Kangeeeen Masa-masa Belum Ada Internet. Kangeen Majalah-majalah Remaja Islami Jaman Dulu, Apaya ? Lebih

Kangeeeen masa-masa belum ada internet. Kangeen majalah-majalah remaja islami jaman dulu, apaya ? Lebih seru aja gitu bacanya. Hufffh kira-kira di masa depan teknologi manusia bakal kayak gimana ya ? Cepet bgt perkembangannya :"" ga siap akutu dengan segala kemudahan teknologi dihari ini ataupun dimasa depan nnti. Rasanya begini aja udaah cukup. Gak usah aneh aneh lagi plis.

More Posts from Drinkwatersoon and Others

4 years ago

restart, and heal

1 year ago

Tadi ditunjuk jadi MC acara tasmi', kirain bisa PD dan percaya diri..tapi ternyata aku gemetaran wkwkwk.

Mana pake nangis lagi 🫠🥹 jujur malu..tapi aku terharu mendengar lantunan bacaan yang merdu dari siswa..maasyaAllaah

Aaa dasar aku mental yupi

3 years ago

maasya Allaah

Hikmah Berbagi

Aku mengingat sebuah nasihat dari ustadzku, bahwa salah satu keberkahan harta ialah semua orang bisa merasakannya. Semua orang punya harta, tapi tidak semua orang mampu lapang untuk berbagi apa yang mereka punya.

Sebagaimana kebaikan akan melahirkan sebuah kebaikan yang lain, begitu pula dengan pemberian. Akan menularkan yang lain untuk saling berbagi.

Seseorang yang suka memberi, belum tentu punya banyak harta. Bisa jadi mereka hanya punya secukupnya, namun lapang saat berbagi pada yang lain.

Kebiasaan memberi, sejak kecil sudah sering ditanamkan oleh kedua orang tuaku. Bahkan ketika aku membawa bekal dulu, mama memberi lebih supaya aku berbagi pada yang lain. Padahal mah kalo dipikir-pikir, teman-temanku SD dulu banyak yang jauh lebih kaya, kayaknya ya gak perlu dikasih lagi. Eh tapi mereka seneng aja kalau dikasih. Hmm tapi memang bukan itu poinnya.

Bukan tentang seberapa banyak pemberian itu, melainkan rasa tulus dan ikhlas untuk berbagi. Mereka yang diberi merasa diperhatikan, merasa dirangkul.

Seperti sabda Rasulullah, bahwa hadiah/pemberian akan memunculkan rasa sayang dan cinta.

Kami memang bukan orang kaya raya yang bergelimang harta, namun, ayah selalu mengajarkan bahwa memberi orang lain tidak akan mengurangi harta kita sedikitpun.

Toh, harta di dunia ini sebenarnya bukan milik kita, ada hak orang lain disana.

Sampai kuliahpun, mama selalu menasihatiku, "kalau kamu minta bantuan temanmu, atau dia sudah berbuat baik padamu, balaslah. Nggak harus sesuatu yg mahal, hal kecil aja sebagai tanda terimakasih".

"Kalau ada temanmu yang berjualan, belilah sebagai bentuk apresiasi", lanjut ayahku.

"Atau kalo kamu masak apa gitu, temen atau tetangga juga dikasih", tambah mamaku.

Dulu saat kuliah, aku seringkali meminta beberapa temanku untuk mengajariku, belajar bareng, lalu kubawakan nasi bungkus, jajanan atau sekadar minuman. Hal sederhana, namun bisa menguatkan pertemanan itu sendiri.

Pemberian tidak harus berupa sesuatu, bisa juga waktu dan kesediaan kita untuk orang lain. Kita bisa meluangkan waktu dan pikiran kita untuk membantu, menemani, atau mendengarkan mereka.

Aku jadi teringat temanku saat di pesantren dulu. Sebelum ia makan makanannya, teman-teman di sekitarnya ditawari terlebih dahulu, meski hanya sepotong roti.

Setelah itu, banyak juga teman-teman lain yang mencontoh akhlak temanku ini. Betapa banyak pahalanya, bahwa kebaikan selalu akan memunculkan kebaikan lainnya.

Ustadzku yang setiap hari memberi makan santrinya, banyak sekali orang yang ikut memberi uang, sembako, perabotan rumah, juga makanan-makanan mentah maupun matang.

Pernah ketika kondisi finansial ayah memburuk, banyak sekali yang membantu, masyaAllah. Kalau aku inget hal itu, rasanya kayak heran aja kenapa tibatiba banyak saudara maupun teman yang bantu ayah, padahal kadang juga bukan bantuan kecil.

Saat setelah menikah, mama bercerita banyak pada suamiku tentang ayahku yang sering membantu orang lain. Jadi ini alasan kenapa saat ayah berada di bawah, banyak orang yang peduli.

Waktu aku menikah pun, banyak sekali yang mengirimku kado. Padahal aku batalkan semua undangan saat itu karena pengumuman ppkm. Betul sekali kata mama, "Allah yang akan mencukupkan".

Begitulah. Banyak sekali cerita. Aku jadi tau, bahwa dampak berbuat baik ternyata bisa sebesar itu. Itu aja baru Allah balas di dunia, apalagi kalau kita benar-benar ikhlas, kan? Allah balas pahala di akhirat nanti.

Jangan pelit! Berbagi tidak mengurangi sedikitpun apa yang kita punya. Kalau sedikit saja kita enggan, bagaimana kita bisa lapang memberi dalam jumlah yang banyak?

Buntok, 10 November 2021 | Pena Imaji

4 years ago

Assalamu 'alaikum, kak Yasir. Sy telah melakukan tindakan dan mengambil bbrp keputusan yg ternyata salah, dlm hidup sy selama 2 th terakhir menjalani pendidikan S2. Akhirnya sy jadi yg paling lambat progresnya dibanding tman kelas yg lain. Pdhl dulu, sy termasuk aktif di kelas. Sy minder banget dan merasa gagal krn blm mulai tesis smpai skrg. Perasaan ini malah bikin sy berusaha mencari pengalihan shingga progres sy tetap melambat. Mohon saran dan nasihatnya, kak. Trimakasih.

Wa’alaykumussalam Wr Wb.Maaf banget–kalau kamu masih baca blog ini, saya baru jawab sekarang. Ini pertanyaan udah lama banget. Mungkin kamu udah selesaikan S2 kamu saat ini.

Saya ingin berpendapat tentang ini karena barangkali ada temen-temen lain yang sekarang situasinya mirip dengan situasi kamu saat itu.

Apa yang kamu alamin sedikit banyak juga saya rasain meski dalam konteks dan kadar yang berbeda. Kalau saya konteksnya adalah karir. Saya akan berbagi hal yang saya lakukan yang kira-kira relevan untuk menghadapi situasi itu.

Pertama, berangkat dari kepercayaan bahwa kita ini ga buruk, ga bodoh. Kita perlu sadar bahwa kita punya kekuatan. Kalau bisa, coba telusuri bukti-bukti di masa lalu bahwa kita ini orang yang keren, prestatif, cerdas, atau atribut positif lainnya. 

Hanya saja, situasi sekarang ga mendukung kita untuk menjadi versi terbaik diri kita. Entah itu karena keputusan-keputusan yang kita ambil maupun karena faktor eksternal.

Bukan mengajarkan untuk punya mental playing victim ya, cuma menurut saya sah jika kita ngerasa ada hal-hal di luar diri kita yang memengaruhi pikiran dan mental kita sehingga entah bagaimana kita jadi ga optimal. Justru, ini perlu kita identifikasi supaya kita ngerti apa yang terjadi.

Kedua, menurut saya ya, dalam situasi kayak gini kita perlu mengumpulkan banyak energi mental dan mengurangi saluran-saluran yang mengurasnya. Misalnya, kalau dengan break satu pekan kamu bisa ngerasa ke-recharge, so be it. Kalau dengan interaksi sama temen-temen kamu ngerasa terkuras, bilang aja bahwa kamu lagi perlu sendiri dan kurangi interaksi sama mereka.

Sesuatu yang sangat boleh menjadi egois ketika kondisi mental kita kurang sehat. Ini advice yang saya dapat waktu saya konsultasi ke psikolog.

Ketiga, kita perlu lingkungan yang suportif. Diantara cara menciptakannya ya kita mesti cerita situasi kita, ketakutan kita, ke orang-orang yang berurusan sama kita. Supervisor, peer, keluarga, dll. Ini berguna untuk menetapkan ekspektasi dari orang lain kepada diri kita, menghilangkan sebagian beban untuk tampil “sempurna” di mata mereka, sebagai bonus barangkali mendapatkan dukungan moral dari mereka.

Keempat, bikin milestone-milestone kecil dan belajar mengapresiasi diri kita sendiri. Coba bikin jurnal harian di mana kita mengapresiasi hal-hal positif yang terjadi hari itu. Ini membantu mengarahkan pikiran kita untuk fokus pada hal baik dan ngga tenggelam dengan pikiran negatif, karena seringkali kita tuh di mata orang baik-baik aja, tapi kita sendiri secara mental “memukuli” diri kita sendiri habis-habisan.

Dari situ, semoga bola salju positivitas bisa bergulir, makin besar dan makin kuat sehingga mengantarkan kamu kembali ke performa terbaik kamu.

9 months ago
Tahun 2019 Lalu Pernah Buat Ini. Tapi Nyesel Cuma Sampe Bulan April :( Pas Dibaca Hari Ini Ternyata Se-memorable
Tahun 2019 Lalu Pernah Buat Ini. Tapi Nyesel Cuma Sampe Bulan April :( Pas Dibaca Hari Ini Ternyata Se-memorable
Tahun 2019 Lalu Pernah Buat Ini. Tapi Nyesel Cuma Sampe Bulan April :( Pas Dibaca Hari Ini Ternyata Se-memorable
Tahun 2019 Lalu Pernah Buat Ini. Tapi Nyesel Cuma Sampe Bulan April :( Pas Dibaca Hari Ini Ternyata Se-memorable

tahun 2019 lalu pernah buat ini. tapi nyesel cuma sampe bulan april :( pas dibaca hari ini ternyata se-memorable itu :”) gaperlu penjelasan panjang-panjang untuk me-recall ingatan. cukup satu-dua-tiga suku kata udah cukup menggambarkan setiap harinya. coba lagi, yuk, bulan depan. di akhir tahun baru diposting. jadi keliatan deh apa yang sudah dilaku dan dirasa setiap hari selama setahun. biar punya rekam jejak. biar setiap hari punya headline-nya sendiri-sendiri. agar tak ada yang luput dari istilah sabar dan syukur setiap harinya walau hidup se-roller coaster dan se-surprising itu. 도전!

3 years ago

Sore kemarin aku bertemu rekan kerja lama di tempat yang lama. Kami tidak begitu dekat, tapi saat membicarakan pekerjaan, kami bisa nyambung satu sama lain. itu karena aku dan dengannya punya permasalahan yang sama. Aku mengerti posisinya dan dia mengerti posisiku.

semester ini, dia ingin mengikuti jejakku. dia juga ingin resign di lembaga tempat kami ( aku dulu ) bekerja. tapi pemicu resign dia dan aku berbeda.

Aku resign karena alasan idealisme lembaga berbeda dengan yang ku anut, sedangkan dia sudah gerah dengan gaya kepemimpinan kepala cabang beserta keluarganya.

''aku takut, semakin lama aku di tempat itu, aku berubah menjadi orang yang jahat, aku takut jadi sosok paling antagonis disana. karena aku tidak bisa berhenti merendahkan dia. perlakuan dan perkataannya yang ku saksikan setiap hari membuatku tidak bisa membendung itu''

aku hanya mengutip bahasa yang terdengar sopan, cacian-cacian dia yang lain biarlah aku keep sendiri.

Aku tidak tercengang melihat sisi dia yang mengerikan seperti itu, karena aku sudah pernah bermasalah dengan dia. Tapi akhirnya dia mengajak aku bertemu dan menyelesaikan kesalahpamahan kami dengan cara baik-baik dan dari hati ke hati.

Dia orang yang sangat peka dan sensitif. Dia sosok pengamat. Sedikit saja hal-hal yang terjadi yang tidak sesuai dengan standar dia, maka dia akan kegerahan sendiri.

sedikit saja sudah gerah, apalagi banyak.

kami bertemu sore hari sekitar pukul 16.00 sore, dan percakapan kami berakhir saat aku menyadari jarum jam sudah melewati angka 9. obrolan sore kami di kedai ramen tidak terasa berlangsung hingga malam hari.

berjam-jam dia meluapkan segala emosi dan kekesalannya. kritik-kritik yang tidak tersampaikan pada pihak yang bersinggungan dengannya ditumpahkan kepadaku. sebanyak itu, sepanjang itu.

jujur, sehabis bertemu dengannya aku lelah. menjadi pendengar dan menampung emosi negatif dari orang lain itu cukup melelahkan jiwa.

aku hanya bisa semaksimal mungkin bersikap bijak. aku membenarkan tindakannya yang menurutku benar, dan mendiamkan tindakan atau perkataan dia yang menurutku keterlaluan. karena aku tidak bisa menghambat emosi-emosinya. perkataan-perkataan dia yang menyakitkan dipengaruhi oleh kondisi hatinya yang sedang meradang. jadi kuputuskan untuk menjadi tempat sampahnya. kuputuskan untuk mencoba mengerti dia sepaket dengan kepribadiannya.

aku tidak setuju dengan beberapa bagian, jadi aku memberikan pandanganku dengan sangat hati-hati. dia sosok yang unik, tidak bisa diberikan nasehat dengan metode hard selling. karena nasehat yang disampaikan secara blak-blakan hanya akan memantul di gendang telinganya diiringi dengan ekspresi dia yang merendahkan :)

mendengar dia menjelek-jelekkan dan memaki orang lain di belakang. aku menarik sedikit dugaan, orang ini, saat bermasalah denganku dulu, apakah juga mencaciku dengan kejam begini?

aku tidak sanggup mendengar cacian yang ia ditujukan pada orang lain diluar sana, sebenarnya.

aku kasihan dengan orang yang dibicarakan dibelakang ini.

walaupun aib-aib orang tersebut ia sebarkan padaku, aku berusaha untuk tetap bijak dalam menilai orang yang dibicarakan secara sepihak.

aku percaya setiap orang punya sisi baik dan sisi buruk. bijak-bijaklah. jangan terlalu membenci, jangan terlalu menghakimi. mari saling memberi uzur dan memberikan toleransi.

''semoga kamu merasa lebih baik karena merilis emosimu hari ini, semoga kamu bisa mendapatkan tempat yang lebih nyaman walau tidak sempurna'' kataku padanya, semoga menenangkan hatinya.

untungnya percapakan kami tidak seutuhnya bergelombang negatif, karena ditutup dengan love story yang ia ceritakan dengan pancaran mata yang berkilau dan menggebu-gebu.

3 years ago

This is Water by David Foster Wallace (Full Transcript and Audio)

This is Water by David Foster Wallace (Full Transcript and Audio)
Farnam Street
David Foster Wallace's remarkable 2005 commencement speech, this is water, is a timeless trove of wisdom for living a meaningful life. Here

Tiap kali gue ngerasa tenggelam dalam pikiran sendiri atau ngerasa jadi centre if universe, gue mengingat speech mendiang David Foster Wallace.

This Is Water By David Foster Wallace (Full Transcript And Audio)
This Is Water By David Foster Wallace (Full Transcript And Audio)

This Is Water By David Foster Wallace (Full Transcript And Audio)

This is water....

This is water...

Kita hanya ikan kecil di tengah lautan luas.

3 years ago

ketemu sama orang yang kita suka itu penting.

kenapa penting? biar semangat skinkeran 🤣🤣

ya walaupun ketemu dari jauh.

4 years ago
[Pendaftaran Women Scholars In Islam]
[Pendaftaran Women Scholars In Islam]

[Pendaftaran Women Scholars in Islam]

Dear Sisters,

Perempuan, sejak pertama kali Islam diturunkan mendapat kemuliaan dan kehormatan sama dengan laki laki. Islam hadir mengangkatnya dari derajat kehinaan yang dilakukan oleh sesama manusia, pada derajat yang sama dengan laki laki. Dalam islam yang membedakan derajat seseorang bukanlah jenis kelamin, kekayaan, atau pangkat maupun status, melainkan ketaqwaan.

Perempuan, sejak pertama kali Islam diturunkan memperoleh hak nya termasuk hak dalam akses pendidikan dan hak atas intelektualitasnya. Perempuan mengkaji dan mengakses dari sumber yang sama dengan laki laki. Sehingga tidak mengherankan bila muncul sosok sosok, tokoh tokoh muslimah yang karyanya melampaui zamannya.

Namun zaman berganti, hari ini ketika akses informasi terbuka lebar, ketika ilmu yang benar dan salah bercampur baur. Kita kesulitan memilah mana yang benar untuk dijadikan sebagai batu bata yang menguatkan fondasi berpikir dan keilmuan kita. Terlalu banyak perbedaan hingga tak tahu mana yang berbeda tapi sama sama benar, mana yang berbeda salah satunya salah dan satunya benar. Mana yang terkesan sama, namun ternyata berbeda dan menyimpang.

Maka dari itu, hadir untukmu para perempuan sebuah kelas yang di dalamnya kita akan membahas sejarah, karya, dan metode berpikir ulama dan cendekiawan muslimah. Membahas problematika perempuan. Kita juga akan membahas bagaimana konsep ilmu dan filsafat ilmu dalam islam serta bagaimana membangun kerangka keilmuan yang benar menurut Islam.

WOMEN SCHOLARS IN ISLAM

Membangun Pondasi Keilmuan Perempuan

📅 30 Januari - 21 Maret 2021

1 Sesi Studium Generale (Sabtu), 8 sesi pertemuan setiap Ahad

⏰ 07.30-09.30 WIB

🏡 Via app Zoom

Prof. Euis Sunarti

Guru Besar IPB Bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga

Ketua GiGa Indonesia

Inisiator Koalisi Nasional Ketahanan Keluarga Indonesia

Dr. Dinar Dewi Kania

S3 Pendidikan Islam dan Pemikiran UIKA Bogor

Dosen Pascasarjana Trisakti dan STID Mohammad Natsir

Peneliti INSISTS

Direktur CGS (Center for Gender Studies)

Dr. Abas Mansur Tamam

Dosen Pascasarjana Pendidikan Islam UIKA Bogor

Dosen Pusat Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Pascasarjana UI

Dr. Alwi Alatas

Master dan Doktoral History and Civilization,

International Islamic University Malaysia (IIUM),

Penulis buku Shalahuddin al-Ayyubi dan Perang Salib III serta 25 buku lainnya

Fahmi Aziz, Lc

Alumnus Ma'had Utsman bin Affan, LIPIA,

Alumnus Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah

Peminat Ilmu Mantiq

Syarat Pendaftaran

• Follow Instagram dan Subscribe youtube frasa

• Membagikan Poster di IG story atau Status Whatsapp

• Membagikan Informasi ini ke 3 Grup Whatsapp

• Mengisi link pendaftaran dan membayar biaya komitmen

Pendaftaran bisa dilakukan di link berikut :

▶️ https://bit.ly/WomenScholars

bit.ly
新しいアンケートを独自に作成したり、他のユーザーと同時に作成したりできます。様々なアンケート タイプが用意されており、Google フォームで結果を分析することもできます。本サービスは Google から無料で提供されています。

Sebelum mendaftar, pastikan kamu telah membaca dan memahami tata tertib kelas yang tertera di buku panduan ya

Kurikulum dan Buku Panduan dapat di-download pada:

▶️ https://bit.ly/PanduanWSIFrasa

Biaya komitmen : Rp 100.000,- ke nomor rekening 0698202071 (BNI Syariah) a.n. Ulya Millatina Ralesty

📞CP: http://wa.me/6289530978691 (Risa)

_______

Frasa : Perempuan, Ilmu, dan Rasa

11 months ago

Tanda Seseorang Sudah Selesai dengan Dirinya Sendiri (Self Acceptance)

Apa itu self acceptance/ selesai dengan diri sendiri? Self-acceptance, atau penerimaan diri, adalah sikap menerima dan mengakui segala aspek dari diri sendiri, termasuk kekurangan, kekuatan, kelemahan, dan keunikan tanpa menghakimi atau merasa perlu mengubah diri untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Beberapa poin yang menjelaskan konsep self-acceptance:

Menerima Diri Apa Adanya: Self-acceptance berarti menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ini termasuk menerima penampilan fisik, kepribadian, emosi, dan pengalaman hidup tanpa merasa malu atau bersalah.

Mengakui Kekurangan: Mengakui bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan itu adalah bagian dari menjadi manusia. Self-acceptance berarti tidak merasa minder atau rendah diri karena kekurangan tersebut, melainkan menerima dan berusaha memperbaikinya dengan bijak.

Tidak Menghakimi Diri Sendiri: Berhenti menghakimi diri sendiri secara negatif atau keras. Seseorang yang menerima diri sendiri akan berbicara kepada dirinya sendiri dengan cara yang penuh kasih dan pengertian, sama seperti berbicara kepada teman baik.

Menghargai Diri Sendiri: Menghargai diri sendiri atas siapa diri kita, bukan hanya atas apa yang kita capai. Ini berarti menghargai nilai-nilai, prinsip, dan keberadaan diri sendiri.

Menerima Masa Lalu: Self-acceptance juga melibatkan menerima masa lalu, termasuk kesalahan dan kegagalan, sebagai bagian dari perjalanan hidup yang membentuk siapa kita saat ini.

Memiliki Pandangan Positif Tentang Diri: Membangun pandangan positif tentang diri sendiri, di mana seseorang melihat dirinya secara seimbang, menghargai kekuatan dan berkomitmen untuk memperbaiki kelemahan.

Mengurangi Perbandingan Sosial: Tidak terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Self-acceptance berarti memahami bahwa setiap orang unik dan perjalanan hidup masing-masing berbeda.

Ketenangan Batin: Dengan menerima diri sendiri, seseorang akan merasa lebih tenang dan damai secara batin, karena tidak lagi berjuang melawan diri sendiri atau mencoba menjadi orang lain.

Self-acceptance adalah dasar dari kesehatan mental dan emosional yang baik. Dengan menerima diri sendiri, seseorang bisa hidup lebih autentik, menjalani hidup dengan lebih bahagia, dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Tanda Seseorang Sudah Selesai Dengan Dirinya Sendiri Tanda seseorang sudah selesai dengan dirinya sendiri (self-acceptance) dapat terlihat dari berbagai aspek, antara lain:

Penerimaan Diri: Mereka menerima diri mereka sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan tanpa merasa perlu menyembunyikan atau mengubah siapa mereka untuk menyenangkan orang lain. Meski begitu, tetap butuh untuk instropeksi dan mengembangkan diri bagi perbaikan dan kebaikan.

Ketenangan Batin: Mereka memiliki ketenangan batin dan tidak mudah terganggu oleh kritik atau pendapat negatif dari orang lain.

Mandiri Emosional: Mereka tidak bergantung pada orang lain untuk merasa bahagia atau berharga. Kebahagiaan dan rasa harga diri mereka berasal dari dalam diri.

Tujuan Hidup yang Jelas: Mereka memiliki tujuan hidup yang jelas dan bekerja menuju tujuan tersebut tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi eksternal.

Keberanian Mengambil Keputusan: Mereka berani mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka, meskipun keputusan tersebut tidak populer atau didukung oleh orang lain.

Relasi yang Sehat: Mereka memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain, dimana mereka bisa memberi dan menerima dengan tulus tanpa merasa terbebani.

Kepercayaan Diri: Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin akan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan hidup.

Tidak Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Mereka tidak merasa perlu membandingkan diri mereka dengan orang lain dan fokus pada perjalanan hidup mereka sendiri.

Kemampuan Menghadapi Kegagalan: Mereka melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh, bukan sebagai cerminan dari nilai diri mereka.

Keseimbangan Hidup: Mereka mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri, serta mengelola stres dengan baik.

Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda ini, bisa dikatakan bahwa mereka telah selesai dengan diri mereka sendiri dan mencapai tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup yang tinggi.

drinkwatersoon - Jarang Mampir
Jarang Mampir

less is more

209 posts

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags