Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts
Jangan dikira saat seperti ini aku tidak berpikir serius Serius, aku serius Memang enak berbagi nasib dengan kesalahan masa lalu? Serius, aku serius Itu menyesakkan
Mungkin pada dasarnya orang yang sama-sama terluka tidak boleh bersama - Bahkan, keduanya terluka dengan cara yang berbeda. Walaupun oleh musabab yang sama. CINTA. Tapi, selalu begitu kan nasib dari cinta? Hitungan milenia juga selalu menyodorkan sakit sebagai pilihan teratasnya. Adalah Ayu yang terjebak oleh peran yang dia mainkan sendiri. Seorang wanita bayaran yang entah bodoh atau apa terjerat pada pesona orang yang memandang rendah dirinya. Membentaknya hanya karena aroma kopi dan mengasarinya hingga dia nyaris putus asa. Seakan hidup kurang berat saat orang yang begitu dicintainya, Ibunya harus menghadap Yang Kuasa. Lagi, seakan hidup bermain-main dengannya, tahu apa yang terjadi? Dia kehilangan bayinya. Dia tetap wanita, sebagai apapun dia, bahkan kedip pertama dari seorang bayi yang keluar dari rahimnya selalu didambakannya. Ayu berpikir mungkin benar istilah yang bilang 'call no man foe, but never love a stranger'. Tapi, kalau cinta bisa memilih pasti dia juga akan memilih tidak memiliki ayah bejat yang rela menjualnya dan ibu yang lemah karena cinta. Juga tidak menawankan hatinya pada laki-laki yang 'terluka'. Karena, dua orang yang terluka tidak seharusnya bersama. --------- Ide cerita ini sebenarnya bisa dikatakan mainstream, dimana orang asing yang dipertemukan karena keadaan terpaksa akhirnya jatuh cinta. Cinta tumbuh karena terbiasa. Klise tapi cinta selalu seperti itu entah bagaimana pengemasan ceritanya. Tapi, kalau sekali kalian membaca diksi-diksi di dalam cerita ini. Serius! Hati-hati kalian akan terhanyut. Bukan jatuh lagi tapi benar-benar hanyut. Alurnya santai dan tidak ada ambisi untuk cepat-cepat selesai, sehingga konflik dengan apik dan berkontribusi besar menyesakkan dada sebelah kiri. Cerita ini mengajarkan sekali lagi bahwa cinta pantas untuk diperjuangkan. Selamanya manusia tidak pernah akan bisa terlepas dari fitrah Yang Maha Kuasa atas anugerah tak bernyawa tapi mampu menghidupkan itu. Menghidupkan manusia dalam semangat, menghidupkan manusia dalam ambisi, menghidupkan manusia dalam mengasihi sesamanya. Mampu mematikan ketakutan Benny dan menghidupkan gairahnya untuk memperjuangkan Ayu. Cerita SWMT juga mengajarkan bagaimana seorang Ayu mampu bangkit saat dunia seolah-olah roboh di depan matanya. Tidak gentar dengan timpaan reruntuhan, tetapi justru semangat mambangun kapasitas diri untuk tidak berkubang pada jurang kesedihan berlarut. Hidup harus diperjuangkan, karena saat dia tidak menemukan alasan untuk berjuang, tapi dia tetap memaksa untuk berjuang, dia percaya bahwa ada alasan yang menunggunya di depan sana. Dan terbukti, cinta sejati mampu diraihnya. I think it is all a matter of love: the more you love a memory, the stronger and stranger it is. *** Jujur, aku belum baca novel versi cetak SWMT. Hanya membaca ceritanya yang di posting di Wattpad dengan judul yang sedikit berbeda. Aku tidak tahu apakah jalan ceritanya berubah atau tidak, dan kalaupun berubah, banyak perubahan atau tidak. Aku hanya bertaruh dengan ingatanku karena aku sudah cukup lama membaca novel ini di wattpad dan belum selesai. Aku ikut #SWMTcompetition ini karena terkesan dengan penulisnya, Sofi Meloni. She's me me me me generation! Haha :D Tapi semoga review ini ngga ngaco-ngaco banget lah yaa hahaha :D Selamat buat @rainhujan yang sudah menerbitkan karyanya yang luar biasa! :D
Aku sering membaca kata bijak, cerita menyedihkan dan motivasi setinggi langit. Tapi tak ada yang berubah. Ada, saat itu. Menangis minimal. Tapi setelah itu, lagi-lagi pecundang. Huh! Ada apa dengan ‘tidak ada perubahan’?
Aku tak ingin menulis tanpa konklusi Apapun itu hidup adalah pertanyaan, terserah. Aku hanya meyakini untuk memaksakan ada jawaban dari sebuah pemikiran yang dalam. Harus ada.
Masa lalu selalu membawaku kembali Kembali menjadi orang yang dulu kubenci Masa lalu selalu membawaku kembali Kembali mengingat kesakitan akan sebuah kenyataan Masa lalu selalu membawaku kembali Kembali merasakan bahwa semuanya tak seindah yang kubayangkan Aku sudah hidup di masa depan dari masa lalu Aku tidak tahu, antara keduanya mana yang lebih baik.
Lovely earth to stay on - Bogor.
Khusyu'-
Sunset -
Pantai is a good way to see sunset -
ALLAHU AKBAR. Listen and feel it.
Hey child, girl, woman. Look at this! :)
Beautifully waiting -
Raba-raba semu. Menjadi kebanyakan bukan selalu tentang menjadi paling benar, kan? Dan aku menyangsikan makhluk rupa akhir zaman.
Ternyata oh ternyata, Aku pun sama dengan mereka Lebih menyukai apa yang dijadikan angan semata Bukan justru sebuah pembelajaran di mana angan itu bisa saja menjadi nyata.
Ternyata oh ternyata, Aku masih menjadi manusia kebanyakan Ini itu masih saja sama Bukan justru memahami bahwa apa yang ini itu bisa saja salah kaprah.
Ternyata oh ternyata, Kubang yang sama kurasakan juga Menjadi sama memang bukan sesuatu yang diharapkan Tapi mengapa masih saja aku kecolongan? Menjadi pribadi yang sama dengan kebanyakan.
Oh mungkin saja Mereka juga memikirkan hal yang sama Baiklah, tak baik rasanya menghakimi yang sebenarnya tak ada yang salah Hanya harapan saja, semoga kebanyakan itu masih menjadi sesuatu yang baik.
Iya, aku bertanya pada buku di rak itu. Mereka memang proses, hanya menemani tapi bukan untuk bertahan di sisi. Hanya mendampingi tanpa mampu memutuskan.
Selamat pagi, malam. Meretas batas dan membuka tabir kegelapan selalu terhalang tembok penembus sinar. Hanya hitam yang menunduk pada engkau yang tak mau berjalan.
Sungguh, aku merindukan masa kecil. Masa tanpa memikirkan esok. Masa yang tak mengharuskan menjadi siapa-siapa. Masa yang tak memaksakan menjadi korban persepsi. Masa kecil itu masa yang bijaksana.
Oh. Aku sekarang tahu kalau aku memang salah memahami. Harusnya begitulah peran sebuah tulisan. Menjadi ilmu baru untuk langkah beda yang maju.
Sudah banyak membaca walau hanya fiksi. Tapi tak ada buku yang tak satupun bisa diambil manfaatnya, kan? So I am, tapi masih terasa banyak yang kurang sesuai. Entah salah mencerna atau kedangkalan sepihak?
Masih saya merasa ada yang aneh. Ini tidak tahu kenapa semakin hari semakin saja banyak yang menggajal. Sesak rasanya. Saya tahu ini sedikit banyak karena cerita-cerita itu. Sesak karena banyak sekali yang belum saya tahu. Tapi yang membuat saya geram adalah saya sesak tentang hal yang berbau 'bukan kesederhanaan'. Lalu semuanya mengabur dan itu semakin menempel di sela-sela sel otak yang bodohnya semakin membuat resah dan gelisah. Aaaaah... Jujur saya benci perasaan ini. Perasaan keingitahuan yang entah bagaimana cara mewujudkannya. Bukan hanya sekedar tahu tapi benar-benar ingin tahu. Ya Allah jangan bebankan ketidaktahuan ini menjadi sesuatu yang menggerogoti jiwa. Sungguh, ketidaktahuan ini membuatku sangat lelah. Bagaimana kalau ketidaktahuan ini selamanya tidak terjawab? Apakah saya akan menjadi gila?
Socrates dalam quote yang paling membahana. Orang yang bijaksana adalah orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu. Makna filosofis tentang seharusnya seorang manusia menjalani hidupnya dengan berjalan di bawah bayang kekuasaan Tuhan. Manusia hanya makhluk pengikut yang daya upayanya lebih sedikit dari pada daging tak bertulangnya. Itu menjadi malapetaka tentang hati yang koyak dan mencoreng moreng makna kebaikan. Sudah sebaik dan sepantasnya bahwa tidak tahu ada menjadi suatu keharusan. Tidak tahu yang dimaksud oleh filsuf itu. Tidak tahu yang sadar atas ketidaktahuan itu.
Aku baru saja selesai membaca novel yang di dalamnya memuat cerita tentang kekaguman pada sosok Paulo Coelho, penulis supermega best seller The Alchemist. Jujur saja aku belum pernah membaca bukunya. Tapi dengan membayangkannya saja aku langsung jatuh hati pada penulis asal Brazil itu. Bahkan sekarang aku mengikuti akun instagramnya dan tidak berfikir dua kali untuk selalu me-screenshoot saat ada posting terbaru darinya.
Apa yang membuat Coelho menjadi hal yang menarik malam ini? Yah, tentu saja karena sesuatu dari dia membangunkan suatu kesadaran baru bagiku. Passion. Saat aku selesai membaca novel itu hatiku resah dan pada akhirnya memutuskan sesuatu tanpa pikir panjang. Skip. Urusan ini biar hanya aku yang tahu. Dan Allah. Tapi hal lain yang menjadi keputusanku adalah aku harus melakukan sesuatu. Untung saja aku memang sudah menemukan apa sesuatu yang kuinginkan. Ya, menulis. Aku akhirnya melakukannya. Menulis sebuah cerita dari aplikasi penampung cerita. Aku hanya ingin memulai menghalau segala kekhawatiran bahwa aku tak bisa melakukan apa-apa. Dan jujur saja aku baru menulis sedikit. Satu part. Tapi kalian tahu bagaimana rasanya? Luar biasa. Ada rasa tak biasa yang berdegub dari dalam dada. Sebuah sensasi yang menyenangkan. Oh, begini rasanya melakukan sesuatu dari apa yang kita senangi dan ingini. Baiklah, mari menjaga konsistensi. Semua letupan di dada ini senantiasa berirama. Hei, doakan aku semoga langkah memulai ini menuai sesuatu yang bermanfaat.
Rasa yang membuncah ini harus aku mintai pertanggungjawaban pada siapa? Ini bukan rasa tentang apa yang banyak menjadi perbincangan kebanyakan manusia pada usiaku. Ini rasa tentang yang tak aku tahu apa namanya. Rasa yang tak tahu bagaimana aku harus menghadapinya, terlebih melepaskannya. Kenapa melepaskan? Karena sungguh ini bukan rasa permen cups a cup atau es krim hula-hula yang sering dicecap. Ini tentang rasa yang sama sekali tanpa deskripsi. Setidaknya aku yang belum pernah merasakan buncah ini sehingga tak mau sok tahu mengartikannya. Kalau boleh, aku cuma ingin bagaimana rasa ini bisa lepas. Iya, lepas. Lepas dan tak pernah datang lagi. Atau datang di saat aku sudah mampu memahami dengan proses yang entah bagaimana di depan nanti. Biarkan rasa ini lepas dan tetap menjadi tanya yang ditunda jawabnya.
Ternyata aku masih menjadi pemuda kebanyakan. Pendirian yang masih terombang-ambing. Ingin ini dan itu yang jelas berkebalikan. Salahkan mata. Mencintai keindahan yang salah. Semoga hati ini entah dengan pelan atau langsung mencerabut mampu membawa kembali dengan tap tap tap tatapan yang benar.
Aku sering mendengar bahwa cinta sering beriring duka. Aku hanya tersenyum saat mendengarnya. Begitu tak adakah campur tangan Allah dalam kehidupan mereka yang mulia itu. Cinta itu bagai hujan yang menyatukan sesuatu yang bahkan selama ini tak tersentuh sekalipun, bumi dan langit.
Suatu ketika, aku mengijinkanmu masuk ke dalam duniaku. Karena apa? Aku tidak tahu. Duniaku yang terjal penuh liku, banyak jurang banyak badai, sering hujan sering gersang. Kamu melangkah penuh kekhawatiran, penuh pertanyaan, penuh rasa ingin tahu tentang dunia yang sedang berusaha kamu kenali.
Cinta untuk masa yang belum berani bertanggung jawab adalah nafsu semata. Bagaimana harapan menghamba pada pemilik diri yang rapuh. Bukan pada Maha Pembolak Balik Hati. Saat cinta datang, yang perlu dilakukan adalah meminta menjadi siap dihadapanNya. Sebab cinta terlalu agung untuk mereka yang hanya senang bingar mengumbar hawa nafsu.
Memikirkan tentang berlalunya kenikmatan umur. Berkhayal tentang hal yang tidak jelas pertanggung jawabannya di masa depan. Angan-angan, kenapa itu begitu mudah menelusup. Bukan impian, hanya bayang-bayang. Oh sungguh ini adalag suatu kesia-siaan yang nyata.
Ahlan wa Sahlan ya Ramadhan. Mohon maaf atas segala khilaf. Semoga barakah selalu menyertai umat Muslim di seluruh dunia. Aamiin. 😊 – View on Path.
Aku terpukau dengan apa yang kau ciptakan. Aku memang manusia yang mudah mencintai keindahan. Keindahan yang kau ciptakan dengan kaya. Aku menyukai kekayaan dari makna tersirat kata yang kau tulis. Tapi aku bukan apa-apa. Maaf, aku hanya menyukaimu dengan kesederhanaanmu. Seperti tanah yang merindukan hujan. Langit yang berharap cahaya bintang. Kau yang mengharap langit senja yang sabar kau nantikan. Mata cemerlang yang merindukan tangis kebahagiaan. Sesederhana itu aku menemuimu untuk menancapkan rasa ini. Maaf, kamu yang kaya pada akhirnya hanya dicintai olehku. Tenang. Ini bukan cinta apa-apa. Ini hanya cinta mengenai apa yang kau cipta. Bukan tentang kamu.