Seem like street at back from my home π
MasyaAllah... tabarakallah ... ilmu ada di mana2 ya.. ya Allah pertemukan hamba dengan Pasangan hidup yang sama -sama mau belajar... aaminn.
Sekarang latihan buat ngurus rumah tangga kantor dlu hehhe π
Ujian kesabaran itu rupa-rupa bentuknya. Termasuk ujian kemarahan yang tiba-tiba harus terbendung karena takut pada Allah SWT.
Sore ini rasanya hati ini ingin sekali marah dan memaki Ibu yang dengan sengaja mematikan jaringan wifi, dengan alasan "agar mbak belajar" .
Astagfirullohalazdim sangat kesal rasanya mengingat dowloadan software saya tinggal 5% lagi, tetapi apa daya, saya terpalsa untuk tidak marah karena ingat dengan firmam Allah, jangan sekali2 kita marah pada ibu kita, jangan pernahhhh
Ya Allah lapangkanlah dada hambamu ini atas semua amarah,
Atas semua ujian, dan berikanlah hamba kesabaran seluas samudra tak berujung, aminnn
That so heartbreaking :(
Sebagai anak yang terlahir dari keluarga dengan tingkat ekonomi biasa-biasa saja, waktu kecil dulu saya pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang kaya: mungkin hidupnya sangat bahagia, mainan apapun bisa dibeli, liburan kemanapun bisa dilakoni, dan apapun yang menjadi keinginan pasti akan terpenuhi. Entahlah, persepsi itu mungkin hadir dari kisah-kisah orang kaya dalam cerita atau film yang saya tonton dari sebuah TV tua milik keluarga. Saat itu, dalam pandangan saya yang sempit, saya selalu menyandingkan kata kaya dengan kepemilikan harta dan benda, sehingga saya menganggap bahwa orang kaya adalah ia yang memiliki banyak uang, kendaraan, rumah bertingkat, dan baju-baju mewah yang tentunya tak sama dengan apa yang saya punya-yang hanya berasal dari pasar yang letaknya di pinggiran kota.
Singkat cerita, masa-masa remaja mengantarkan saya pada satu takdir dimana saya bisa mencicipi hidup berkecukupan. Di sebuah tempat dimana saya tinggal jauh dari orangtua, saat itu saya merasa kehidupan saya begitu berbalik. Tiba-tiba saja saya tinggal di rumah mewah, pergi ke sekolah dengan diantar-jemput mobil dan seorang supir, makan makanan yang entah bagaimana saya perlu menjelaskan rasanya, selalu ada anggaran untuk membeli buku atau jajan, dan bahkan liburan mahal sekali pun adalah sesuatu yang mudah kala itu. Hmm, ternyata begini rasanya jadi orang kaya! Tapi ternyata, semua itu tidak lantas membuat saya bahagia, dan bahkan mengantarkan saya untuk mengalami pergolakan hidup yang entah bagaimana saya perlu menceritakannya. Intinya, takdir tersebut membuat saya belajar memahami bahwa kebahagiaan sama sekali tidak pernah terletak pada kekayaan, harta, maupun benda.
Banyak hal pernah terjadi dalam hidup saya. Dari tinggal di kawasan elite sampai di kampung. Dari naik mobil mewah sampai jalan kaki. Dari makan di restoran bintang lima sampai hanya bertabur garam. Dari selalu punya uang sampai dompet tak berisi apa-apa. Begitulah, hidup memang berganti-ganti cerita, tentunya supaya kita bisa mengambil makna. Dari situ saya menjadi paham, bahwa ketenangan dan kebahagiaan hidup hadir dari kesederhanaan, bukan dari mengada-adakan sesuatu yang mewah dalam pandangan orang. Alhamdulillah, Tabaarakallahu, saya merasa lebih bahagia hidup dalam kesederhanaan. Saya jadi paham mengapa sederhana adalah kata yang begitu melekat dalam sikap hidup ayah, sebab ternyata ini begitu menenangkan!
Dulu saya pernah malu bergaul dengan orang kaya, tapi, sejak saya memahami bahwa harta bukanlah segala-galanya, saya merasa semua orang, baik kaya ataupun miskin, sama-sama bisa menjadi teman tanpa harus memandang apa yang mereka punya. Dulu saya pernah minder dengan teman-teman yang hidupnya berada, tapi, sejak saya memahami bahwa tak ada yang benar-benar dimiliki oleh manusia di dunia, saya merasa lebih bebas bergaul dengan siapa saja tanpa harus malu atau merasa rendah diri seperti sebelumnya.
Sahabatku, jika kita memang bukan orang kaya, terus kenapa? Apa yang salah jika kita memang tidak menyandarkan hidup pada harta? Ah harta, bukankah kemuliaan manusia sejatinya memang tak pernah terletak disana?
Tadi pagi, saya berdiskusi dengan seorang senior yang saat ini semakin sering mendapat undangan untuk mengisi berbagai acara, yang kalau saja ia mau, sebenarnya ia bisa saja menabung harta dari hal itu, tapi ia tidak melakukannya. Tanpa diduga, sambil bercanda ia menyampaikan sebuah kalimat yang, sejujurnya lucu bagi saya, tapi memang benar adanya,
βKalem we euy, emangna rek kamana sih meuni rarusuh pisan ngumpulkeun harta? Harta mah moal dibabawa ka akherat. (Tenang aja, memangnya mau kemana sih buru-buru banget ngumpulin harta? Harta kan engga akan dibawa ke akhirat).β
Hmm, saya sepenuhnya sepakat! Dalam menjalani kehidupan ini, kita memang sudah selayaknya bijak memaknai harta. Buat apa dikumpulkan sampai menggunung jika itu hanya untuk membuat orang lain menyadari eksistensi kita? Buat apa dicari terus sampai ke puncak lelah jika itu hanya untuk kepuasan pribadi? Buat apa dibangga-banggakan, disombongkan, dielu-elukan kepada orang lain, padahal semuanya sementara? Kalau kita memang bukan orang kaya yang memiliki banyak harta, memangnya mengapa?
Selamat berdialog dengan hati, selamat memaknai bahwa iman adalah sebaik-baik harta. Semoga Allah memudahkan kita untuk memahami bahwa kemuliaan seorang manusia memang tidak pernah terletak pada harta, tapi terletak pada taqwa yang semoga kita memang sedang berupaya memperjuangkannya. Baarakallahu fiikum!
So deep π
Because most of man think that no news is a good news
-credit to my best friend chandra Nurohman-
Like I'm dying when i forced myself for more patient and less complaining π
Iβve been strunggling with βmental healthβ case because of over thingking and worrying something and someone too much. Lately i realize that it was so bad.
To against all my pressure, i prefered βwastingβ my time with window shopping, going into books store, sitting in the middle of fast-food restaurant alone, escape in the beach behind my house, and others unproductive activity. I merely doing those routine, day by day I know that β there are activities that more productive than all above that you can do and start nowβ. But, need a more time to courage myself , speak it out.
Recently, I just knew that, all civilizations round this age, has had same problem. Perharp people around me againts theirs but, they just pretending to be strong. Is not bad as long as you know the consequency. Both of them was so hard.
I realized that i make a big mistake by wasted my precious time, when last day I went into book strore corner to search some novels, with all various genre novels, i dont know I felt like β it just fiction, your life more fascinating than this novelβ until i found a book from Wirda Mansur. With title ( btw, correct me if Im wrong) β Be Strong Be Calm Be Gratefulβ. I read that book in 30 minutes and for almost 150 pages i made one conclusion β with all motovation , self - improvement, novels book, yoo meed Quran to console you. You dont need to escape with others, all you need has been written in Al - Quran. Read it as often as You could, and Allah will guarante your life.
Well, early at dawn when I woke up this morning with a very depth breath and set the mind, " yes today I will rock my world" until the evening coming and you were realized that nothing big deal happend today , but at least I could enjoy how beautiful sitting at the top of rock waiting sun to set . Alhamdullilah π
#clip-preparation
I rearrange the " klipping" from my fav Magazine. (Read : NetGeo Mag) to my guture child about " what happend in this world begore Allah Creates me. InsyaAllah π€²
Today, you are became our main topic
He crazily falling in love with you
Until he hardly wanna quit from your rip current
But, he finally decided surfing above you
Today, i went into your shore
Seeing every inched into your wave
Playes around with your sands
Deep into your horizon
Shore.
Today i knew,
Why i should often back into you
-n-
Allah -Science-Allah-Art-Allah-Techno-Allah- My Ultimate daily π
161 posts