Sejauh apapun nantinya kamu pergi, aku akan tetap menunggu mu di frekuensi ini. Dimana hati ini selalu menggelombngkan merdu nama mu, namun kau masih saja tak dengarkan. Ya, akan tetap disini.
Ya Allah :( Hamba berlindung kepada Engkau
Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. [Yusuf: 23]
Assalaamu alaykum Quran Weekly.
Sebuah juz yang sulit untuk diambil sedikit bagiannya saja. Saya ambil sebuah ayat dari Surat Yusuf, juz ke 12 dan ayat yang ke 23. Pada ayat yang satu ini Allah menerangkan tentang godaan. Saya tahu saya sedang berbicara di Youtube ataupun Facebook, maka saya mencari topik apa yang biasanya dihadapi oleh anak muda, tentang godaan.
Allah berkata: “Istri sang menteri, ia mencoba untuk menggoda nabi Yusuf”. Kata ‘Rowa’ berasal dari kata ‘ruwaid’ yang berarti perlahan-lahan. Kata ‘ruwaida’ dalam bahasa Arab berarti perlahan-lahan. Jadi kesan yang disampaikan adalah ia berusaha menggoda Nabi Yusuf tidak hanya satu kali, tapi terus menerus ia lakukan untuk mendapatkannya.
“Ayolah masuk sini, tidak apa-apa. Kamu kelihatannya ganteng sekali hari ini.” Wanita itu terus berusaha menundukannya, dan Nabi Yusuf pun tidak bisa menghindar. Karena Allah katakan: “Dan wanita (Zulaikha) yang Nabi Yusuf tinggal di rumahnya”.
Dengan hanya menyebut kata ‘baitiha’ yang berarti rumahnya, maka itu berarti ia miliki segala akses atasnya. Nabi Yusuf tidak bisa menghindar darinya. Kemanapun ia pergi maka wanita itu akan ada di sana. Dan wanita itu dengan perlahan-lahan terus merayunya.
Nabi Yusuf ketika itu masih sangat muda, ia masih berusia belasan tahun, pada ayat sebelumnya Allah menerangkan bahwa ia barulah beranjak dewasa. Yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah bahwa si pemilik rumah ketika menginginkan Nabi Yusuf untuk masuk, ia mengetahui kecerdasan dari anak ini (Nabi Yusuf) ketika sedang dalam perjalanan yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Di perjalanan menuju rumah menteri mesir tersebut, sang menteri menyadari bahwa anak ini memang spesial dan harus diperlakukan dengan hormat. Seorang anak kecil yang dulunya adalah budak, bagaimana mungkin seorang budak harus dihormati?
Tapi hal pertama yang dikatakan sang mentri pada istrinya adalah ‘Akrimi maswahu’ (QS: 112: 21), “Kau sebaiknya hormati ruang tempat tinggalnya.” Bukan hanya sekedar memberi ruangan, kasur untuk tempatnya, tapi sang menteri berkata, “Hormati ruang tempat tinggalnya”. Kata ‘maswa’ sebenarnya memiliki arti sebuah tempat yang akan kamu diami untuk waktu yang lama.
Itu artinya, sang mentri ingin anak ini tinggal di sini dengan nyaman, sang menteri tidak ingin ia pergi, ia adalah aset yang berharga. Ia sadari itu. Tidak cuma itu, ia juga sadari bahwa istrinya pun sebenarnya punya masalah dengan martabatnya karena ia tidak hanya berkata pada istrinya bahwa, “Berikan sebuah kamar”, tapi ia berkata “Hormatilah tempat tinggalnya.” Artinya, “Janganlah kamu sembarangan masuk ke kamarnya. Berilah ia tempat. Saya tidak mau kamu berperilaku seenaknya saja. Meskipun ia adalah seorang anak kecil.” Sang menteri ingin agar istrinya menjaga jarak dengan Nabi Yusuf.
Tiba saatnya ketika si istri mencoba menggoda Nabi Yusuf sedikit demi sedkit, saat Nabi Yusuf sudah menjadi pria dewasa. Hal lain yang terjadi adalah kata ‘rowada’ berasal dari kata ‘roda’ yang artinya tujuan dan kata ‘rowada’ digunakan ketika kamu ingin membuat orang lain memiliki tujuan yang sama denganmu. Jadi ia mencoba untuk membuat Nabi Yusuf memiliki cara berfikir seperti dia.
“Bukan masalah besar, gapapa; Gak ada yang salah kok; Apakah kamu tidak merasakan apapun?; Apakah menurutmu aku ini cantik?” Ia ingin Nabi Yusuf berfikir seperti caranya berfikir. Seorang anak muda dengan segala godaan padanya. Ia manusia biasa. Ia tidak mengatakan bahwa “Aku bisa mengatasi segala godaan”. Ia tidak berkata seperti itu.
Al-Qur’an menerangkan (QS: 12: 24). “Ia memiliki hasrat dengannya”, Nabi Yusuf pun juga memiliki hasrat padanya. Sebelum ia diberikan bukti oleh Tuhannya. Tapi intinya yang ingin saya sampaikan adalah bahwa ketika wanita itu sungguh berhasrat padanya, wanita itu ingin dicampuri namun ingin diawali oleh niat dari Yusuf sendiri. Nabi Yusuf ingin ia tetap bersih, ia tidak ingin menurut dengan hal-hal yang semacam ini.
Berapa banyak anak muda saat ini yang bisa berkata seperti itu? Seorang wanita cantik di sebelahmu, wanita itu berkata gak ada yang salah melakukan hal seperti itu, tidak apa-apa. Wanita itu yang mendatangimu, bukan kamu yang mendatanginya, tapi wanita itu yang mengejarmu.
Dan saat itu berada di dalam rumahnya, wanita itu adalah bosmu. Dan kamu pun mungkin akan punya alasan, “Wanita ini kan bosku, dia menyuruhku melakukan apapun, jadi gapapa dong?” Semua pembenaran sudah memungkinkan, semua pintu telah terkunci. Wanita itu tidak hanya mengunci sebuah pintu, tapi ia mengunci banyak pintu. Dan setiap pintu memiliki banyak tirai. Jadi semuanya tertutup, tidak ada seorangpun akan mengetahuinya.
Lalu wanita itu berkata: “Marilah ke sini.” Kata ‘haita’ digunakan sebagai kata untuk menggoda, biasanya jarang digunakan. “Cepatlah ke sini”. Allah bahkan tidak menggambarkan kondisi wanita itu dan kita pun juga tidak ingin mengetahuinya. Wanita itu sungguh memberikan dirinya pada Nabi Yusuf. Wanita itu pun sungguh menggodanya. Saat kondisi yang seperti itu, kita dapat mempelajari sifat yang luar biasa dari Nabi Yusuf.
Semua pemuda yang berada di kampus, yang di SMA, yang di tempat kerja, yang sedang jalan-jalan di mall. Kalian semua yang anak muda. Perhatikan, jika ada seoarang wanita meng-smsmu dan ia berkata: “Kamu manis, mau mengobrol denganku gak nanti? Ini nomer saya” atau apapun itu. Beberapa anak muda memiliki fantasi dengan kondisi seperti ini, tapi Nabi Yusuf justru sedang dalam kondisi yang seperti ini dan ia pun dapat mengingat bahwa Allah sedang melihat kondisinya ini.
Itulah yang diajarkan pada kita untuk keadaan seperti ini. Nabi yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah”, aku mencari sebuah tempat dimana aku bisa mencari perlindungan Allah.” Karena kata ‘ma’a’ ini dihitung sebagai ism dorf, sebuah tempat. “Aku mencari sebuah tempat dimana aku bisa mencari perlindungan Allah.”
“Sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Ia sungguh memberiku tempat tinggal yang baik. Yang Nabi Yusuf maksudkan adalah Allah sebagai tuannya. Jika wanita ini tidak mempercayai bahwa Allah sebagai tuannya, paling tidak dengan mendengarkan kata yang sama, semoga wanita itu berfikir bahwa kata “tuan” yang disebut tadi adalah kata “tuan untuk sang pemilik rumah (suaminya)”.
Wanita itu jelas tidak takut dengan Tuhan, tapi paling tidak ia takut dengan suaminya. Sehingga hikmah dari kata ‘Tuan’ yang disebut Nabi Yusuf, bisa dihubungkan untuk Allah, karena yang ia maksudkan adalah “Allah telah merawatku. Bagaimana mungkin saya tidak setia pada Allah.” Wanita itu mendengarkan kata ‘Tuanku’, ia mungkin tidak berfikir tentang Allah, tapi mungkin ia berfikir tentang suaminya yang telah berbuat baik padaku. Jika kamu tidak takut dengan Tuhan, paling tidak berfikirlah kamu memiliki suami, sebelum kamu berbuat sesuatu yang seperti ini.
“Sesungguhnya orang-orang zalim tiada akan beruntung.” Dan wanita itu pun tidak ingin memperlama pembicaraan tersebut. Sangat mengagumkan. Ketika ceritanya berlanjut, hal selanjutnya adalah, bukan “Tenanglah wahai wanita, coba pikirkan hal ini, saya minta maaf.” Tidak seperti itu. Nabi Yusuf tahu wanita itu sedang tidak ingin diajak berbicara. Nabi Yusuf lebih baik lari. Jangan coba-coba duduk bersama wanita dan berkata: “Astaghfirullah, itu kan haram saudariku. Kamu seharusnya memikirkan apa yang kamu katakan.”
Tidak, tidak usah memberi nasihat, kamu tidak akan bisa memberi nasihat, kamu justru akan berlama-lama dengan wanita tadi. Jujurlah pada dirimu, cepat menjauh dari kondisi seperti ini. Cepat menjauh dari percakapan godaan semacam ini, jangan mengejar lebih jauh, tidak usah ditanggapi. Tidak usah ditanggapi SMS dari mereka, jangan lakukan, bertaubatlah dari hal seperti itu. Bahkan jangan kamu balas dengan: “Saya tidak akan meng-SMS kamu lagi.” Tidak perlu dikatakan. “Kenapa kamu tidak balas email saya?” “Tidak, Astaghfirullah ini bulan Ramadhan.” Tidak perlu dibalas, jangan sampai terajak. Hal yang sama berlaku juga untuk perempuan.
Jika kalian sungguh-sungguh ingin mengambil nasihat dari Al-Qur’an, maka ini adalah hal yang nyata. Ini bukan cuma sekedar kisah, ini juga cerita untukmu, sekarang tergantung kalian. Jika kamu terlibat dengan keadaan yang seperti ini, dan kamu sudah pernah mendengar ayat Al-Qur’an yang satu ini. Allah akan bertanya pada kita di hari pengadilan kelak. “Kamu sudah mendengar ayatnya, apakah menurutmu itu cuma sekedar kisah saja?” Apakah ayat ini tidak berkaitan denganmu?”. Allah katakan, “Ini juga berkaitan denganmu”. Kamu pun disebutkan, ini adalah cerita dan nasihat untukmu.
Jangan hanya sekedar membaca kisah ini dan berfikir ini tidak ada kaitannya dengan ‘kehidupan pacaranmu’. Jangan berfikir kisah ini tidak ada kaitannya dengan perbuatanmu yang tidak diketahui orang tuamu ataupun teman-temanmu. Ini berkaitan, ini amat sangat berhubungan denganmu. Bukan kebetulan kisah ini disebutkan di Al-Qur’an, ini adalah masalah sepanjang masa.
Dan bila kamu mengalami kondisi yang demikian, saya doakan kamu bisa belajar dari kisah Nabi Yusuf Alahis Salaam ini. Dan semoga membuatmu berfikir ulang atas segala perbuatan di masa hidupmu. Shalatmu, puasamu, bacaan Al-Qur’an mu dan tentang pacarmu juga. Seharusnya kamu tidak pacaran, kamu harus pikirkan. Ini bukanlah dosa yang kecil. Ini bukanlah perkara kecil yang kamu lakukan. Kamu sedang bermain-main dengan keyakinanmu.
Saya doakan anda, semoga anda kuat untuk melakukan hal yang benar, dan mengakhiri hubungan pacaran yang haram. Namun jika kamu tidak bisa mengakhiri pacaran tersebut maka buatlah menjadi hubungan yang halal (Menikah).
BarakAllahuli walakum, Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
*Transcript dari video Islam IDN https://www.youtube.com/watch?v=EKieln9yE1c **Reupload YouTube NAK Indonesia https://youtu.be/o-icKIud52U ***Reupload FB NAK Indonesia https://www.facebook.com/video.php?v=1643170475896886
Follow NAK Indonesia: http://nakindonesia.tumblr.com https://twitter.com/NoumanAliKhanID https://instagram.com/nakindonesia https://www.facebook.com/NoumanAliKhanIndonesia https://www.youtube.com/NAKIndonesia
Apabila niat kita menjemput ridha Allah, pastikan semuanya diproses dengan cara yang baik. Apapun nanti ketentuan Allah di akhir, insyaAllah itu jawaban yang terbaik.
Banyak-banyaklah berdoa, supaya Allah kuatkan dan mampukan langkah kita, menjaga setiap niat baik yang ada. Sebab kita tahu, perjalanan ini tidaklah mudah, namun, bukan berarti kita tak mampu melewatinya. Allah yang akan mampukan.
Seringkali pencarian kita terlalu jauh dan mengharap kesempurnaan. Padahal sejatinya, menikah adalah tentang penerimaan dan tak pernah berhenti untuk belajar.
Bukankah tujuan kita sebagai hamba ialah terus berusaha menjadi lebih baik?
Pena Imaji
Lakukanlah Sholat Tahajud
Dan pada sebahagian malam hari lakukanlah sholat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Isra’ : 79)
Ialah sholat Tahajud dimana keutamaannya mendekati sholat lima waktu. Dilakukan di sepertiga malam dengan syahdu. Ketika yang lain terlelap, kita justru bangun untuk memohon dan mengadu. Kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Tahu. Karena hanya di saat ini Allah turun dan mengabulkan do'a. Di saat ini pula Allah mengampuni siapa yang meminta.
Frightening Dreams
Part 3
Among the dhikrs which we can recite regularly are the following: 1 – Adhkaar for morning and evening. (a) Reciting every evening the words, “A’oodhu bi kalimaat Allaah il-taammah min sharri ma khalaqa (I seek refuge in the perfect words of Allaah from the evil of that which He has created).” It was narrated that Abu Hurayrah said: A man came to the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) and said, “O Messenger of Allaah, I am suffering because of a scorpion that stung me yesterday.” He said, “If you had said in the evening, A’oodhu bi kalimaat Allaah il-taammah min sharri ma khalaqa (I seek refuge in the perfect words of Allaah from the evil of that which He has created),’ it would not have harmed you. Narrated by Muslim. Indeed, the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) encouraged us to say that in every place where we stop (when travelling). It was narrated that Khawlah bint Hakeem al-Salamiyyah said: I heard the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) say: “Whoever makes a stop in some place, then says, ‘A’oodhu bi kalimaat Allaah il-taammah min sharri ma khalaqa (I seek refuge in the perfect words of Allaah from the evil of that which He has created),’ nothing will harm him until he moves on from that place.” Narrated by Muslim, 2708.
To be Continued In shaa Allah
Allah, Jika memang ia Joddoh ku, permudahlah kami untuk bersatu dan menjaga hingga menuju Mu
:( jlebb
allahaljalil.tumblr.com
Aku harus belajar meletakkan beban pada tempatnya. Hatiku tidak cukup kuat untuk bertahan, andai sandaranku pada Tuhan masih rapuh. Jadi, lepaskan hatimu dari terikat dengan risau yang berpanjangan, berikan hatimu peluang untuk terus tenang. Tenang itu bahagia yang selalu mendamaikan hati. =)
(via penulisbuta)
"Tiada Tuhan Selain Allah, Maha Suci Allah Dzat yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa "
Doa Kanzul Arsyi , barang siapa yang membaca doa tersebut insyaAllah hajatnya akan cepat terkabul . Aamiin
Ingin setegar Ibunda Khadijah R.A binti Khuwailid, secerdas Aisyah binti Abu Bakar| Pencari Ridho-Nya dan Pengagum umat terbaikNya Rasullah Muhammad SAW♡ Punya mimpi untuk menjadi orang berguna
242 posts