“They may not have loved you, but they did change you. They taught you. They grew you.”
— Bianca Sparacino
Aku kuat aku kuat. 😥😥😂 tanggal segini gaji belum cair, yuk bisa yuk
Buah dari rasa cinta itu rasanya menyenangkan
Karena alasan cinta, beberapa orang tidak memandang rintangan didepan, Melupakan jarak, berkorban lebih banyak, dan melupakan rasa sakitnya.
Aku terbiasa berpura-pura untu merasa baik-baik saja,terbiasa mencoba melawan rasa sakit itu sendiri. Melelahkan... aku mengira orang-orang yang aku cintai tak harus ikut merasa khawatir dan mencurahkan waktunya untukku. Tak harus ikut berperang denganku.
Tapi mereka... berkata " kami tidak apa-apa, ayo sama-sama berjuang "
Di peperangan ini, aku lelah dan aku sudah pasrah. Tapi melihat orang orang dicinta mengenggam erat, rasanya menyenangkan. Membuatku berusaha maju.
KAIDAH BAGUS
Sebelum salam = banyak berdo'a.
Setelah salam = banyak berdzikir.
Syeikh Utsaimin rohimahulloh pernah ditanya:
"Manakah yang lebih afdhol untuk do'a "Allohumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibaadatik..", dibaca sebelum salam atau sesudah salam, ataukah yang lebih afdhol dibaca di dua waktu itu..?"
Beliau menjawab:
"Yang lebih afdhol do'a itu dibaca sebelum salam, karena seperti itulah dia datang dalam sebagian riwayat, dan karena do'a itu tempatnya sebelum salam, sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas'ud, setelah Nabi shollallohu 'alaihi wasallam menyebutkan tasyahud, beliau menyabdakan: "kemudian hendaklah dia memilih sebagian doa-doa yang dia kehendaki.."
Berdasarkan keterangan ini, maka seorang yang sholat membaca do'a "Allohumma a'innii 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibaadatik.." sebelum salam.
Adapun setelah salam, apa yang Allaah firmankan..?
Dia berfirman (yang artinya): "Apabila kalian telah selesai shalat, maka BERDZIKIRLAH kalian kepada Allaah.." [An-Nisa': 103]. Di ayat ini, Allaah tidak mengatakan: "maka berdo'alah kalian kepadaNya".
[Sumber: Liqo'ul babil maftuh 22/255]
Dalam kesempatan lain beliau juga mengatakan:
"Sesungguhnya Rosul shollallohu 'alaihi wasallam telah mengarahkan kita tentang waktu berdo'a di dalam sholat, beliau 'alaihis sholatu wassalam mengatakan saat mengajari Abdullah bin Mas'ud tentang tasyahud "kemudian setelah itu, hendaklah dia memilih sebagian do'a-do'a yang dia kehendaki.." Ini menunjukkan bahwa tempat do'a adalah sebelum salam, bukan setelahnya.
Kemudian penalaran yang lurus juga menunjukkan hal ini, yakni bahwa do'a itu waktunya sebelum salam, karena selagi engkau dalam sholatmu, maka engkau sedang bermunajat kepada Allaah 'azza wajall. Kemudian setelah engkau bersalam, maka terputuslah munajat dan hubungan antara engkau dengan Allaah.
Maka, manakah yang lebih baik, berdo'a ketika engkau dalam keadaan bermunajat kepada kepada Allaah... ataukah berdo'a setelah selesai sholat dan setelah hubungan itu putus..?! Tentunya keadaan pertama yang lebih baik.
Oleh karena itu, bagi yang ingin berdo'a kepada Allaah subhanahu wata'ala, maka berdo'alah sebelum salam.."
Diterjemahkan oleh Ustaz DR. Musyaffa' ad Dariny MA, حفظه الله تعالى
Capek banget. haha, capek jadi orang yang tidak dianggap dan terlupakan terus :))
Doa Agar Tawakkal dan Mendapat Ampunan dari Allaah
اللَّهُمَّ لكَ أَسْلَمْتُ، وبكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنبَتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المَقَدِّمُ وَأَنْتَ المَؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Alloohumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa 'alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoosomtu, wa ilaika haakamtu, fagh-firlii maa qoddamtu wa maa akhkhortu, wa maa asrortu wa maa a'lantu, antal muqoddimu wa antal muakhkhiru, laa ilaha illa anta
Ya Allaah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku kembali, kepada-Mu aku mengadu, dan kepada-Mu aku berhukum. Maka, ampunilah dosaku yang telah aku lakukan dan yang kemudian aku lakukan, yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengakhirkan. Engkaulah Rabbku, tidak ada ilah yang hak diibadahi kecuali Engkau.
HR. Bukhari, no. 6317 dan Muslim, no. 769
Cerdas mengelola emosi.
Sering bgt, kalau lagi gak mood dan ditanya-ditanyain sesuatu pasti bawaannya pengen marah dan emosi. Apalagi pertanyaannya menyentil sesuatu yang membuat mood down kebawah.
" kenapa marah ? Kan nanyanya baik-baik ! Udah ah males !"
Aku marah, karena pertanyaannya. Bukan caramu membawakan pertanyaan.
Well. Aku akui aku salah. Sekarang aku tidak mau menyalahkan ataupun membela perilakuku. Inhale exhale. Aku terima kamu apa adanya hari ini diriku. Janji ya besok gak gitu lagi. Kalau gak mood ditanya mending jawab gak tahu aja dengan santai, gak usah pake urat :). Jawab aja dengan jawaban simpel sampai orang itu gak perlu bertanya lagi. Energimu sayang kalau dipake buat marah diriku sayang :))
aku hampir tidak pernah membelanjakan uangku untuk sesuatu yang kurasa tidak perlu. Aku sangat sulit mengeluarkan uang untuk sesuatu yang sifatnya tidak primer atau bukan prioritas utama. saat berbelanja di supermarket atau toserba, aku akan memilih barang yang sekiranya aku butuhkan. Tidak jarang barang-barang lucu ataupun jajanan yang menggemaskan menarik perhatianku, aku terdiam lama berfikir untuk mengambil atau tidak. Beberapa tak jadi kuambil beberapa berhasil mengalahkan logikaku dan masuk ke keranjang belanja. Sebelum menuju kasir aku mempunyai kebiasaan melihat barang-barang belanjaan yang ada dikeranjang terlebih dahulu. Aku akan meninjau ulang barang-barang yang aku ambil dan memastikan semuanya barang yang akan kubawa pulang adalah sesuatu yang benar-benar aku perlukan dan tentunya tidak membuatku menyesal diakhir. Yass dan barang yang tadinya hanya sekedar keinginan akan aku kembalikan di raknya yang semula karena sudah melalui proses pertimbangan hehe. langkah menyortir ulang sebelum ke kasir ini cukup efektif karena melindungiku dari kegiatan berbelanja yang sifatnya impulsif. Karena aku tahu barang yang kubeli hanya sesuai dengan keinginan bukan sesuai kebutuhan hanya akan membuatku menyesal kemudian
ANJURAN MENYAMBUNG SHAF DAN ANCAMAN BAGI ORANG YANG MEMUTUSNYA
Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa ba'du.
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَقِيْمُوا الصُّفُوْفَ، فَإِنَّمَا تَصُفُّوْنَ بِصُفُوْفِ الْمَلَائِكَةِ، وَحَاذُوْا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ، وَسُدُّوا الْـخَلَلَ، وَلِيْنُوْا فِـيْ أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ، وَلَا تَذَرُوْا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ، وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللهُ ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللهُ
"Luruskanlah shaf (di dalam shalat) kalian sebagaimana bershafnya para Malaikat, ratakanlah pundak-pundak kalian, tutupilah celah-celah, dan berlakulah lemah-lembut terhadap saudara (di sisi kiri dan kanan) kalian. Jangan biarkan satu celah pun untuk setan. Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah Tabaraka wa Ta’ala akan menyambung (rahmat)Nya, dan barang siapa yang memutuskan shaf, maka Allaah akan memutuskan (rahmat)Nya." [HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dan lainnya. Lihat Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 495]
Dalam hadis di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan disini:
• Wajib meluruskan dan merapatkan shaf.
• Dianjurkan bershaf sebagaimana shafnya para Malaikat.
• Ratakan pundak-pundak kalian dan rapatkan shafnya.
• Tutup celah dalam shaf, dan tidak boleh renggang.
• Jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi setan (jangan renggang shafnya nanti setan akan masuk).
• Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah sambung rahmatNya, dan bagi yang memutuskan shaf, maka Allah akan putuskan rahmatNya.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَدَّ فُرجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْـجَنَّةِ وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً.
"Barang siapa yang menutup satu celah dalam shaf, maka Allaah akan bangunkan baginya rumah di Surga dan Allaah akan mengangkatnya satu derajat." [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1892 dan Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 505]
Hadist ini menjelaskan ganjaran yang besar bagi orang yang merapatkan shaf, mengisi shaf yang kosong, dan mengisi shaf yang renggang dengan balasan Surga dan diangkat derajatnya.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُونَ الصُّفُوفَ وَمَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً.
"Sesungguhnya Allaah dan malaikatNya mengucapkan shalawat atas orang-orang yang menyambung shaf, barang siapa yang menutup satu celah, maka Allaah akan angkat satu derajat." [Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 501]
Hadis ini juga menjelaskan keutamaan menyambung dan merapatkan shaf, yaitu dengan diangkat derajatnya.
Dalam hadist lain disebutkan: "Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling lembut bahunya di dalam shalat. Tidak ada pula langkah yang paling besar pahalanya dari pada langkah seorang laki-laki yang berjalan menuju satu celah pada shaf lalu menutupnya." [HR. Al-Bazzar (dengan sanad hasan) dan Ibnu Hibban (Shahiih Ibni Hibban). Lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib, no. 501 dan Ash-Shahiihah, no. 2533]
[Kitab Shalat. Bab: Sujud Tilawah, Sujud Syukur, dan Sujud Sahwi]
Sumber: Buku "Ensiklopedi Fiqh Praktis Menurut Al-Quran & As-Sunnah." Karya Syaikh Husain bin Audah Al-Awaisyah. Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
kamis, 22 Juni 2023
Hanya bisa menyabarkan hati ketika diperlakukan kerdil oleh orang yang udah dianggap temen "deket".
aku selalu jadi pendengar yang baik buat dia, mendengarkan ceritanya dengan antusias dan sampai habis. tapi dia denger ceritaku sampai setengah jalan aja udah pasang muka malas 🙃
dia selalu ingin tampil di depan, ingin mendapatkan sorotan, ingin menyelesaikan semuanya dengan tangannya, tapi akhirnya jadi kewalahan sendiri, ujung ujungnya ngeluh lagi kan ke aku.
aku dengan diriku yang sudah seringkali terlupakan dan tidak dianggap, aku selalu menahan semuanya, aku ngalah, aku turunkan egoku. karena dia partner kerjaku, aku harus baik-baik terus, harus ngikutin apa yang dia mau, harus setuju dengan pendapatnya, harus mengalah.
harus pasang topeng setebal mungkin, walau hati seringkali teriris dan terusik, aku memilih untuk mengalah saja.
Jangan lemah.
Jangan lengah.
Jangan kalah.
Perjuangkan
Ramadhan
Terbaikmu!
Ustadz Nuzul Dzikri, Lc. حفظه لله تعالى