Hari ini gemes banget sama anak-anak. Masa iya cuma karena adek kelasnya minta tolong sama aku untuk dianterin ke suatu tempat, merekanya jadi posesif wkwkw. aku dipeluk gak boleh pergi, mereka gak mau aku diculik sama adik kelas 2 katanya, hahaha.
nak, makasih yaa udah menerima aku menjadi bagian dari kalian. terharu 🥺🥺
semoga Allaah mudahkan perjalanan ini, aamiin 🥰
Tadi ditunjuk jadi MC acara tasmi', kirain bisa PD dan percaya diri..tapi ternyata aku gemetaran wkwkwk.
Mana pake nangis lagi 🫠🥹 jujur malu..tapi aku terharu mendengar lantunan bacaan yang merdu dari siswa..maasyaAllaah
sedang ngumpulin niat untuk nyuci
Aku anak rumah tangga yang tak pandai memasak
Aku kesal dan mengeluh jika orang-orang rumah mendapukku sebagai koki utama untuk makan malam keluarga. Bukan...bukannya aku males hyung, tapi karena aku insecure dengan ketidakmampuanku untuk menyenangkan lidah-lidah costumerku. ya ampun, aku sudah membayangkan masakanku tidak akan melewati indra pengecap mereka dengan sopan.
Saat aku memasak, ada saja kekurangannya. Nasi yang lembek, Ikan goreng yang gosong, sayur tumis yang over kuah, gorengan perkedel yang susah dikunyah saking kerasnya. Ehmm macam-macam. Dan rasa hambar adalah citarasa khas untuk semua jenis masakanku.
Aku hanya bisa mengomel sambil memasak, " gapapa nih orang-orang rumah makan masakanku ? Kan gak enak, kan hambar :( ".
Mama hanya menanggapi, " ya gak akan bisa enak kalau gak belajar, gak dilatih ".
Bahkan caraku memotong sayuran pun masih kena protes mama, " ya Allah ndah, motongnya jangan kecil-kecil gitu, tapi seperti ini..apa salahnya nak bertanya ".
Kupikir untuk memotong sayuran, aku bisa memakai insiatif dan instingku sendiri saja. Yaaa tapi ternyata inilah buktinya aku memang kurang dibidang memasak.
Tapi sebagai anak rumah tangga, aku tidak bisa menghindari pekerjaan rumah yang satu ini. Walaupun di sore hari aku sudah mengerjakan cucian piring yang banyaknya masya Allah, tetap saja tugas memasak makan malam tidak sah jika bukan aku yang mengerjakan, pasti suka dapet kodean tuh " wah udah jam berapa nihh makan malem belum ada ", yesss kadang aku masak kalau udah mendekati jam 9 malem, tadinya ngarep kakak yang ngerjain tapi tetep kaan wkwk. Fyi, untuk sarapan dan makan siang aku bebas tugas karena di jam tersebut aku sedang sibuk-sibuknya mengajar di kelas online-ku ( jadi wajar aja kalau aku yang diharapin untuk masak makan malam emang, wkwk gimanaa sih aku 🤣😂😂 )
Tapi beberapa hari yang lalu, aku dapet teguran halus dari Allah lewat IG-TV nya si eteh geulis Ghaida Tsurayya, pokonya dari video si teteh aku diingetin kalau kegiatan memasak itu juga sebuah ibadah, bayangin seberapa banyak pahala yang kita hasilkan saat orang-orang rumah memenuhi kebutuhan primernya ( baca : makan ) dari hasil jerih payah kita, itu berarti kita memenuhi salah-satu tujuan kita diciptakan, yaitu menjadi orang yang bermanfaat. Apalagi menjadi orang yang bermanfaat untuk keluarga dekat sangat dianjurkan kan ? :). Hmmm... bener juga, selama ini aku suka mengomel saat memasak, ya mana mungkin bakal dinilai ibadah. Hiksss. Akutuu jadiii merasa bersalah sepenuhnya sama orang-orang rumah, karena gak membuatkan mereka hidangan yang dibuat dari hati. Ya Allah faghfirlii.
Dan sejak saat itu, aku bertekad ingin mahir dibidang memasak, yaaa paling tidak aku bisa menguasai basicnya. Tiap masak aku banyak bertanya dan belajar, dan mencari tahu apa saja kesalahan² memasak yang biasa kulakukan sehingga tidak ada kemajuan....daaan tadaaa akhirnya kemampuan memasakku improved. Walaupun gak beda jauh sama yang udah-udah 😂 kadang masih suka hambar , kadang masih suka aneh juga rasanya.
Well, betapa indahnya perjalanan belajar yang landasannya berorientasi akhirat. Semangat! Semangat !!!
jalanan yang sangat akrab dan kukenali. Ini jalan menuju rumahku!
kenapa aku tiba-tiba berada di sini?
aku terdiam beberapa detik dan mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. walau ini terasa sangat aneh, aku bahagia karena aku pulang. Alhamdulillah.
Dengan setengah sadar aku segera berlari ke rumah, tempat hangat di mana keluargaku berada, tempat di mana aku melupakan kesepianku sejenak, tempat di mana aku tenggelam dalam riuh keramaian. tempat di mana aku merasa, aku ada.
Aku melihat mama sedang mengurus dua keponakanku yang masih balita. Mama duduk di sebuah kursi. Dan di saat inilah aku sadar bahwa semua ini hanya mimpi, hanya hayalan bawah sadarku saja, realitanya sekarang aku sedang tidur di atas kasur kamar nomor 8 yang berjarak ratusan kilometer dari rumah.
Aku menangis tersedu. "Ma maafkan aku ma", aku berulang kali merengek pada mama, memohon belas kasih, memohon maaf sebanyak-banyaknya. Air mataku terjatuh dengan derasnya, air mata yang terasa begitu nyata.
Mama tertawa, bahkan tawa renyah yang menenangkan hati itu belum pernah kulihat sebelumnya. "tidak apa-apa nak, tidak apa-apa."
Aku bangun dari tidurku. Dan memang semuanya hanya mimpi.
Aku tak tahu apa maksud dari mimpiku. Kuharap hanya sebuah bunga tidur. Kuharap mimpiku hanya memberikan sinyal bahwa aku rindu. sangat rindu.
Karena entah mengapa aku jadi takut. perasaan takut ini membuat aku merapalkan doa,
Ya Allah, tolong jaga mama, tolong jaga mama, tolong jaga mama.
Ya Allah, tolong panjangkan umur mama, tolong pertemukan kami pada pertemuan yang indah.
Ma, aku rindu ma, tolong jawab panggilan video call dariku. kenapa nomor whatsapp mu tidak berdering?
Ma, aku sayang mama :(((
kami menyebutnya kue doko-doko. tampilannya memang biasa, tapi jangan tertipu. teksturnya lembut dan rasanya pisang banget. buatan mamaku tidak ada duanya. aku bahkan nambah berkali-kali.
sebenarnya aku heran, kenapa susu pisang bisa hype banget di korea sana. belum pernah nyoba, tapi bayanganku susu pisang sangat tidak akan cocok di lidahku.
tapi saat mencoba kue doko-doko yang berbahan utama pisang ini, perspective-ku akan susu pisang berubah. bisa kubayangkan pisang akan seenak kue buatan mamaku kalau diolah dengan pas dan kreatif.
doko-doko pisang yang ku post ini adalah kenangan indah di bulan mei kelahiranku kali ini.
terima kasih mama.
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya .
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an.
Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu.
Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya . Seperti Ummu Habibah . Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya .
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya :
“Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam ! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu . Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu . Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya . Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, aamiin !”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i .
~Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman .
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak .
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan .
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani .
Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.
~ Jika suatu saat nanti kau jadi ibu 🌸
Jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses . Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu . Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu .
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri . Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor . Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia .
Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999
Semoga terinspirasi…
✍🏻 WA BIS ( Belajar Ilmu Syar'I Akhwat )
🍂🍃Untuk para ibu dan calon ibu
dua hari menuju ramadan.
i'm here, di dalam bus primajasa jurusan Bandung - bandara soekarno hatta. penerbanganku pada pukul 1 dini hari. Semoga aku tiba tepat waktu.
ada satu momen manis yg ingin kukenang pada hari. Teh Lia terlihat surprised dengan koper besarku. Kata Teh Lia, dia tidak pernah bepergian jauh, jadi dia tidak tau bagaimana rasanya berpergian dengan membawa koper.
"Duh, kamu mau mudik aja udah bikin sedih, gimana kalau kamu pindahan. Teteh bakal sedih banget"
aku terharu mendengar cuitan teh Lia yang terasa tulus sampai ke hati. Aku selalu percaya hati selalu berhubungan dengan hati. Jika tulus, langsung terasa aja gitu.
padahal beberapa hari yang lalu, sambil memaksakan diri untuk menikmati small walking menuju angkot, aku sudah merencanakannya. Aku pikir keputusanku sudah bulat untuk pindah ke kosan yang lebih dekat dengan tempat kerjaku. Walau telah berusaha untuk memikirkan dampak positif dari berjalan jauh dengan beban tas laptop di punggung hanya untuk meraih angkot, pada akhirnya aku tetap saja mengeluh. Kenapa makin hari tempat ngetem angkot tambah jauh? kenapa makin hari ngetemnya semakin tidak berperikemanusiaan? sibuk sekali aku membandingkan perilaku angkot bandung dengan yang ada di jakarta, bahkan dengan daerah asalku. hanya di kota Bandung aku merasakan kekesalan tingkat tinggi karena menunggu angkot ngetem. apalagi 20 menitku yang sebelumnya habis hanya untuk berjalan menuju angkot.
aku sudah menandai calon kosanku yang baru. Setelah lebaran apa aku bisa pindah?
tapi pemikiran itu musnah, manakala mengingat kebaikan-kebaikan dan ketulusan teh Lia. Bagiku teh Lia bukan hanya penjaga kosan pa Masri, beliau lebih dari keluarga di tanah rantau yang sepi nan sendu ini.
makasih teh Lia.
23 September 2023
Akhirnya bisa menyelesaikan surat Al Qamar yang hampir sebulan dimurajaah :)))
Ya Allah selama itukah menyelesaikan hafalan Al qamar yang gak nyampe dua lembar 🙁
But aku bersyukur bisa melewati surat ini
Now persiapan untuk surat Al Mulk. Semangat wahai diriii