O Allah :'
Waiting for the call. InsyaAllah, someday.
Sore ini seusai sholat magrib, aku membayangkan wajah mu Tuan. Aku berfikir aku terlalu egois untuk memintamu menjatuhkan hati kepadaku. Aku terlalu memaksakan kehendak ku. Benar begitu tuan? Iya aku sadar Tuan aku menyukaimu karena kau adalah sosok orang yang memang selama ini ku aku idam-idamkan. Sedangkan kamu, pasti juga punya sosok orang yang juga selalu kau idam-idamkan. Tuan sungguh terlalunya aku yang mendoakan mu untuk jatuh hati padaku yang bukan sesiapa ini. Bukan lulusan perguruan tinggi dengan almamater terbaik, bukan seseorang dengan wajah nan cantik jelita, bukan kalangan bangsawan, ah pokoknya aku tidak ada apa-apa nya Tuan. Sungguh beraninya aku mengharapkan sosok seperti mu. Kamu berhak tuan, kamu berhak atas mimpi-mimpi mu. Dan sementara aku hanyalah seorang pemimpi. Tapi sekarang tuan, sekarang tak akan lagi aku mengharapkan mu terlalu jauh. Kau bagaikan bulan tuan, sedangkan aku hanyalah malam yang selalu melihat cerah nya dirimu. Ah tuan, bulir mata ku menetes, sungguh beruntung nya dirimu tuan. Semoga kelak wanita yang mendampingi mu adalah wanita yang benar-benar kau cintai ya Tuan yang selalu ku sebut hingga saat hatiku berhenti mengharapkan mu.
Tuan, aku ini seorang wanita yang selalu memandangimu dari balik buku. Yang selalu saja ingin dekat dengan mu. Mencoba segala hal untuk merebut hatimu. Tapi tuan, kau kurang peka terhadapku. Ntah kau tidak peka entah kau hanya menganggap aku bukan sesiapa. Kedekatan kita seperti kedekatan 2 ekor kupu-kupu tuan. Kita sama-sama punya sayap yang nyaris indah sehingga kau tak melihat bahwa sebenarnya sayapku hanyalah tumpahan kuas tuan. Yang ku gambar perlahan hingga tampak indah. Karena aku ingin seperti mu. Ingin setara dengan mu. Tapi setiap kedekatan yang coba ku buat hanyalah sebagai pelengkap hari mu tuan, setelah itu aku tak yakin aku masih ada dalam hati dan fikiran mu. Tuan, sekarang mata ku basah, di kala aku sedang sakit aku ingin sekali diperhatikan oleh mu, sosok yang selalu aku rindukan. Tapi Tuan, Sudahlah sudah mata dan hati ku tak sanggup melanjutkan tulisan ini tuan.
Jambi, 24.05.2014
Penghujung tahun ini belajar satu hal lagi, bahwa adab benar-benar harus berada di atas ilmu. Eits bukan berarti ilmu gak penting ya, sama pentingnya. Namun saya sendiri hari ini sedang alergi dengan orang yang mengaku berilmu namun adabnya ke sesama manusia masih dipertanyakan. Ya Allah mungkin sekarang saya sedang merasa sombong dan emosi berlebihan, ampuni hati hamba ya Allah hamba tahu semua ini hanya titipan dari Engkau dan bertemu orang seperti itu hanya ujian bagi hamba. Seharusnya tidak usah terlalu digubris, sehrusnya tidak usah terlalu diomongin karena niat hati kita akan kembali kepada diri kita sendiri. Niat baik akan sampai dengan cara elegan balik ke diri kita dan niat buruk akan kembali ke diri yang berniat jahat tersebut. Ya Allah hamba ikhlaskan apapun yang terjadi ~
Jumat memiliki semangatnya tersendiri. Entah mengapa rasanya begitu tentram bila hari ini datang. Selamat menunaikan yang seharusnya ditunaikan. Jangan sampai lalai apalagi santai berkepanjangan good people. Happy friday 🍃 PS: Potonglah roti itu dengan pisau , tidak usah dengan gergaji . Hadapi masalah dunia itu sewajarnya dan janganlah berlebihan. . . . . . #studygram #friday #morning #windows #sunrays #mood #fight #beamazingmuslimah (at Mendalo, Jambi, Indonesia)
"Seringlah berkomunikasi dengan sahabat lama, karena ia adalah tolak ukur sebrapa mantap dan seberapa jauh kita berada hari ini"
Sejauh apapun nantinya kamu pergi, aku akan tetap menunggu mu di frekuensi ini. Dimana hati ini selalu menggelombngkan merdu nama mu, namun kau masih saja tak dengarkan. Ya, akan tetap disini.
Tak perlu panjang lebar engkau bercerita, karena dengan melihatmu saja banyak hal yang ingin ku ceritakan dalam hidupku
_Andita Minda Mora
Tulisan ini sebenarnya ingin sekali saya keep, tidak saya sebar luaskan pada banyak orang. Kenapa? Karena menurut saya ini salah satu tips jitu utk lolos LPDP 😄
Tapi mengingat bangsa ini memang sangat membutuhkan gelombang anak muda yang bisa membangun dan membesarkan bangsa Indonesia tercinta, maka saya post di akun tumblr ini. Mungkin sudah banyak yang pernah baca ya? Tapi saya tak urung berbagi. Selamat membaca, selamat membangun! 😊
ANDA MEMANG PINTAR, TAPI…
Dalam tiga hari kemarin saya kembali berkesempatan mewawancarai pelamar beasiswa LPDP di Jakarta. Ini kali yang kedua saya mewawancarai mereka, setelah di Kupang beberapa bulan yang lalu. Ada perbedaan besar antara karakteristik pelamar di Jakarta dan Kupang. Exposure terhadap informasi, pengetahuan terhadap isu-isu kekinian, dan “mimpi” pelamar di Jakarta rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan pelamar di Kupang. Cara menilai diri dan menyampaikan keinginan juga berbeda, dan hal inilah yang ingin saya tulis kali ini.
Pelamar di Jakarta, dengan latarbelakang dari perguruan-perguruan tinggi terkenal, punya “mimpi” yang tinggi. Ekspresi mereka kira-kira seperti ini: “Saya punya kemampuan akademik tinggi, saya layak untuk bersekolah di Eropa, Australia, atau Amerika, dan dengan bekal pendidikan itu, saya akan membangun Indonesia!”. Self-esteem mereka tinggi, dan dengan nilai tinggi tersebut, mereka juga memasang target yang tinggi.
Bagus. Anak-anak sekarang memang harus didorong untuk melompat setinggi mungkin, lalu kembali untuk memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Sayangnya, saya melihat ada yang kurang.
Saya sulit menjelaskannya dengan singkat tentang apa yang kurang tersebut, tetapi intinya antara self-esteem yang tinggi dengan apa yang kelak akan dikontribusikan seperti ada gap. Tidak nyambung. Beberapa pelamar yang bisa dengan lancar menceritakan rencana studinya, tapi mereka kesulitan untuk merangkai cerita itu dengan penjelasan yang logis tentang bagaimana mereka kelak dapat berkontribusi. Contoh: ada yang ingin belajar tentang renewable energy (RE) dan kelak ingin berkontribusi membangun infrastruktur RE untuk melistriki Indonesia bagian timur. Ketika ditanya caranya bagaimana, dia bilang dia akan membuat perusahaan RE dan membangun pembangkit-pembangkit mikrohidro di sungai-sungai di pedalaman Papua dan Maluku, lalu dengan itu dia bisa melistriki desa-desa. Oh come on boys, sebaiknya kalian turun ke bumi dan melihat realitas yg ada.
Inti pembicaraan saya adalah, self-esteem tinggi yang tidak diikuti dengan kontekstualisasi hanyalah asesoris tak bermakna. Potensi yang dimiliki seseorang hanyalah bernilai dan bermakna ketika menemukan saluran yang pas: bagaimana potensi itu bisa membawa kebaikan bagi lingkungannya. Meski anda pandai, tapi kalau tidak bisa bermanfaat, ya hanya cocok untuk jadi asesoris pajangan saja :D
Dan di sinilah poin yang paling penting: kontekstualisasi potensi hanya bisa dilakukan dengan kerendahan hati (humble). Kerendahan hati diperlukan untuk bisa melihat potret lingkungan sekitar dengan jernih dan mengidentifikasi apa yang mereka perlukan. Kerendahan hati akan menumbuhkan empati dan pemahaman terhadap lingkungan, dan dari sini baru kemudian bisa lahir solusi-solusi yang masuk akal, realistis, dan implementable. Tanpa kerendahan hati, yang ada hanyalah “aku”, perspektifnya adalah “sudut pandangku”. Dari fokus yang keliru, bagaimana bisa muncul solusi yang efektif?
Kepercayaan diri yang berlebihan (overconfidence) juga tidak baik, karena itu bisa “membutakan” dan membuat tidak mampu menerima saran yang baik. Dalam interview, kadang pewawancara melihat bahwa keahlian yang akan dipelajari sebenarnya tersedia di dalam negeri, tetapi pelamar ngotot untuk ingin bersekolah di luar negeri meskipun sudah diberi pengertian. Mau belajar manajemen teknologi tepat guna kok sampai ke Oxford, Inggris. Pewawancara sebenarnya oke-oke saja jika memang ada argumentasi yang solid untuk kengototan itu, tetapi kalau ngototnya semata didasari oleh kepercayaan diri bahwa “saya layak sekolah di LN” atau hanya dengan alasan “dengan sekolah di LN saya akan mendapatkan wawasan baru”, itu yang tidak bisa diterima. Ingat ya mas dan mbak, beasiswa LPDP itu berasal dari duit rakyat.
Jadi bagi para generasi muda yang akan melamar beasiswa, rendahkan hati anda. Lihatlah problem-problem di sekitar anda, lalu refleksikan ke dalam diri dan bertanyalah, apa yang bisa anda lakukan. Selanjutnya, buatlah rencana yang logis dan realistis. Memang, kalian pasti belum bisa membuat rencana yang rinci dan lengkap dengan segala kompleksitasnya, tetapi menempatkan diri kalian beserta potensi yang kalian bawa pada konteks permasalahan, lalu berikan yang terbaik yang kalian miliki, itu sudah cukup. Kami bisa kok, melihat dan menghargai usaha seperti itu. Kembali ke contoh di atas, setelah kalian balik dari luar negeri membawa ilmu tentang manajemen RE, ceritakan saja bahwa kalian akan bergabung dengan LSM yang bergerak di bidang energi untuk rakyat dan bersama-sama dengan mereka mencari cara yg lebih baik untuk memberikan akses listrik yang lebih baik bagi masyarakat. Sesederhana itu saja sudah cukup bagi kami untuk bisa melihat bagaimana kelak anda akan berkontribusi.
Intinya, LPDP tidak mencari sosok-sosok muda yang pintar saja. Yang dicari LPDP adalah insan muda yang pintar dan mampu menggunakan kepintarannya untuk membantu bangsa ini. Satu hal lagi. LPDP juga perlu diyakinkan bahwa pelamar memang benar-benar tulus dan serius dalam menyiapkan kontribusinya. Urusan meyakinkan ini juga tidak mudah, karena memerlukan bukti, sementara kontribusi baru akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam kondisi seperti ini, yang kemudian dilihat adalah track record, konsistensi pola, dan gesture.
Kalau bilangnya kelak ingin membangun sarana kelistrikan bagi masyarakat pedesaan tapi tidak punya pengalaman dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, ya jelas sulit bagi siapapun untuk percaya. Kalau inginnya menjadi dosen tetapi saat wawancara menunjukkan pola-pola komunikasi yang tertutup, ya jelas orang akan meragukannya. Dan ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan intonasi bicara kadang juga bisa menunjukkan ketulusan dan keseriusan seseorang.
Jadi sebenarnya studi lanjut (apalagi dibiayai beasiswa) itu adalah sebuah kegiatan yang seharusnya dirancang sebagai bagian dari perjalanan hidup. Studi lanjut bukanlah kegiatan sambilan atau sesuatu yang bisa dilakukan mumpung ada kesempatan. Ia perlu disiapkan. Ia perlu didukung oleh pola-pola kegiatan sebelumnya yang konsisten. Dan ia perlu ditindaklanjuti dengan kontribusi nyata bagi bangsa.
Jangan sampai LPDP menganggap pelamar memandang beasiswa sebagai kesempatan untuk “unpaid leave” atau “jalan-jalan gratis”. Jika seperti ini niatnya, percayalah, studi lanjutnya tidak akan berkah, karena beasiswa LPDP hakikatnya adalah amanah dari seluruh rakyat Indonesia.
Ditulis oleh: Pak Lukito Edi Nugroho, salah seorang dosen JTETI UGM yang menjadi pewawancara LPDP.
Sumber : Human Development
Ya Allah semoga mendapatkan jodoh seperti bapak Bj Habibi dan menjadi kekasih seperti Ibu Ainun :'(
Segala sesuatu telah diatur menurut sikap yang kau tunjukan pada dunia. Maka bersikaplah sebaik-baiknya, dan berlaku lah sesuai dengan apa yang ingin kau dapatkan. Itulah aturan yang telah ditetapkan padamu .
Ingin setegar Ibunda Khadijah R.A binti Khuwailid, secerdas Aisyah binti Abu Bakar| Pencari Ridho-Nya dan Pengagum umat terbaikNya Rasullah Muhammad SAW♡ Punya mimpi untuk menjadi orang berguna
242 posts