" Dan Sesungguhnya kelak Tuhanmu pasti memberikan karunianya-Nya kepadamu sehingga engkau menjadi puas"
Ya Allah ya Robbi maafkan hambamu ini, yang sering sekali lalai terhadap kewajiban hamba sebagai seorang muslim
YaAllah ya Ghoffar, maafkan hambamu ini yang begitu yakin berharap kepada manusia dan melalikan Engkau sang maha pemilik alam raya
Ya Allah ya Wahhab, maafkan hambamu ini yang memiliki iman yang sangat rapuh, ya Allah ya Allah, ampunilah hamba dan keluarga hamba ya Allah,berilah kami rizkimu, lapangkanlah hati kami, terangilah jalan kami dan teguhkanlah hati kami untuk selalu memiliki iman didada kami aminn.
ASTAGFIRULLOHALAZDIM. Terima kasih kak nisaa sudah mengingatkan
Kamu gak boleh rapuh, hanya karena seseorang yang kau inginkan bersama nya ternyata memang sudah jelas, tak pernah menaruh hati pada mu. Kamu gak boleh sampai memaksakan, mencari jalan yang keliru agar ia suatu hari mau bersama mu. Ingat, apa-apa yang Allah tidak sukai, tidak ridhai, akan sebabkan hilang barakah nya hidup yang dijalani. Ikhlaskan, agar ruang penerimaan di hatimu semakin membesar, percaya lah bahwa kamu akan tetap baik-baik saja walau tidak bersama nya. Jangan memilih kecewa lebih dalam, karena menautkan harapan pada insan.
Kamu gak boleh rapuh, hanya karena seseorang yang kamu tunggu jauh-jauh hari, ternyata sudah lebih dulu memilih yang lain untuk mendampingi. Sebab berarti, ia memang bukan yang terbaik untuk mu, ia bukan jodoh yang Allah tuliskan untuk bersama mu. Percaya lah, ada seseorang yang sedang Allah siapkan untuk mu. Mungkin kau akan bersedih, itu manusiawi, namun jangan berlarut, jangan bikin wajah mu sampai berbulan-bulan cemberut, apatah lagi sampai bikin hidup mu semrawut, jangan, kamu gak boleh serapuh itu.
Kamu gak boleh rapuh, hanya karena kamu merasa orang-orang yang dulu ada di dekat mu seolah pergi ditelan angin. Kamu gak perlu sampai merasa sendirian, ngerasa gak punya temen curhat, ngerasa permasalahan yang kamu hadapi paling berat sedunia, kamu gak perlu rapuh. Siapapun dan apapun di dunia ini pasti akan pergi, itu memang sunnatullah. Justru harusnya kamu jadiin momen ini tuh bahan evaluasi diri, andai ngerasa serapuh itu ditinggal oleh manusia, terus kenapa gak bisa ngerasain hal yang sama ketika jauh dari Allah ? Bayangin, kamu selalu mencari seseorang untuk kamu bisa berbagi cerita, tapi kamu sering lupain Allah, kamu lupa kemana seharusnya kamu bersandar.
Kamu gak boleh rapuh, hanya karena apa yang kamu harapkan tak sesuai dengan ingin mu. Kesedihan dan kebahagiaan itu dipergilirkan seperti siang dan malam. Andaikan manusia terus di berikan kebahagiaan, mungkin takkan pernah ingat barang sedetik pun pada yang menciptakan, pun lupa kemana akhir dari tujuan kehidupan. Jika diberi kesedihan pun masih sering lupa, masih sering tidak menerima, lalu apa yang sebetulnya kamu ingin kan ? Adanya ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan adalah untuk mendidik diri, yang seringkali lemah saat diuji dengan keduniaan.
Langitkan selalu prasangka baik mu pada Nya, agar lekas Allah sembuhkan hati mu yang sedang ditimpa duka. Allah Maha baik, akan Allah gantikan semua dengan yang terbaik, percaya lah :)
Bandung, 06 Januari 2019
MasyaAllah mbak nisaa . Terima kasih 👌🏻
Kalau mendoakan pasangan itu, jangan cuma sampai nenek kakek atau sampai maut memisahkan aja, tapi doakan agar sehidup sesurga. Karena, percuma kalau lah memang bersama sampai nenek kakek atau sampai maut memisahkan, eh gatau nya di akhirat ga bareng-bareng di surga :(( atau parah nya lagi malah saling tuding menuding menyalahkan karena engga saling ngingetin kebaikan sewaktu di dunia, naudzubillah. Emangnya ada ya, yang sewaktu di dunia saling mencintai bangeet bangeeeet bangeeet, tapi pas di akhirat malah saling memusuhi :(( ? Ada, coba deh buka mushaf nya surat ke 43 ayat 67.
Nah, itu kenapa seharusnya menjadi perenungan bagi kita semua untuk mencari pasangan hidup yang bukan hanya mencukupi segala kebahagiaan hidup kita hanya di dunia saja, tapi juga harus bahagia di akhirat, sampai mendarat di surga. Ga mesti harus bertitle ustadz atau ustadzah, namun tentu harus yang lurus aqidah nya, benar ketauhidan nya, jelas mau belajar bareng untuk bisa sama-sama membangun rumah di surga Nya kelak. Jadi, intinya cari yang punya visi sebagaimana tercantum dalam quran surat 66 ayat ke 6.
Kelak, anak-anak kita berhak di asuh, di didik, dan dibesarkan oleh seseorang yang berjuang untuk memberikan pendidikan terbaik. Perhatikan kata-kata imam ibnul qoyyim berikut ini, “Betapa banyak orang yang menyengsarakan anak nya, buah hati nya di dunia dan akhirat karena ia tidak memerhatikan nya, mendidiknya, dan memfasilitasi keinginannya, sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzalimi nya. Maka hilang lah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat.” Sebab, benar kita lihat hari ini betapa banyak orang tua yang membiarkan anak-anak nya menjalani kehidupan tanpa bimbingan agama.
Kita telah berada di akhir zaman, semakin besar tantangan yang dihadapi, sebab fitnah pun kian nyata banyak menghampiri. Dan seorang muslim itu harus berfikir jauh kedepan, memikirkan bagaimana nasib agama ini kedepan, Berharap bahwa, anak-anak kita lah yang akan menyongsong kemenangan diin ini. Dan itu semua, harus kita mulai sejak memilih seseorang yang akan mendampingi hidup kita. Menjadi ayah, ibu bagi anak-anak kita. Jadi, kalau kita sayang, cinta sama pasangan hidup kita, seharusnya cinta dan sayang itu diwujudkan dalam hari-hari, menjadikan setiap apapun yang dilakukan dalam rangka menuju surga Nya, saling mengingatkan dalam keta’atan.
Pinjem kata-katanya mba @octaraisa “Cinta itu, ketika engkau mengharapkan surga bagi seseorang, sama besar dengan yang kau harapkan untuk dirimu sendiri.”
Bandung, 18 November 2018
I’ve been strunggling with “mental health” case because of over thingking and worrying something and someone too much. Lately i realize that it was so bad.
To against all my pressure, i prefered “wasting” my time with window shopping, going into books store, sitting in the middle of fast-food restaurant alone, escape in the beach behind my house, and others unproductive activity. I merely doing those routine, day by day I know that “ there are activities that more productive than all above that you can do and start now”. But, need a more time to courage myself , speak it out.
Recently, I just knew that, all civilizations round this age, has had same problem. Perharp people around me againts theirs but, they just pretending to be strong. Is not bad as long as you know the consequency. Both of them was so hard.
I realized that i make a big mistake by wasted my precious time, when last day I went into book strore corner to search some novels, with all various genre novels, i dont know I felt like “ it just fiction, your life more fascinating than this novel” until i found a book from Wirda Mansur. With title ( btw, correct me if Im wrong) “ Be Strong Be Calm Be Grateful”. I read that book in 30 minutes and for almost 150 pages i made one conclusion “ with all motovation , self - improvement, novels book, yoo meed Quran to console you. You dont need to escape with others, all you need has been written in Al - Quran. Read it as often as You could, and Allah will guarante your life.
Tulisan ini mungkin mengandung trigger.
Butuh waktu yang cukup lama untuk mengubah pola pikir di kepala yang depresif. Sebelum ibu wafat, saya sering merasakan bahwa dunia ini bukan tempat saya. Bukan karena saya punya masalah di sekitar. Perasaan semacam itu ada dengan sendirinya. Makanya ketika saya membaca dongeng Le Petite Prince, saya merasa relate dalam beberapa hal. Tentang penulis yang mengeluh harus menyesuaikan bahan pembicaraan dengan orang dewasa agar bisa diterima di lingkungan. Tentang kerinduannya punya teman dengan isi kepala seperti Pangeran Kecil dan seterusnya dan seterusnya.
Adakalanya, kita perlu mengambil jarak yang jauh dari pikiran-pikiran kita. Agar kita memahami bahwa pikiran tersebut hanyalah mewakili sedikit saja bagian dari kita. Pikiran tersebut tidak mewakili keseluruhan yang ada dalam diri kita. Kita berhak untuk tidak meresponnya, kita juga berhak untuk berdialog baik-baik dengannya,
Kepergian orang-orang di sekitar saya membuat saya merasakan kematian ternyata tidak begitu jauh. Dulu, setiap kali merasakan suicidal thought, saya sering bertanya dalam sholat:
Kenapa manusia tidak bisa memilih kapan waktu berpulang?
Sekarang saya merasakan bahwa hidup di dunia itu singkat saja. Jadi, di waktu yang singkat ini, lakukan hal-hal yang menurut kita baik. Selebihnya, pasrahkan semua sama Allah. Sudah lama banget rasanya saya merapal mantra:
Hiduplah dengan baik, makan yang cukup, tunaikan semua amanah dengan baik, jangan memendam rasa marah kepada sesama manusia. Suatu saat kita pasti berpulang, pulanglah dengan hati yang tenang.
Saya merasakan mata saya basah ketika menulis ini.
Ada teman yang bertanya tentang takdirnya. Kenapa keinginan mereka tidak tercapai, kenapa ada orang yang dengan sengaja menyakiti orang lain dan seterusnya dan seterusnya.
Sementara saya sejak dulu jarang sekali bertanya tentang itu. Saya sudah lama belajar bahwa dunia itu tidak sempurna dan tidak akan pernah sempurna. Yang bisa kita lakukan ya cuma berbuat baik dengan apa yang kita genggam. Jangan berharap kamu bisa merubah dunia menjadi jauh lebih baik hanya karena satu tindakan.
Kita terlalu sering didoktrin tentang menjadi pahlawan. Padahal untuk dunia yang lebih baik, kita tidak butuh setinggi itu. Untuk dunia yang lebih baik, kita justeru perlu kebaikan-kebaikan kecil yang continue dan mungkin saja tidak terlihat. Pahlawan kalau di puncak malah rawan sekali jatuh menjadi manusia yang tidak berguna karena rasa takabburnya. Maka dalam kehidupan yang singkat ini, saya berharap bisa dilindungi dari keramaian yang menyilaukan. Biarkan saya duduk tenang di tempat yang sunyi. Melakukan hal-hal yang saya suka tanpa terlalu banyak mendengarkan dunia luar.
Tapi, balik lagi, tidak semua keinginan kita bisa terpenuhi. Dunia ini terlalu ramai bagi kita yang ingin ketenangan. Kita tidak bisa sama sekali menghindarkan telinga dari kritik dan pujian. Kita yang harus memilih kata apa saja yang perlu kita dengar dan kata apa saja yang tidak biar kita bisa hidup dengan lebih baik lagi dari hari ke hari.
Hidup dengan pikiran yang selalu mengingatkan tentang mati ternyata justeru membuat kita semakin mencintai kehidupan. Lakukan kebaikan-kebaikan kecil sampai waktunya pulang.
You often told me that " im is the reason why are you so strong in your rush activity" You often told me that "im the one that can make you always stand up on your daily big pressure" You often told me that " I'm the one that can make you cheer up to passed your fully day" And just pray for for my big heart and always support you 😘
Ya Allah mampukanlah hambamu ya Alalh
Aku dan Hafalan Al Qur'anku
— — — — — —
“Aku sibuk…”, kataku.
namun ternyata aku masih punya waktu untuk berselancar di media sosial, nulis status, update story, share ini dan itu, berkomentar sana sini, berbalas pesan, bahkan jalan-jalan dan olahraga ketika liburan.
“Tapi itu kan bukan kewajiban…”, Jawabku.
Padahal aku sudah paham kemuliaan menghafal Al Qur'an, derajat tinggi yang Allah sediakan bagi para penghafal Al Qur'an.
“Aku sulit menghafal…”, Tambahku lagi.
Padahal Al Fatihah dan surat surat pendek bisa kuhafal. Bukan, bukan karena sulit menghafal, sebetulnya ini lebih ke masalah tekad dan kemauan. Pun, seandainya betul sulit untuk menghafal, bukankah ini akan membuatku terus berinteraksi dengan Al Qur'an?
“Hafalanku lama sekali bertambahnya…”, Sanggahku kali ini.
Padahal, seandainya pun aku mati dengan belum menyelesaikan hafalan Al Qur'an, setidaknya aku mati dalam keadaan berusaha. Usaha yang tak akan sia-sia, jika ikhlas, Allah pasti akan memberikan pahala.
Ah, memang begitulah diriku,
Selalu banyak alasan untuk tidak menambah hafalan Al Qur'an.
Ustādz Boris Tanesia hafidzahullāh
Jogja masih berhati nyaman kok
Apakah karena manusianya yang tanpa henti menebar polusi atau karena alam semesta yang sedang berkonspirasi mengerjai manusia di jogja sehingga Jogja sedang panas-panasnya. Panas dalam artian sebenarnya, teman. Siang di Jogja sekarang ini menyuguhkan hawa yang akan mengeringkanmu dan terik yang siap menyengatmu.
Yang sering kami rasakan adalah ketika pergi mencari tempat makan siang. Bagi kami mahasiswa bermotor yang kepanasan ketika siang dan basah ketika hujan, melewati teriknya siang menjadi sebuah perjalanan (menantang) memenuhi nafsu perut. Udara dan angin tidak lagi menyejukkan. Aspal panas dan asap kendaraan menambah nelangsa. Lampu merah seakan timer mikrowave, seakan memasakmu selama 60 detik. Taukah apa yang kami cari ketika sampai di tempat makan? Es Teh, oasis gelasan.
Masih belum bisa membayangkan betapa panasnya jogja di siang hari saat ini? Mari ke Jogja. Jogja akan menyambutmu dengan ketidaknyamanannya. Mungkin Jogja lagi sebal dengan kita yang lalai merawatnya. Tapi ingat, jogja (hanya sejenak) berhenti nyaman.
Tidak ada lagi luka yang disembunyikan. Karena dari pada menyembunyikan luka. Atas izin Allah aku akan membuatnya sembuh 🤲🏻
Seperti kamu yang berusaha menyembunyikan lukamu, seperti itu juga orang-orang disekitarmu sedang menyembunyikan lukanya. Percayalah, semua orang sedang berjuang untuk menyembuhkan lukanya masing-masing.