We had a silent connection, unnoticed by most. We seemed oblivious to each other, but the magnetic pull between us existed. What perfect strangers we make now. We pulled the magnets far enough apart to barely feel their tug.
it’s almost as if we’ve never spoken (via multa--paucis)
What the frickin distance and hateful akwardness
:')
Di tengah ramainya ceramah, kultum, dan siaran rohani Islam sepanjang Ramadhan ini, tulisan yang ada di link ini cukup menarik. Pak Ahmad Sarwat menceritakan bahwa “ilmuwan” Islam ada berjenjang tingkatnya dengan otoritas keilmuan masing-masing. Banyak syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi ahli syariah atau ahli fiqih.
Membaca tulisan ini, aku menyadari betapa ceteknya ilmu agamaku. Aku sudah Islam dari sejak lahir, namun rasanya masih mualaf sejak kuliah. Kemualafanku berawal dari membaca tulisan tentang ilmu-ilmu sains dalam Al-Quran. Pak Agus Suryanto dalam tulisannya menekankan bahwa Al-Quran sering sekali mengeluarkan frase, “la’llaqum tattaqun” atau “bagi orang-orang yang berpikir” (semoga tulisannya tidak salah :p). Banyak ayat yang diakhiri dengan “demikian tanda bagi orang-orang yang berpikir”. Jadi? Islam adalah agama untuk orang-orang yang berpikir. Tidak asal terima ucapan seseorang tentang syariah atau fiqih. Semua harus dicek kebenarannya atau kita termasuk golongan yang menyebarkan kebohongan.
Aku sadari aku takut mengetahui kebenaran. Aku sengaja tidak menanyakan sesuatu karena aku kawatir mengetahui apa yang aku lakukan adalah salah. Aku akan terjebak dalam kondisi di mana aku punya kewajiban menyebarkan ilmu itu, yang aku sadari berat. Jika aku tidak melakukannya, kesalahan yang dilakukan orang-orang di sekitarku adalah dosaku. Aku menjadi orang yang membiarkan kemungkaran.
Jelas sekali itu tidak benar. Kita berlayar dengan kapal yang sama. Satu kemungkaran yang dibiarkan akan menenggelamkan seluruh kapal. Contohnya sudah kita lihat sehari-hari: muslim dicap teroris dan anarkis. Tentu tidak ada yang instan; Rasulullah butuh waktu bertahun-tahun sampai seluruh kaum Quraisy mau menerima Islam sepenuhnya. Yang bisa kita semua lakukan sebagai (insya Allah) pasien yang tercerahkan adalah belajar dan istigfar sambil selalu memohon hidayahnya. Wallahu’alam.
“Katakanlah (wahai Muhammad akan firman-Ku ini, kepada orang-orang yang berakal sempurna itu): “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertaqwalah kepada Tuhan kamu. (Ingatlah) orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan beroleh kebaikan (yang sebenar di akhirat). Dan (ingatlah) bumi Allah ini luas (untuk berhijrah sekiranya kamu ditindas). Sesungguhnya orang-orang yang bersabar sahaja yang akan disempurnakan pahala mereka dengan tidak terkira.”
QS Az-Zumar : 10
I have noticed even people who claim everything is predestined, and that we can do nothing to change it, look before they cross the road.
Stephen Hawking
Membaca dan bepergian. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa yang dibaca adalah sebuah kebenaran. Reflektif.
Allah tengok usaha kita. Jangan risau. Selebihnya serah pada Allah. Doa sampai nangis. Usaha sampai habis!
(via alfaroqiah)
:') ini cukup!
:)
buat kalian para pecinta hujan„ dengerin deh :D
Hopefully you’ve been waiting for me to post about my progress on the Environmental Conservation course so I won’t keep you waiting any longer.
It’s going really well I’m pleased to report. The new nature reserve I’ve been surveying is providing some really positive results. It is only small...
Kemalasan bukan suatu keniscayaan kan? Oh. Semoga tidak. Aku ingin lepas landas dari belenggu itu. Selalu hanya berwacana itu benar-benar membuatku payah. Aku berharap banyak dari geliatku menemukan orang yang tak mengenal rasa itu. Tapi ternyata memang belenggu selalu punya jurang. Sampai kapan belenggu ini bosan menghantui? Sampai aku lelah pasrah dalam dunia lain?
Produktivitas masa muda. Aku juga ingin mendapatkannya. Sangat ingin. Melihat berbagai mereka mampu meraih asa dengan berbekal kemauan. Dan aku tahu bahwa vitalitas itu mahal harganya. Kualitas seorang individu menjadi berharga saat ia mampu bermanfaat untuk sesamanya. Kenapa aku yang ingin menerapkan visi suci itu malah tak pernah mengentaskan diri dari bayang-bayang gelap?
Oh. Aku tak tahu jadi apa diri ini beberapa tahun lagi. Duhai, itu bukan menjadi hal terpenting. Kata Albert Einstein hari esok adalah sebuah harapan yang datang dari perlakuan hari ini. Lalu adakah sebuah kecerahan masa depan dengan tumpuan kemalasan? Tentu tidak.
Oh mungkin otakku sedikit lebih maju. Aku harus merealisasikannya. Otak dan otot harus bersinergi kan? Dari dulu aku tak pernah meminta apa-apa. Hanya ingin mentas dari keterbelengguan. Hari baru selalu memberi kesempatan kepada setiap insan kan?
Aku yang lelah dengan hitam ini semoga menemukan berlian yang mampu memecahkan pekat. Akupun anak sebuah bangsa, hamba Tuhan. Semua itu minta di pertanggungjawabkan. Dan aku susah terlalu lama bersusah dalam kelenaan. Bila ini saatnya bangkit semoga hati ini tetap kokoh dan otak ini terus mengingat. Hanya semoga aku manjadi manusia bertanggungjawab.
Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts