturan “segala sesuatu pasti ada penciptanya” itu tidak berlaku buat Allah. Allah bisa ada tanpa perlu ada yang menciptakan, tanpa bahan-bahan seperti yang kita pahami di kimia, tanpa ada yang melahirkan seperti yang kita pahami di biologi.

Itulah kenapa kita menyebutnya “Tuhan”–karena Dia ngga sama dengan apapun yang diciptakan-Nya.

Hmm, nampaknya itu pun masih terlalu kompleks untuk anak-anak.

Let me try this one more time:

“Allah itu tercipta dari apa?”

Allah itu ngga tercipta dari apa-apa, Nak, karena Allah ngga diciptakan. Allah ada sendiri tanpa proses penciptaan. Kenapa bisa begitu? Karena Tuhan memang seharusnya begitu, tidak bergantung pada apapun. Satu-satunya yang bisa kayak gitu cuma Allah, makanya kita mengakui dan menyembah-Nya sebagai Tuhan, saking hebatnya.

4 years ago

tak kenal usia

kalau kamu sudah melewati usia 20-25 yang konon adalah masanya seseorang mengalami quarter life crisis, akan tetapi masih kerap merasakan keresahan, kekhawatiran, atau ketidaknyamanan hati, kemarilah duduk bersama saya.

saya hanya ingin bilang bahwa kamu tak sendirian. bahwa yang kamu alami sangat wajar. bahwa apa yang kamu rasakan perlu untuk kamu terima.

saya mengerti bagaimana merindunya kamu kepada teman-temanmu yang sudah tenggelam dalam kehidupannya sendiri-sendiri: keluarganya, pasangannya, anak-anaknya, pekerjaannya, bisnisnya, karyanya.

saya mengerti bagaimana sesekali kamu ingin kembali menjadi anak kecil di hadapan orang tuamu. menangis dan meraung karena tak berhasil meraih sesuatu. atau hanya ingin menangis karena sekadar mengantuk.

saya mengerti bagaimana mungkin kamu ingin cuti hidup. sehari dua hari tanpa melakukan apa pun, tanpa menjalani peran apa pun.

saya mengerti bagaimana kamu gengsi untuk menumpahkan rasa lelahmu karena yah, seharusnya kamu sudah dewasa sekarang. yang kamu percaya, menjadi dewasa adalah tidak pernah mengeluh.

saya mengerti bagaimana kamu pada titik-titik tertentu berujar, "ah seandainya ini dan itu bisa diulang kembali. saya akan ambil keputusan ini atau itu."

saya mengerti bagaimana masa depan tampak mengerikan meskipun kamu telah sekuat tenaga membuat rencana dan menggalang persiapan.

saya mengerti bagaimana jiwamu seakan berceceran sebelum kamu tidur. kamu berharap bahwa malam akan mengumpulkan potongan-potongan jiwamu itu. namun tidak, di pagi hari, masih ada lubang yang menganga di hatimu.

kemarilah, kawan. duduklah di sebelah saya. tumpahkanlah semua yang menggantung di ujung matamu. menjadi dewasa tak berarti memiliki hidup yang paripurna. menjadi dewasa adalah menjalani hidup dengan berani--dengan penuh kesadaran bahwa krisis tak kenal usia.

semoga kamu selalu menemukan keberanian itu.

  • asoeateeputroephon
    asoeateeputroephon liked this · 2 years ago
  • drinkwatersoon
    drinkwatersoon reblogged this · 2 years ago
drinkwatersoon - Jarang Mampir
Jarang Mampir

less is more

209 posts

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags