Sudah terdengar bunyi bersahutan membangunkan sahur :')
Membaca dan bepergian. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa yang dibaca adalah sebuah kebenaran. Reflektif.
We had a silent connection, unnoticed by most. We seemed oblivious to each other, but the magnetic pull between us existed. What perfect strangers we make now. We pulled the magnets far enough apart to barely feel their tug.
it’s almost as if we’ve never spoken (via multa--paucis)
What the frickin distance and hateful akwardness
Iya, aku bertanya pada buku di rak itu. Mereka memang proses, hanya menemani tapi bukan untuk bertahan di sisi. Hanya mendampingi tanpa mampu memutuskan.
Ahlan wa Sahlan ya Ramadhan. Mohon maaf atas segala khilaf. Semoga barakah selalu menyertai umat Muslim di seluruh dunia. Aamiin. 😊 – View on Path.
Aku ngerasa banget sih kalau minat baca di Indonesia itu rendah banget. Aku ngomong setelah lihat data. Tapi asumsi awam juga bakal nunjukin itu sih dengan melihat betapa sepinya perpustakaan. Toko buku untungnya masih ramai. Entah kenapa rasanya segitu susahnya menumbuhkan rasa cinta akan ilmu pengetahuan. Padahal kalau mereka rajin baca kan secuil pun nggak ada ruginya. Malah keuntungannya bisa berkelanjutan untuk dirinya sendiri terlebih untuk orang lain kedepannya. Karena ilmu juga nggak akan pernah habis.
Cerita dipersingkat dengan adanya diversifikasi produk untuk mengakses ilmu pengetahuan. Sampai sekarang masih banyak sih penggalangan buku untuk berbagai perpustakaan di daerah-daerah. Itu adalah sesuatu yang sangat positif dan sangat perlu membuka akses semua orang akan ilmu pengetahuan atau pendidikan. Aku nggak ngerti ya hitung-hitungan secara sistematis, tapi di kepalaku muncul pop up bahwa seharusnya akses itu dibarengi dengan akses teknologi.
Kenapa teknologi begitu penting? Ya sekarang jamannya internet. Dan dunia dalam kurun waktu sepuluh tahun saja sudah berubah sangat drastis. Apa ada jaminan bahwa buku yang didistribusikan ke daerah-daerah itu masih relevan? Bukannya mau bilang bahwa ilmu itu akan sia-sia, bukan. Tapi perlu ilmu yang mutakhir dan terkini juga karena yang akan dihadapi oleh banyak orang adalah masa mendatang, bukan masa lalu.
Dengan teknologi, akses ilmu pengetahuan akan langsung bisa dikonfirmasi apakah masih relevan atau tidak. Contoh dari akses terhadap ilmu pengetahuan adalah adanya perpustaan digital. Kalau tidak salah di Indonesia diinisiasi oleh Pemerintah Jakarta dengan mengeluarkan aplikasi bernama iJakarta. Di iJakarta terdapat begitu banyak buku dari berbagai katagori seperti Sejarah, Agama, Filsafat, Fiksi, BSE dsb dan semuanya gratis. Hal tersebut adalah transformasi yang sangat positif bagi dunia pendidikan. Tapi sayangnya gaung iJakarta ini masih belum terdengar secara luas. Selain itu secara teknis juga masih perlu banyak pembenahan. iJakarta ini secara positif juga memberikan apresiasi kepada penulis dengan cara memberikan ruang kepada penerbit-penerbit untuk memberikan akses ebook-nya di Jakarta yang mana orang lain juga dapat mendonasikan untuk setiap buku yang ada di sana. Sehingga bisa menjadi bagian dari royalti untuk penulis. Secara detailnya mengenai iJakarta aku juga kurang paham. Tapi yang jelas bahwa iJakarta mestinya dibawa ke ranah yang lebih luas dengan akses yang tidak terbatas.
Selain tentang iJakarta, yang ingin kutulis di sini adalah tentang Audiobook. Audiobook adalah rekaman dari isi buku yang dapat diakses melalui perangkat audio. Sudah lumayan lama aku mendengarkan audiobook dari berbagai cerita. Yang terkenal dan sering didengar adalah Kindle dari Amazon. Tapi tentu saja itu berbayar. Kabar baiknya, ada audiobook yang bisa diakses secara gratis. Namanya adalah LibriVox. Librivox adalah free public domain audiobook. Di dalamnya banyak sekali audiobook dari buku akademik, biografim sejarah, filosofi maupun cerita fiksi yang terkenal dari William Shakespeare, James Joice, Helen Keller, Kate Chopin, Eleanor Gates dan masih banyak lagi. Dan semuanya bisa diunduh secara gratis. Audiobook di Librivox direkam oleh para volunter dan dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Sangat amat super keren!
Tentang audiobook ini, aku sangat berharap bahwa Indonesia mulai berpikir sevisioner ini untuk menambah akses terhadap ilmu pengetahuan semakin mudah. Dan semuanya bisa dimulai dengan mempersiapkan teknologi yang layak. Karena tidak ada yang lupa bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tugas dari negara.
Maybe human nature when their existence questioned or simply because disturbted to make a move shown an existence. Not trying to counting people who actually cool or quashi-cool but you wanna one of them. There is so much possibility how people can be that awesome. One thing important I think talked about 'diligent'. Hard work or genius both talked about diligent. Like, it's a verb main key for people who wanna build their existance. Hard work and diligent of course in straight way. Let's say about genius. Genius won't appeared if they stay silent. If they doesn't speak up or make something phenomenal though effortless. And that 'effortless' can't sustainability when they stopping there. Nonetheless, it would be fertilized with diligence. In my new adjective, I found about diligent delliger which one in urban dictionary means some one who is hard worker and can multi task. Since past, I wanna standing front and grab that adjective exceed thousand others. Diligent, for me will take you everywhere. Get a life with pretentious air. Adjective that to this day don't want yet to stay in my day. This, maybe vent of me. And an attempt to remind myself that this adjective can be cultivated to reach. Not just a wished and shouldn't just a wished. Like, if that 'dilligent delliger' still in adjective i wished for, I am not gonna everywhere. And maybe you too.
Owh So Muslim (OSM)
Purchase OSM Ramadhan Booklet here! http://www.owhsomuslim.com/osmshop
Semoga menjadi manusia yang semoga.
Cara menentukan seberapa berarti keberadaan kita, barangkali dg memgajukan sebuah pertanyaan ‘apa ruginya dunia ini bila saya tidak ada?’.
Kalau dunia terlalu kejauhan, coba tanyakan: ‘apa yg terjadi pada lingkungan kita seandainya kita tak dilahirkan ke dunia?’.
Kalau kita tak bisa menjawab…
Ah jadi pengen kerja di NASA! Impian masalalu :')
Dusty Nebulae in Taurus This complex of dusty nebulae linger along the edge of the Taurus molecular cloud, a mere 450 light-years distant. Stars are forming on the cosmic scene, including extremely youthful star RY Tauri prominent toward the upper left of the 1.5 degree wide telescopic field. In fact RY Tauri is a pre-main sequence star, embedded in its natal cloud of gas and dust, also catalogued as reflection nebula vdB 27. Highly variable, the star is still relatively cool and in the late phases of gravitational collapse. It will soon become a stable, low mass, main sequence star, a stage of stellar evolution achieved by our Sun some 4.5 billion years ago. Another pre-main sequence star, V1023 Tauri, can be spotted below and right, embedded in its yellowish dust cloud adjacent to the striking blue reflection nebula Ced 30. Image Credit & Copyright: Bob Franke
Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts