Don't teach ur children to be shallow people. Teach them to be humble who know values. Don't praise them for things that they never earned. Don't praise them for their beauty, fair skin, thick hair, smart brain... For it's the gifts from Allah. Not from themselves. Rather praise them for being polite, for respecting others, for being diligent, kind hearted, generous, and hard working in khayr... Praise them for things that won't make them arrogant... But praise them for something that will make them improve in the sight of Allah...
(Even thought a beautiful heart which is the root of other good qualities is too a gift from Allah, all the praise is due to Allah for everything)
Hallo kak Dea, tau tempat kursus web design online atau offline di Surabaya yang bagus? Saya tertarik belajar web design otodidak tapi basic ilmunya 0 banget, terima kasih sebelumnya kak, stay safe and stay sane dimanapun kak Dea berada..m
Dicoding bagus sih. Online.
“The easiest way to increase happiness is to control your use of time” (Daniel Kahneman)
-
Kalau bahagia merupakan pilihan, akankah dengan sadar kita memilihnya?
Di “Fast Thinking, Slow Thinking”, Kahneman bercerita tentang riset untuk mengukur waktu tak menyenangkan yang dialami seseorang dalam kesehariannya lewat ukuran bernama “indeks U”.
Riset itu, dilakukan di banyak negara sehingga datanya bisa disandingkan.
Juga, dikaitkan dengan kegiatan yang dijalani seseorang. Misal, seberapa tak menyenangkan seseorang pergi ke tempat kerjanya, saat ia sedang bekerja atau ketika bertemu keluarga.
Kita sadar tentang rasa tak nyaman yang menggelayuti hati, tapi enggak terlalu banyak upaya signifikan untuk memulihkan keadaan tsb. Alhasil, ketidakbahagiaan tersebar dalam tiap satuan waktu aktivitas yang kita jalani.
Mau berbahagia, tapi kita enggak terbiasa mengelola waktu. Terus gimana?
Pertama - Kurangi Konten “Drakula”.
Karena perhatian kita adalah mata uang dalam ekonomi digital hari ini, cermatlah saat memliih konten untuk dikonsumsi. Kurangi konten digital yang membikin kita jadi kurang berdaya & produktif.
Salah satu modal penting di 2020 ini ialah energi mental yang terkelola baik untuk menghadapi ketidakpastian.
Kedua - Biasakan Sesi Monotasking.
Dari cerita tentang indeks U, disimpulkan bahwa perempuan Amerika lebih tidak menikmati waktu makannya ketimbang perempuan Perancis karena kebiasaan makan sambil mengerjakan hal lainnya.
Bahkan untuk makan aja, kita butuh kekhusyukan biar apa yang dikonsumsi juga jadi lebih…membahagiakan.
Ketiga - Ubah Cara Kita Bersantai.
Dari santai yang bersifat pasif, ke santai yang bersifat aktif. Dari nonton TV, ke olahraga ringan atau bersosialisasi. Dari hal yang memerlukan peran lebih sedikit ke kegiatan yang lebih “berkualitas”.
Sama-sama santai, bedanya ada pada porsi peran yang bisa kita berikan untuk membuatnya lebih mengisi.
Waktu merupakan sumber daya kebahagiaan yang masih bisa kita kelola.
Kebahagiaan enggak datang dengan sendiri melainkan bergantung pada upaya & pilihan yang kita buat selama hidup. Kalau bahagia merupakan pilihan, maka pilihlah hal-hal terbaik yang menjadi sebab dari kehadirannya :)
-
“The true secret of happiness lies in the taking a genuine interest in all the details of daily life.” (William Morris)
Salah satu pedang bermata dua yang dimiliki seorang perfeksionis adalah mentalitas “lakukan dengan sempurna, atau tidak sama sekali.”
Di satu sisi, ini membuat para perfeksionis bekerja dengan luar biasa jika mereka memang harus mengerjakan sesuatu. Di sisi lain, ini membuat mereka lumpuh manakala menghadapi sebuah urusan yang nampak besar dan kompleks.
Terbayang-bayang betapa besarnya energi yang mesti mereka miliki untuk membuat urusan besar nan kompleks itu “sempurna”; terbayang betapa tidak sempurnanya kapasitas dan sumber daya mereka saat itu. Stress jadinya.
Beruntung, semasa kuliah, sebuah buku berjudul “The One Thing”, tulisan Garry Keller, mengubah hidup saya yang merupakan seorang perfeksionis ini.
Inspirasi utama yang saya dapatkan dari buku itu adalah: dalam hidup, kita tidak perlu mengambil semua hal, melakukan semua hal, atau menjadi lebih baik dalam semua hal. Seringkali, kita hanya perlu peduli pada satu hal saja, dan itu cukup untuk membuat kita menjadi lebih baik.
Dahulu kala, jika saya membaca buku, biasanya saya ingin merengkuh semua poin yang disampaikan oleh penulis. Terlalu banyak informasi (fakta atau opini) yang nampaknya akan berguna (meski entah kapan dan bagaimana saya akan menggunakan informasi tersebut), yang terlalu sayang jika tidak mampu saya ingat baik-baik.
Agar bisa mengingat informasi-informasi tersebut, sebagian orang menandai bagian-bagian tertentu dengan stabilo. Sebagian lagi menulisnya dalam sebuah catatan, dan lain sebagainya.
Lalu, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, dengan upaya tersebut, memangnya seberapa banyak informasi yang akhirnya berhasil kita ingat? Seberapa sering (atau bahkan, pernah kah?) kita kembali ke tanda stabilo atau catatan kita?
Bagi saya sendiri, jawaban dari kedua pertanyaan tersebut tidaklah membahagiakan.
Alih-alih berusaha merengkuh semua informasi, saya menemukan bahwa jika saya hanya menangkap satu saja informasi yang paling mengesankan bagi saya, lebih besar kemungkinan saya mengingat informasi tersebut dalam jangka waktu lama.
Bahkan, informasi itu tidak sekadar menjadi ingatan “mati”–layaknya kertas yang menyimpan informasi, namun informasi itu tidak berguna bagi dirinya.
Dengan bertanya, “Apa satu hal paling penting dari buku ini?”, saya berhasil menangkap satu informasi yang lalu membekas dan ter-“install” dalam diri saya. Ia menjadi bagian dari diri saya.
Pertanyaan mengenai “Apa satu hal…” ini adalah pertanyaan yang perlu dibiasakan. Jika kita sudah terbiasa, maka kita bisa mengimplementasikannya dari level makro hingga ke level mikro.
Sebagai contoh, jika awalnya kapasitas kita hanya mampu menangkap dan mengingat “satu hal” dari sebuah buku, di tingkatan selanjutnya kita bisa bertanya “Apa satu hal paling penting dari bab pertama?”, lalu “Apa satu hal paling penting dari bab ke dua?”, dan seterusnya.
Efeknya, kita jadi lebih terbiasa “menerawang” benang merah di balik segala sesuatu, di berbagai level.
Kita jadi lebih terbiasa menangkap substansi, tidak terdistraksi oleh hal-hal yang non-substantif.
Ini tidak hanya berlaku pada buku. Ini adalah kebiasaan yang universal, yang bisa diterapkan dalam berbagai konteks.
Ini semua membawa saya pada gagasan bahwa untuk menjadi seseorang yang sangat keren, kita tidak perlu berusaha menelan semua atribut sebuah hidup yang keren.
Misalnya, kita menuntut diri kita untuk memiliki karir yang bagus, karya yang booming, bisnis yang ekspansif, investasi yang bertumbuh, pikiran yang tahu segala hal, dan lainnya di waktu yang sama.
Mengapa? Karena kita akan kewalahan. Jika kita kewalahan, upaya kita akan berumur pendek, tidak berkelanjutan, tidak konsisten. Lalu pada akhirnya kita akan menemukan diri kita belum beranjak jauh dari titik awal.
Alih-alih begitu, beritahukan kepada diri sendiri bahwa kita cukup menjadi 1% lebih baik hari ini dibanding hari kemarin. Itu saja. Lakukan setiap hari.
Jika kemarin menjelang tidur kita habiskan dengan berseluncur di Instagram, hari ini menjelang tidur kita habiskan dengan menonton TED Talks, mungkin?
Jika hari ini saya tidak mendapat asupan pengetahuan baru, maka besok saya akan menghabiskan 15 menit membaca Blinkist, dan seterusnya.
Cukup satu persen saja perubahan kecil yang kita lakukan untuk diri kita di satu hari, lalu kita kunci perubahan tersebut di hari-hari setelahnya. Bayangkan, berapa persen perubahan yang akan terjadi pada diri kamu setelah satu tahun?
Selamat bertumbuh 1% lebih baik setiap hari!
Ku simpan sebagai pengingat (1)
Langitkan kekhawatiranmu itu. Adukan pada Sang Pemilik Semesta. Dia kuasa atas segalanya, termasuk atas dirimu.
Bawa ketakutan-ketakutanmu pada masa depan melalui doa-doa yang engkau sujudkan.
Carilah ketenangan dari sujud-sujud panjang.
kepalaku penuh bgt. banyak mikirin kemungkinan-kemungkinan di balik kata Ya dan Tidak.
aku memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan.
Insyaallah aku ingin pulang.
dan aku harus menerima serta bertanggung jawab dengan apapun dampak dari pilihanku yang terkesan impulsif serta tanpa persiapan.
biarkan semesta bekerja untukku. kumohon, aku akan baik-baik saja.
🥺
the places that contain a bunch of memory
Yaa Rabb, jemputlah aku disaat aku dalam keadaan mencintaimu sedalam-dalamnya..
feeling unwanted lagi 🤣🙂