Sudah banyak membaca walau hanya fiksi. Tapi tak ada buku yang tak satupun bisa diambil manfaatnya, kan? So I am, tapi masih terasa banyak yang kurang sesuai. Entah salah mencerna atau kedangkalan sepihak?
beginilah :)
Semakin terbukanya akses informasi pada era internet ini (alah-alah bahasaku berasa mau bikin latar belakang skripsi) membuat setiap orang bisa mendapatkan apa saja yang dia butuhkan. Serius, like, Google itu mengakomodasi informasi apapun dengan keyword yang sesuai. Asal jangan cari tahu siapa nama nenek moyangmu. Manalah dia tahu kecuali kau cucu Soeharto yang perpustakaan SD juga penuh sama buku tentang dia. Kebiasaan ngelantur, intinya bukan itu.
Ini entah karena aku semakin tua makannya merasa kebutuhan akan ilmu semakin kuat atau karena emang aku sebodoh itu yang selalu merasa nggak tahu apa-apa atau karena kepalaku yang selalu riuh dan inginnya memikirkan hal yang berfaedah. Ketiganya nggak buruk. Terasa semenjak aku kuliah semester awal kebutuhan untuk men-supply diri dengan sesuatu hal yang baru terus meningkat. Semakin mengkhawatirkan sampai saat ini. Selalu ada di kondisi ‘apa yang sudah kupelajari atau dapat hari ini?’ atau ‘anjir itu orang berasa ngerti segalanya kok aku nggak ngerti apa yang dia omongin ya’ (mostly anak ask.fm which is dia anak politik yang tentu saja aku lemah di ilmu itu tapi terasa cukup tertarik untuk mempelajarinya). Dan jadilah walaupun cuma basic dan effortnya tidak terlalu kuat sampai harus akses jurnal internasional (seperti referensi yang dia gunakan) bahkan cuma akses dari berita-bertia ngehe perpolitikan dalam negeri setidaknya konsepnya dapat.
Ketidaktahuan itu nikmat juga.
Bagi yang betulan sadar bahwa mengisi kepala dengan ilmu adalah sebuah keharusan maka mencari ilmu itu adalah kenikmatan yang sensasional. Ketidaktahuan yang nikmat. Apalagi kalau menyadari bahwa diri jauh tertinggal dari orang seusia kita yang melesat jauh di depan misalnya. Seperti halnya aku yang baru saja ketampar bolak-balik rasanya sama orang-orang yang masuk 30 under 30-nya majalah Forbes. Masing-masing bidang sudah digarap dengan gemilang seperti consumer technology, retail and e-commerce, the art, manufacturing and energy, finance and venture capital, enterprise technology, health and skincare serta media, marketing and advertising. Sedangkan aku di sini menyadari bahwa aku jauh, sejauh-jauhnya tertinggal dan lambat, selambat-lambatnya belajar dari mereka semua. Mungkin bukan penghargaanya yang membuat tertampar, tapi bagaimana orang-orang ‘di bawah 30 tahun’ itu begitu well-informed sampai akhirnya membuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Itulah tujuan piramida puncak dari belajar.
Tapi nggak apa-apa. Akan ada saatnya buatku dengan cara yang berbeda. Alhamdulillah aku sudah memulai: menulis. Menulis bagiku adalah salah satu cara untuk memberikan hal yang berguna bagi orang lain. Tidak melulu harus menjejelkan ideologi yang kupunya ke pembaca, justru lebih ke membawa mereka pada berbagai perspektif sampai akhirnya mereka bisa menentukan penyikapan terbaik atas sesuatu yang didapatkannya. Sikap kepoku tentang banyak hal ingin aku bagi juga kepada yang membaca tulisanku. Walaupun masih sangat terbatas ilmunya, tetapi aku coba mengamalkan seperti yang HR Bukhari katakan ‘sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.’ Persyaratan yang mengikutinya adalah ilmunya harus jelas dan pemahaman dari penyampai harus baik. Entah aku sudah memenuhi persyaratan itu atau belum tapi setidaknya dengan menyampaikan suatu hal bisa merangsang siapapun nantinya yang ingin tahu lebih mendalam.
Kondisiku sendiri saat ini masih ingin tahu begitu banyak hal dari semua bidang keilmuan. Mungkin nggak semua. Minus teknik, kedokteran, akuntansi tidak terlalu menjadi minatku dikarenakan ilmu profesi itu terlalu teknis dan aku sudah jauh tertinggal. Tapi seperti sebelumnya yang aku sampaikan, bahwa bisa tahu konsep saja juga sudah menyenangkan buatku. Mungkin spesifik yang sering menjadi concern-ku adalah hal-hal yang banyak menjadi headline atau kategori berita juga seperti politik, ekonomi, kesehatan (secara general), fashion, teknologi minus otomotif, gaya hidup, travelling dan lain sebagainya. Aku memaksakan diri untuk setidaknya tahu secara general tentang hal yang aku sebut di atas. Beberapa cara yang kulakukan untuk membuat pencarian insight ini menjadi menyenangkan adalah: 1. Membaca berita harian (aku baca Kurio karena WSJ bahasanya ketinggian buatku) 2. Follow akun-akun penyedia berita di Twitter 3. Follow orang-orang yang concern tentang apa yang menjadi ketertarikanku (ini bisa di semua media sosial yang kita mainkan, bahkan tak jarang ada beberapa orang yang konsisten aku follow di semua akun media sosialnya) 4. Tonton video bermanfaat (aku paling senang tonton TED, Buzzfeed bahkan serandom Allux) 5. Mendengarkan podcast (biasanya kalau menemukan source yang proper, dia sudah lihai membahas berita apa yang sedang ‘in’) 6. Main pinterest (astaga ini sangat amat kesukaan. Bagaimana melihat infografik-infografik itu disajikan dengan visual yang menyenangkan) 7. Main ask.fm (ini mengacu ke poin nomor tiga yaitu dengan memanfaatkan tanda bintang untuk setiap akun yang kita anggap apa yang keluar dari jawabannya akan mencerdaskan kita) 8. Main instagram (ini sangat penting untuk melatih visual terutama bagi yang suka fotografi spesifik fashion atau travelling) 9. Membaca blog (entah milik so called influencer atau bukan, selama merasa dia worthy dan good enough untuk diambil ilmunya ya baca saja!)
Cara nomor 1-9 rasanya menyenangkan semua untuk dilakukan. Aku menjaga dan memaksa diri untuk terus konsisten mengakses beberapa poin tersebut. Karena sesungguhnya terlalu banyak yang terjadi setiap harinya di saat kita selalu bilang kalau ilmu kita belum ada setetes air laut. Dan ilmu seluas lautan itu bisa kita dapat atau temukan dengan mudah sekarang. Pertanyaannya adalah selalu dan selalu mau atau tidak. Mungkin kalau kita tidak merasa harus mengetahui banyak hal, setidaknya ahli di bidang yang kita pelajari dengan intens seperti jurusan sekolah atau kuliah pun tak apa. Dan kembali menerapkan setetes air di lautan itu. Keingintahuan itu bisa ditumbuhkan secara alami atau dipaksa tumbuh. Sampai pada akhirnya kita ingin membuat diri kita ahli di dalamnya atau hanya sekedar tahu.
Dini hari yang selalu panjang. Ku habiskan dengan renungan yang mudah terlupakan. Duhai malam kelam yang disambut gelap dini. Aku selalu ingin bercerita. Tapi angin selalu berbeda. Atmosfer ini membuatku sesak. Lelah aku berkejar bayang mencari sebuah titah. Mungkin memang harus kujaga sendiri. Bayang-bayang kelam yang tak selamanya sesak. Bayang-bayang kelam yang merindukan terang.
Innalillahi. Semoga kami bukan termasuk bagian dari ini.
Pada saat kita sudah berada di titik terendah, hanya ada satu jalan yang bisa dilalui. Yaitu jalan kembali ke atas!
Noah The Movie
THIS!
(via firranayana)
INI!
Astagfirullah dapat tamparan lagi. Setelah baca quotes ini lalu kembali gamang :| " Friendship… is not something you learn in school. But if you haven’t learned the meaning of friendship, you really haven’t learned anything " - Mohammad Ali. Ya Allah, apa iya hamba yang terlalu berburuk sangka atas perlakuan yang kurang berkenan? Terlalu menuntut semuanya sesuai apa yang hamba ingin? Terlalu mudah menyimpulkan hal yang ngga penting? Terlalu ambil hati atas sifat orang yang punya kehidupan sendiri? Astaghfirullah… Kenapa hamba memiliki hati yang sebegini piciknya? Ya Allah, ampuni hamba atas hati yang seperti ini. Ampuni hamba yang terlalu tinggi hati dan berpersepsi hal-hal yang Kau benci. Astaghfirullah, ampuni khilaf ku Ya Robb. Begitu hati ini terombang-ambing dengan begitu mudahnya dalam lenaan hati yang entah siapa yang memguasai. Ya Robbi, bantu hamba untuk menyingkirkan segala rasa iri, dengki dan prasangka ini Ya Allah. Bantu hamba menjadi pribadi berkualitas yang memiliki hati unggulan. Bantu hamba untuk mengendalikan hati ini atas segala emosi. Bantu hamba untuk berlapang dada dan berhati besar. Bantu hamba untuk memiliki hati yang paham. Hati yang akan selalu berkhusnudzon KepadaMu dan kepada makhlukMu. Bantu hamba untuk menjadi pribadi yang lebih berkualitas dan menjadi auliaMu :’)
-Sahabatku, maafkan atas prasangka yang kekanak-kanakanku ini ya. Mungkin aku.terlalu ambil hati atas sikapmu yang bahkan tidak ada hubungannya sama sekali denganku. Mungkin ini perasaan sayang yang kurang murni. Sekali lagi maafkan aku ya. Aku tidak akan ambil hati lagi atas segala sikap dan sifatmu. Ini bukan ketidakpedulian, tapi pengendalian diriku sendiri untuk mampu memahami apa yang harus kupahami nantinya-
Adikku, guru Bahasa Indonesia di sekolah itu mengajarimu berbahasa tidak untuk kau gunakan mengeluh. Sudahlah. Mengeluh tidak mengubah apa pun, dan kesukaan menunda hanya mempersulit kehidupan. Bangkitlah. Jauhi perasaan enak dalam kemalasan, karena itu adalah penyesatan yang melemahkan tubuh, yang menjauhkan rezeki dan merendahkan derajat. Rajin, tetap lebih baik.
Mario Teguh (via marioteguh)
Suka pada seorang ibu yang menumbuhkan anaknya dengan ilmu. Manjawab berbagai hal yang selama ini dianggap lumrah dengan ilmu. Karena payahnya seorang ibu dalam belajar untuk membesarkan anaknya adalah manifestasi dan investasi tersempurna bagaimana anaknya akan bersinar nantinya.
nauraini
Sesederhana ini rasa rindu yang membuncah atas nama "pertemanan". Segalanya menjadi semakin syahdu saat sesuatu bernama "jarak" menjadi penghalang yang manis untuk doa-doa yang menggema di langit. Siapa menyangka, ternyata memang beginilah anugerah Tuhan bernama "cinta" atas nama "persahabatan" - Beribu sujud :)
Aku menangis bukan karena takut mati atau karena kecintaanku kepada dunia. Akan tetapi, yang membuatku menangis adalah kesedihanku karena aku tidak bisa lagi berpuasa dan shalat malam.”
(‘Amir bin ‘Abdi Qais)
Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts