Halo, Kak Dea! Aku suka banget baca tulisan2 Kak Dea dan sudut pandang kakak, sampe nyalain notif spy bisa langsung baca tiap kali Kak Dea posting tulisan baru hehe Kalau berkenan dijawab sih kak, mau berbagi gimana Kak Dea menghadapi life quarter crisis tidak? Me feeling happy finally bisa menyapa meski lwt anonim dan brtanya spt ini hehe Semoga hari kakak menyenangkan dan sllu sehat ya Kak De! Terima kasih!
Ah thanks :D
Makasih ya doanya.
Sebenernya, krisis dalam kehidupan kita itu banyak. Cuman mungkin yang banyak dibicarakan orang tuh Quarter Life Crisis. Mungkin karena di fase ini, sebagian besar orang mulai menghadapi hal berat dalam hidupnya. Meskipun banyak juga yang udah hidup dengan berat di usia belasan.
Bagaimana saya menghadapi Quarter Life Krisis?
Saya mengidentifikasi problem di Quarter Life Krisis saya antara lain:
1. Keputusan dalam berkarir
Saya tipe orang yang suka membuka banyak opsi. Tidak segera mengerucut ke satu pilihan sebelum benar-benar terdesak. Selama ini, saya jadi dosen sekaligus kerja freelance dan agak serabutan. Apapun yang penting halal dan menghasilkan uang, saya kerjakan wkwk.
Tapi, ketika usia kita bertambah, kita akan menyadari bahwa akan ada banyak hal di luar pekerjaan yang harus kita perhatikan. Di quarter life crisis, kamu harus figuring out karir kamu akan berjalan ke arah mana biar kamu bisa membangun skill set untuk menapaki jenjang karir selangkah demi selangkah. Fokus. Kita nggak selamanya punya waktu mengeksplore banyak hal. Kelak, kita pasti disibukkan dengan hal lain. Jangan terkecoh ke achievement orang lain atau merasa sedih karena achievement kamu rendah.
Achievement itu hanya perkara waktu kalau kamu istiqomah. Kita kadang menganggap achievement sebagai trophy. Saya sendiri pelan-pelan merubah pandangan. Achievement seharusnya jadi peta yang menunjukkan kita harus berjalan ke arah mana. Bekerja tanpa mentargetkan achievement yang dituju akan membuat kita terbang kemana-mana. Tidak fokus. Andaikan achievement yang kita inginkan nggak tercapai, yang kita lakukan adalah mengevaluasi skill mana yang kurang, ataukah kita perlu merubah target dan seterusnya.
Dalam hal ini, kenali dirimu dengan baik. Jangan melihat orang lain. Kalau kamu melihat orang lain, don’t see what they have. See what they do. Saya sendiri, belakangan jadi punya role model.
Dalam urusan penelitian, saya melihat topik-topik penelitian profesor dari NYU karena penelitian tentang game banyak dibuat di sana. Sementara dalam berkarya, saya selalu melihat Mbak Puty Puar sama Pak Pinot Ichwandardi. Saya memang bukan ilustrator. Tapi vibe positif dari mbak Puty dan Pak Pinot sekeluarga semacam nular dan bisa bikin saya happy lagi.
2. Pernikahan
Sebenernya di inbox saya beberapa kali ada pertanyaan gimana biar ga panik nungguin jodoh. Kenapa kok jodoh datangnya lama. Saya udah agak bosen dengan topik ini. Tapi jadinya saya bahas semoga ada yang baca dan nggak nanya lagi.
Semua hal yang terjadi di dunia ini sudah dihitung sebaik-baiknya sama Allah. Kamu mau merengek, ngeluh, nanya seribu kalipun nggak akan berubah. Yang harus kamu lakukan ya tenangkan diri, tenangkan orang tua kita dan tetap jalani hidup dengan baik.
Tiap bicara tentang pernikahan, teman saya di usia 23 banyak bicara tentang kebahagiaan. Umur 25 mulai banyak yang bicara tentang baby blues sydrome dan siklus hidup yang banyak berubah. Selagi kamu masih sendiri, belajarlah hidup dengan baik dan minimalkan segala hal yang tidak perlu. Belajar berempati dengan masalah orang lain. Mungkin itu juga akan melembutkan hati kita sehingga kita bisa memahami bahwa tidak ada takdir yang buruk. Semua sudah dihitung dan setiap kesabaran selalu diganti dengan pahala yang baik.
3. Finansial
Di usia Quarter Life, kita umumnya udah memegang uang sendiri. Akan ada banyak tawaran kosmetik, baju, mobil, tanah, rumah dan seterusnya. Kalaupun kita nggak ditawari, kita bakal menyaksikan teman kita beli rumah baru, beli mobil baru dan seterusnya.
Dalam hal ini, saya sangat terbantu dengan gaya hidup minimalis. Minimalis mengajarkan kita untuk mengenali diri kita dengan baik berikut kebutuhan-kebutuhannya. Kalau kamu cewek, kamu mungkin perlu define style baju, make up dan skincare kamu. Ini bakal ngebantu kamu banget. Soalnya tiap ada barang baru di IG, sekalipun itu lucu, tiap kita mau nyoba, akan ada dua penolakan dalam hati:
“Oh ini nggak match sama style saya“
kalaupun dia match, masih ada penolakan:
“Oh warna kayak gini sudah ada di lemari“
Saya sendiri selama beberapa tahun ini jarang belanja baju. Saya sudah terbiasa dengan style yang basic banget. Enggak aneh-aneh. Jadi kalo ngelihat baju baru, udah ga yang se-excited dulu.
Saya masih excited sama make up dan skincare. Tapi belakangan, saya sudah cukup nemu style yang cocok. Makanya udah nggak nyobain lagi.
Intinya sih, pas kamu ngadepin Quarter Life Crisis, sudahi segala pikiran yang tidak perlu. Berusahalah menyederhanakan banyak hal. Akan lebih baik kalau kita mengenali diri kita dengan baik sehingga kita tidak mudah terbawa arus.
Dunia ini ramai dan akan selalu ramai. Pikiran kitalah yang bisa mereduksi noise.
Semangat :)
EMPAT KUNCI MASUK SURGA
Surga merupakan tempat impian yang dirindukan oleh orang-orang yang beriman. Di sanalah tempat kebahagiaan sejati, yang tiada lagi kesedihan, kekecewaan, dan penderitaan, seperti yang dialami tatkala hidup di dunia. Bahkan, orang terakhir yang masuk ke dalam surga dan mendapatkan derajat terendah di sana memiliki kenikmatan yang jauh lebih besar dan tiada bandingannya dengan kenikmatan yang ada di dunia yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terbetik dalam hati manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنِّى لأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلأَى
فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا
قَالَ فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
“Sesungguhnya aku tahu (diberi tahu oleh Allaah) siapa orang yang paling terakhir dikeluarkan dari neraka dan paling terakhir masuk ke surga. Yaitu, seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan merangkak.
Kemudian Allaah berfirman kepadanya, ‘Pergilah engkau, masuklah engkau ke surga.’
Ia pun mendatangi surga, tetapi ia ditampakkan bahwa surga itu telah penuh.
Ia kembali dan berkata, ‘Wahai Rabbku, aku mendatangi surga, tetapi sepertinya telah penuh.’
Allaah berfirman kepadanya, ‘Pergilah engkau dan masuklah surga.’
Allaah berfirman kepadanya, ‘Pergilah engkau dan masuklah surga, karena untukmu surga seperti (kemewahan seorang raja) di dunia dan dikalikan sepuluh kali lipat darinya.’”
Kemudian Rasulullah bersabda, “Itulah penghuni surga yang paling rendah derajatnya.” (HR. Bukhari no. 6571, 7511 dan Muslim no. 186, 189)
Dalam riwayat lain disebutkan,
إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً مَنْ يَسْعَى عَلَيْهِ أَلْفُ خَادِمٍ كُلُّ خَادِمٍ عَلَى عَمَلٍ لَيْسَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ
“Sesungguhnya penghuni surga yang paling bawah adalah seseorang yang memiliki 1000 pelayan yang selalu siap melayaninya. Setiap pelayan memiliki tugas yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.” (HR. Baihaqi. Lihat Shahih At-Targhib no. 3705)
Untuk masuk ke dalam surga, tentu ada beberapa tiket atau kunci yang harus dimiliki. Siapa saja yang berhasil memiliki kunci tersebut, maka ia akan masuk surga. Ada empat kunci surga yang diterangkan dalam surat Al-’Asr.
Allaah Ta’ala berfirman,
إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 3)
Pertama, iman yang dilandasi ilmu (agama)
Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agama, terutama ilmu yang berkaitan dengan tata cara beribadah kepada Allaah dan mengesakan-Nya, juga ilmu yang terkait prinsip syariat-syariat islam, muamalah, halal haram, dan sebagainya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مَسْلَمٍ
”Menuntut ilmu (agama) wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)
Tanpa ilmu, seseorang tidak akan tahu bagaimana amalan-amalan agar bisa masuk ke dalam surga dan hal-hal yang menjerumuskannya ke dalam api neraka.
Allaah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)
Bahkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan orang yang menempuh jalan menuntut ilmu (agama) akan dimudahkan menuju surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allaah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Kedua, amal (menerapkan ilmu)
Setelah seseorang mempunyai dan mengetahui ilmu, maka ia harus bersunggung-sungguh untuk mengamalkannya. Allaah Ta’ala berfirman,
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ لَّهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci. Dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.” (QS. An-Nisa’: 57)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يَسْأَلَ عَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ
“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad-Darimi no. 537)
Ketiga, dakwah (membagikan/mengajarkan ilmu)
Orang yang pertama kali wajib kita dakwahi dan tularkan ilmu yang sudah didapat adalah keluarga, baru kemudian orang lain. Allaah Ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)
Dalam firman-Nya yang lain,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allaah dan mengerjakan amal yang saleh?” (QS. Fushshilat : 33)
Sungguh, masih dalam keadaan merugi orang yang telah mengetahui ilmu agama (kebenaran), akan tetapi ia tidak berusaha menyelamatkan saudaranya dengan mengajak mereka untuk memahami dan melaksanakan Islam dengan benar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari)
Dalam sabda yang lain,
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allaah, sungguh jika Allaah memberikan petunjuk kepada seseorang dengan perantara dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah.” (HR. Bukhari)
Keempat, sabar (dalam mencari ilmu, mengamalkan ilmu, dan membagikan ilmu)
Pada akhir tafsir surah Al-‘Ashr ini, Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata,
”Maka, dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari kerugian (neraka) dan mendapatkan keuntungan yang besar (surga).” (Lihat Taisir Karimir Rahman, hal. 934)
Jalan menuju surga itu diliputi dengan hal-hal yang tidak disukai manusia karena manusia itu lebih condong kepada sikap santai dan rehat. Oleh karenanya, sabar diperlukan dalam setiap perjuangan untuk mencari, mengamalkan, dan menularkan ilmu yang didapat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
حُجِبت النار بالشهوات، وحُجبت الجنة بالمَكَاره
“Neraka ditutupi dengan syahwat dan surga ditutupi dengan hal-hal yang tidak disukai.” (HR. Bukhari)
Penulis: Arif Muhammad N
kamis, 22 Juni 2023
Hanya bisa menyabarkan hati ketika diperlakukan kerdil oleh orang yang udah dianggap temen "deket".
aku selalu jadi pendengar yang baik buat dia, mendengarkan ceritanya dengan antusias dan sampai habis. tapi dia denger ceritaku sampai setengah jalan aja udah pasang muka malas 🙃
dia selalu ingin tampil di depan, ingin mendapatkan sorotan, ingin menyelesaikan semuanya dengan tangannya, tapi akhirnya jadi kewalahan sendiri, ujung ujungnya ngeluh lagi kan ke aku.
aku dengan diriku yang sudah seringkali terlupakan dan tidak dianggap, aku selalu menahan semuanya, aku ngalah, aku turunkan egoku. karena dia partner kerjaku, aku harus baik-baik terus, harus ngikutin apa yang dia mau, harus setuju dengan pendapatnya, harus mengalah.
harus pasang topeng setebal mungkin, walau hati seringkali teriris dan terusik, aku memilih untuk mengalah saja.
Tiba-tiba aku teringat kejadian dua belas tahun silam. masa dimana aku berada di fase peralihan dari sosok anak kecil ke remaja. saat itu usiaku setara dengan anak SD yang duduk di bangku kelas 6 dan sebentar lagi akan lulus. aku benci masa peralihan yang merenggut kesenangan masa kecilku, untuk bermain masak-masak saja aku harus bersembunyi dari penglihatan tetangga, karena kalau tidak aku akan diejek. apa salahnya? waktu itu aku bingung, namun memang sepertinya sudah tidak pantas untuk usia kelas 6 SD memainkan permainan kekanak-kanakan seperti itu.
waktu itu aku sering berkunjung ke rumah teman bermain terbaikku. aku tidak ingat jelas apa yang aku lakukan di rumah teman bermain saat berusia kelas enam SD, yang jelas bukan untuk bermain masak-masak lagi, karena diapun sudah tidak ingin memainkan permainan kekanak-kanakan itu. walaupun begitu, kurasa kami menemukan sesuatu yang menyenangkan, terbukti aku betah berlama-lama disana. sayangnya sesuatu itu bukan hal yang membekas, karena aku tidak ingat sama sekali.
aku rutin ke rumah temanku setiap hari sepulang sekolah, sampai akhirnya aku bertemu dengan anak laki-laki yang kehadirannya membuatku terganggu. anak laki-laki yang belum pernah aku lihat sebelumnya. disaat aku sedang bermain dengan temanku di teras rumahnya, anak laki-laki itu juga sedang bermain dengan kakak laki-laki dari temanku beserta gerombolan anak laki-laki yang lain, bedanya mereka bermain di halaman rumah.
padahal teman-temannya sedang asyik membicarakan satu mainan yang kulihat bukan mainan biasa, lagi-lagi aku tidak ingat jelas tapi sepertinya sesuatu yang memiliki mesin dan itu adalah hal yang menarik bagi kalangan anak laki-laki. tapi anak laki-laki asing ini malah sibuk mencuri pandangan padaku sambil tersenyum malu-malu.
apakah aku ikut salah tingkah dan malu-malu karena mendapatkan sebuah ''curi-curi pandang'' dari anak laki-laki tersebut? oh tidak sama sekali, aku malah gemetaran saking ketakutan. aku membayangkan bola matanya yang bulat sempurna sudah siap untuk melahapku. untungnya temanku tidak menyadari gerak-gerikku yang aneh. karena merasa semakin tidak nyaman aku berpamitan untuk pulang. aku lari pulang ke rumah. sejak saat itu aku tidak pernah lagi datang bermain ke rumah temanku karena takut bertemu dengan anak laki-laki asing yang sebelumnya sukses membuatku merinding.
hari-hari berlalu dan aku mulai lupa dengan kejadian tersebut.
hingga tiba waktunya aku resmi menjadi seorang siswa SMP di salah satu sekolah menengah pertama di kotaku. aku shock saat menoleh kesamping dan aku mendapatkan sosok anak laki-laki itu duduk tepat disampingku. dia juga menyadari aku. ternyata dia seumuran denganku dan kini bersekolah di sekolah yang sama serta berada di satu gugus MOS yang juga sama denganku. perasaan kalut dan tidak tenang kembali menghantui hidupku yang damai.
kurasa dia anak yang kurang dalam hal akademik, jadi dia lebih banyak diam jika sedang berlangsung sesi kuis materi, tapi sesekali juga memperlihatkan tingkahnya yang 'caper'.
syukurnya saat pembagian kelas aku tidak berada di kelas yang sama dengannya. tapi kabar buruknya dia suka berkunjung ke kelasku dan berpura-pura mencari teman SD nya yang sekelas denganku. entah hanya aku saja yang kegeeran atau pada faktanya dia memang hanya ingin bermain dengan teman SD nya saja. sampai suatu saat seorang teman kelasku yang merupakan salah-satu teman SD nya dulu nyeletuk ''kamu kenapa sih suka ke kelas ini? jangan-jangan mau 'menyambar' seseorang. hahaha cieee siapa tuh.'' mendengar hal itu aku ikut gemetaran. aku tidak tahu bagaimana ekspresi anak laki-laki itu, karena aku tidak pernah mau melihat kearahnya. tiba-tiba teman yang lainnya menimpali ''oh jangan-jangan dia suka sama Sasa, makanya dia suka berkunjung ke kelas ini. Sasa kan teman kelasnya waktu SD.'' yang disebut Sasa hanya tersenyum malu-malu, anak laki-laki itupun tidak memberikan respon apapun. tidak mengiyakan tetapi juga tidak sebaliknya. dan entah mengapa aku merasa cemburu dia di jodoh-jodohkan dengan teman Sasa teman SD dia yang dulu. ah tidak, masa iya aku suka dia? aku melihat kearah Sasa, dia anak yang kalem dan cantik. makin cemburulah aku.
namun kisah ini tidak ada kelanjutannya, karena belum genap selesai satu semester aku pindah ke sekolah yang terletak di kota lain. perlahan aku melupakan kenangan di sekolah lamaku.
itu adalah kisah dua belas tahun yang lalu. sekarang umurku sudah menuju dua puluh empat tahun. aku sendiri kaget, aku sudah beranjak dewasa sekarang.
dan pada waktu sore di hari Kamis ini aku penasaran. tiba-tiba menyakan sesuatu pada masa sekarang. bagaimana kabar anak laki-laki yang pernah mengisi 'seperempat titik' potongan kejadian dimasa kecilku itu sekarang? jadi apa dia sekarang? bagaimana ia menghabiskan masa remajanya? apa dia sekarang baik-baik saja?
aku tahu kebanyakan perempuan punya kemampuan intel yang menakutkan. sekalinya penasaran maka perempuan akan mendapatkan informasi hingga akar-akarnya. kurasa aku punya kemampuan itu. sayangnya aku melupakan clue paling penting, yaitu namanya.
aku tidak ingin berpikir keras. sosok anak laki-laki itu salah satu kenangan singkat yang bahkan tidak terekam jelas oleh memoriku. jadi kubiarkan pertanyaan tiba-tiba ini berlalu tanpa jawaban.
ISTIRAHATLAH BILA KANTUK BERAT MENYERANG PADA SAAT SHALAT | Hadist #120
وَعَنْ عَائشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّي، فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعَسٌ لَا يَدْرِي لَعَلَّهُ يَذْهَبُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ « مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian mengantuk ketika sedang shalat, hendaknya ia tidur sehingga rasa kantuknya hilang. Sebab, jika salah seorang di antara kalian shalat dalam keadaan mengantuk, maka ia tidak mengerti apa yang ia ucapkan, mungkin ia bermaksud memohon ampunan, tetapi dia justru mencela dirinya sendiri.”
(HR. Al-Bukhari, no. 212 & Muslim, no. 786)
FAEDAH HADIST
Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya:
Rasa “mengantuk” adalah putusnya konsentrasi seseorang karena datangnya rasa sangat ingin tidur, maka dari itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan bagi orang yang mengalaminya ketika shalat hendaknya ia membatalkan shalatnya, tidak meneruskan shalatnya dalam kondisi demikian. Sebab, jika salah seorang di antara kalian shalat dalam keadaan mengantuk, maka ia tidak mengerti apa yang ia ucapkan, mungkin ia bermaksud memohon ampunan, tetapi dia justru mencela dirinya sendiri.” Mungkin ia ingin berdoa, “Ya Allaah ampunilah dosa-dosaku!.” ia salah jadi mencela dirinya dengan dosa ini, atau ingin memohon surga tetapi salah menjadi neraka, ingin memohon petunjuk tetapi salah menjadi kesesatan. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk segera tidur jika berada dalam kondisi demikian.
Pelajaran di balik masalah ini adalah bahwa setiap orang memiliki kewajiban memenuhi hak dirinya. Jika ia memaksakan dirinya untuk menunaikan suatu ibadah di luar kemampuannya berarti ia telah menzalimi dirinya sendiri, maka janganlah lengah sehingga kurang atau berlebihan.
Tidak disukainya memaksakan diri dalam ibadah hingga mendatangkan kesulitan dan bahaya.
Wajibnya khusyuk dalam shalat dan menghadirkan hati dalam setiap ibadah serta menjauhi segala sebab yang dapat menghilangkan 2 hal ini; rasa khusyuk dan hadirnya hati. Dalam hal ini terkandung kaidah Islam yang mulia; menolak mudarat lebih didahulukan dari mendapat kemaslahatan.
Kesederhanaan dalam ibadah dengan memperhatikan kualitasnya serta menjauhi sikap ghuluw dalam ibadah adalah perkara yang dituntut.
Mengambil kehati-hatian untuk sebuah alasan pada persoalan yang belum jelas dan masih berupa kemungkinan (setengah-setengah/ragu).
Wallahu Ta’ala A’lam.
Referensi Utama: Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Shalih al Utsaimin, & Kitab Bahjatun Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin karya Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy.
Ustaz Fadly Gugul S.Ag
Jangan lemah.
Jangan lengah.
Jangan kalah.
Perjuangkan
Ramadhan
Terbaikmu!
Ustadz Nuzul Dzikri, Lc. حفظه لله تعالى
Justru melalui hari yang sibuk dan padat itu menyenangkan, seharusnya aku khawatir tapi aku lupa meluangkan waktu untuk itu.
Capek banget. haha, capek jadi orang yang tidak dianggap dan terlupakan terus :))
https://yasirmukhtar.tumblr.com/post/174510897403/sebungkus-garam-sebotol-air-dan-sebuah-danau
Seorang ustadz pernah menyampaikan,
"Bagi saya, seorang aktivis dakwah yang pandai berbicara, manajemen dakwah, analisis SWOT, maupun ilmu-ilmu yang lain tapi berturut-turut subuhnya masih kesiangan, itu adalah aktivis karbitan."
Kalimat yang menohok. Betapa banyak hari ini mungkin diantara kita para aktivis dakwah yang ternyata masih demikian(?). Syuro dari pagi hingga petang, dari petang sampai malam, ataupun "agenda" dakwah lain yang menuntut sampai lembur menjelang fajar, tapi urusan yang lebih asas (baca : sholat subuh) justru ternomorduakan.
Anehnya ketika ditanya, atau bermuhasabah diri kenapa demikian selalu berlindung dengan jubah "demi dakwah". Padahal, bukankah jika memang yang diniatkan adalah untuk menyeru kepada Rabb-Nya, justru semakin merekat hubungannya kepada Rabb-Nya?
Atau mungkin ingin berlindung sebagai bentuk dari "produktivitas dakwah"? Padahal sejatinya produktivitas dakwah itu tidak diukur dari seberapa sibuk kita dengan dakwah, melainkan seberapa banyak dari aktivitas dakwah tersebut mampu meringankan beban dakwah. Jika dengan "lalainya" shubuh tadi menyebabkan hilangnya nilai kebarokahan dari dakwah itu sendiri, masihkah kita berani menyebut itu sebagai produktivitas dakwah?
Mari berbenah. Banyak diantara kita yang sebenarnya tahu bahwa satu perkara itu salah, tapi tidak mau jujur mengakui bahwa perkara itu salah, sehingga yang terjadi adalah penyangkalan yang berujung kepada ketidakmauan untuk berbenah. Ini adalah penyakit, penyakit yang tidak boleh dibiarkan terus menjangkit.
Kuncinya adalah berani jujur mengaku bahwa yang salah adalah salah, selanjutnya adalah kemauan untuk berbenah.
“They may not have loved you, but they did change you. They taught you. They grew you.”
— Bianca Sparacino