Ada dua kebiasaan yang menurut saya penting buat mulai dibiasakan sebelum memutuskan berumah tangga; 1) Biasakan untuk mengembalikan barang setelah menggunakan, dan 2) Kalau lihat sesuatu yang nggak seharusnya (lantai kotor, ruang tamu berantakan, dsb), segera ambil tindakan.
Berumah tangga itu tidak sesederhana berbagi peran, 'ini tugasmu, ini tugasku', tetapi juga tentang bagaimana membangun kesadaran bersama bahwa, untuk mencapai tujuan bersama, rumah tangga yang harmonis misalnya, wajib didasari kepekaan dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkannya. Setiap anggota keluarga.
Jika setiap anggota keluarga, tersekat pada tugas dan tanggung jawabnya masing-masing tanpa adanya kesadaran dan kepedulian untuk membantu satu sama lain, harmoni dalam rumah tangga tidak akan tercapai. Begitulah yang Umi ajarkan.
Kenapa dua aktivitas tersebut menurut saya penting?
Mengembalikan barang ke tempat asalnya tidak hanya soal menjaga nilai estetika rumah, melainkan ada makna mendalam tentang tanggung jawab dan kepedulian. Ketika kita memahami bahwa setiap barang memiliki tempatnya, kita belajar bahwa segala sesuatu di dunia ini bekerja dengan harmoni ketika berada pada 'fitrahnya' atau posisinya yang semestinya.
Saat sesuatu keluar dari fitrahnya, ia sering kali menjadi penyebab kekacauan atau kerusakan. Contohnya, barang yang tidak dikembalikan bisa mengganggu kenyamanan, menciptakan kekacauan, dan memicu konflik kecil dalam rumah tangga. Hal ini bisa menjadi pengingat bahwa kealpaan kecil dapat berdampak besar jika tidak segera ditangani.
Lalu, kebiasaan segera bertindak saat melihat sesuatu yang tidak semestinya adalah latihan untuk meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini penting karena berumah tangga bukan hanya soal “melakukan tugas yang sudah ditetapkan”, tetapi tentang berkolaborasi untuk menciptakan kenyamanan bersama. Ketika kita terbiasa mengambil inisiatif, kita menunjukkan bahwa kita peduli terhadap kebutuhan setiap anggota keluarga.
Pada akhirnya, pelajaran utama dari kedua habit di atas adalah bahwa harmoni rumah tangga tercapai bukan melalui pembagian tugas yang kaku, tetapi melalui sikap proaktif, kepedulian, dan rasa tanggung jawab bersama. Membangun kebiasaan seperti ini sebelum menikah adalah investasi penting untuk masa depan yang lebih baik, menurut hemat saya.
Kebiasaan sederhana tapi punya pelajaran yang mendalam bukan? ^^ Oiya, tulisan ini saya buat random aja, baru balik ngadep monitor pengen nulis ini aja sebagai pengingat dan agar terus isqtiqomah menjalankannya :D
“Saya lagi nyoba jadi seorang mindful minimalist. Artinya saya bakal nyoba buat nyederhanain semua hal yang ada di hidup saya. Saya mau mulai nyoba ngeefektifin apa-apa yang ada di dalam hidup saya itu, kira-kira buku apa ya yang cocok buat ini?”
Stephen R Covey di bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People nyebutin ada 7 kebiasaan pribadi yang efektif. Apa aja emang? Be Proactive, begin with the end in mind, put first thing first, thinking win-win, seek first to understand then to be understood, synergize, sama sharpen the saw.
Orang reaktif: coba aja saya punya koneksi kenceng. mungkin saya bakal sharing tentang minimalisme di podcast
Orang proaktif: saya masih bisa sharing minimalisme di IG, terus di design biar lebih menarik
Pas ngebangun rumah, sebelum kita peletakan batu pertama kan kita pasti dah tau pengen kaya gimana ya rumahnya nanti. Gimana interiornya, mau berapa tingkat rumahnya, ada berapa kamar, dan lain-lain. Ini contoh begin with the end in Mind yang dimaksud.
Pernah denger empat kuadran skala prioritas ga? ya penting medesak dll. Nah katanya orang efektif itu ga ngabisin waktu di kuadran penting dan mendesak malah, tapi ia bakal prioritasin di kategori penting dan tidak mendesak. Mereka lebih ngehargain hubungan sama orang lain kebanding deadline-deadline tugas.
Pas negosiasi, orang orang efektif itu ngambil solusi yang nguntungin kedua belah pihak (win/win), gak menang kalah (win/loose), kalah menang (loose win), apalagi kalah kalah (loose/loose). Kalau pun gak menang menang, pilihannya gak ada kesepakatan.
Pas kita komunikasi sama seseorang, kita harus mendengarkan dengan tujuan buat memahami, bukan membalas. Soalnya bisa jadi kacamata yang kita gunain pas nge respon (tanpa memahami) gak cocok sama masalah yang dihadapin oleh lawan bicara kita.
Orang yang efektif itu bakal nyoba nge sinergiin kelima kebiasaan sebelumnya. Mereka berfokus ke empat kemampuan dasar unik manusia, motif menang/menang, sama keterampilan mendengarkan yang baik.
Kebiasaan nomor tujuh ini ngeluangin waktu buat ngasah gergaji. Kebiasan ini ningkatin aset terbesar kita, yakni diri kita. Ada empat dimensi yang tercakup: mentak, fisik, sosial/emosional sama spiritual. Kuncinya itu belajar - berkomitmen - melakukan.
Sebenernya ada juga katanya the 8th habit, tapi buat sementara itu dulu deh soalnya habit ke delapan ini ada satu buku yang ngebahas. semoga next time kita bisa review. Semoga nambah insight baru (walaupun ini buku lama sih), dah ah merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind.
“Tidak menjadi apapun juga tidak masalah. Tidak dikenal orang juga tidak masalah. Tidak diakui keberadaannya juga tidak masalah. Tidak dihormati juga tidak masalah. Justru bisa bersembunyi dari perhatian banyak orang malah lebih leluasa dan santai”
— Gus Baha
Pulanglah.
Jika bising di luar membuatmu tak bisa bicara. Di sini masih sunyi. Sepelan apapun kata-kata keluar akan tetap ditangkap telinga.
Pulanglah.
Jika panasnya jalanan membuat kulitmu berubah warna. Di sini tetap teduh. Seberapapun matahari menampakkan wajahnya kau tak akan gerah.
Pulanglah.
Jika di luar sana kau se-orang dipenuhi sesak, sibuk menangisi kecewa yang berserak. Di sini kau tak sendiri. Menangis pun ditemani.
Pulanglah nak..
Di luar; seberapapun kau kejar bahagia. Di rumah ada segalanya.
(Vivi Aramie)
Apa itu self acceptance/ selesai dengan diri sendiri? Self-acceptance, atau penerimaan diri, adalah sikap menerima dan mengakui segala aspek dari diri sendiri, termasuk kekurangan, kekuatan, kelemahan, dan keunikan tanpa menghakimi atau merasa perlu mengubah diri untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Beberapa poin yang menjelaskan konsep self-acceptance:
Menerima Diri Apa Adanya: Self-acceptance berarti menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ini termasuk menerima penampilan fisik, kepribadian, emosi, dan pengalaman hidup tanpa merasa malu atau bersalah.
Mengakui Kekurangan: Mengakui bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan itu adalah bagian dari menjadi manusia. Self-acceptance berarti tidak merasa minder atau rendah diri karena kekurangan tersebut, melainkan menerima dan berusaha memperbaikinya dengan bijak.
Tidak Menghakimi Diri Sendiri: Berhenti menghakimi diri sendiri secara negatif atau keras. Seseorang yang menerima diri sendiri akan berbicara kepada dirinya sendiri dengan cara yang penuh kasih dan pengertian, sama seperti berbicara kepada teman baik.
Menghargai Diri Sendiri: Menghargai diri sendiri atas siapa diri kita, bukan hanya atas apa yang kita capai. Ini berarti menghargai nilai-nilai, prinsip, dan keberadaan diri sendiri.
Menerima Masa Lalu: Self-acceptance juga melibatkan menerima masa lalu, termasuk kesalahan dan kegagalan, sebagai bagian dari perjalanan hidup yang membentuk siapa kita saat ini.
Memiliki Pandangan Positif Tentang Diri: Membangun pandangan positif tentang diri sendiri, di mana seseorang melihat dirinya secara seimbang, menghargai kekuatan dan berkomitmen untuk memperbaiki kelemahan.
Mengurangi Perbandingan Sosial: Tidak terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain. Self-acceptance berarti memahami bahwa setiap orang unik dan perjalanan hidup masing-masing berbeda.
Ketenangan Batin: Dengan menerima diri sendiri, seseorang akan merasa lebih tenang dan damai secara batin, karena tidak lagi berjuang melawan diri sendiri atau mencoba menjadi orang lain.
Self-acceptance adalah dasar dari kesehatan mental dan emosional yang baik. Dengan menerima diri sendiri, seseorang bisa hidup lebih autentik, menjalani hidup dengan lebih bahagia, dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Tanda Seseorang Sudah Selesai Dengan Dirinya Sendiri Tanda seseorang sudah selesai dengan dirinya sendiri (self-acceptance) dapat terlihat dari berbagai aspek, antara lain:
Penerimaan Diri: Mereka menerima diri mereka sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan tanpa merasa perlu menyembunyikan atau mengubah siapa mereka untuk menyenangkan orang lain. Meski begitu, tetap butuh untuk instropeksi dan mengembangkan diri bagi perbaikan dan kebaikan.
Ketenangan Batin: Mereka memiliki ketenangan batin dan tidak mudah terganggu oleh kritik atau pendapat negatif dari orang lain.
Mandiri Emosional: Mereka tidak bergantung pada orang lain untuk merasa bahagia atau berharga. Kebahagiaan dan rasa harga diri mereka berasal dari dalam diri.
Tujuan Hidup yang Jelas: Mereka memiliki tujuan hidup yang jelas dan bekerja menuju tujuan tersebut tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi eksternal.
Keberanian Mengambil Keputusan: Mereka berani mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka, meskipun keputusan tersebut tidak populer atau didukung oleh orang lain.
Relasi yang Sehat: Mereka memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain, dimana mereka bisa memberi dan menerima dengan tulus tanpa merasa terbebani.
Kepercayaan Diri: Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin akan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan hidup.
Tidak Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Mereka tidak merasa perlu membandingkan diri mereka dengan orang lain dan fokus pada perjalanan hidup mereka sendiri.
Kemampuan Menghadapi Kegagalan: Mereka melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh, bukan sebagai cerminan dari nilai diri mereka.
Keseimbangan Hidup: Mereka mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri, serta mengelola stres dengan baik.
Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda ini, bisa dikatakan bahwa mereka telah selesai dengan diri mereka sendiri dan mencapai tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup yang tinggi.
Badan rebahan, tapi pikiran selalu beraktivitas 😁😁
Overthinker mah gitu wkwwkwk.
Lagi banyak tugas yg harus diselesaikan dari biasanya, okeeey berjuang yuk berjuang.
Setelah dipikir-pikir, Uncomfort zone yang buatku "terpaksa" untuk mengembangkan diri.
Selamat menikmati hari ❤❤❤
:(((
sebel bangett sama kucing bu koss
ujug ujuh masuk ke kamar, ngambil posisi di kasur dan pipis.
yaAllah, plis atuhlah
bau pipisnya gak enak banget 😭😭😭😭😭
huhu qodarullah wa masya'a fa'al
Harusnya gak usah ngeluh, kan udah kejadian juga
Tapiii, pengen cerita aja gitu, biar rasa sebel kerilis
Privilege
#meynarathought
" masya Allah yaa dia, nda segan-segan mengeluarkan uang banyak untuk membeli buku sebanyak itu, koleksinya juga masya Allah :) sekelas kitab riyadush sholihin, siroh-siroh islami, dan semacam itu. Kerenna di' ( keren ya ) "
Begitulah komentar takjubku pada sosok teman yang paling rajin membeli dan mengoleksi buku, jenis buku yang ia koleksi pun tidak ada yang bergenre "kentang", semuanya berdaging dan bergizi untuk dibaca.
" ya wajarlah, dia kan punya budget untuk hal begituan. Kita juga bisa seperti dia jika kita mau. Sayangnya, jangankan menabung uang untuk membeli satu kitab... mengelola uang bulanan agar bisa cukup untuk satu bulan saja sudah alhamdulillah " teman yang sedari tadi mengobrol denganku memberikan tanggapannya.
Iya juga fikirku.
______
( 2014 )
" wah masya Allah...hebat yaa keluarga gen halilintar ini, sudah keliling ke berbagai negara lho, sebagian besar anak-anaknya punya bisnis masing-masing juga, mereka bersaudara pada keren-keren pokoknya "
" ya wajarlah, mereka kan orang kaya. Ya gampanglah keliling dunia dan buka bisnis "
Privilege...oh privilege.
- Quranads -
Buah dari rasa cinta itu rasanya menyenangkan
Karena alasan cinta, beberapa orang tidak memandang rintangan didepan, Melupakan jarak, berkorban lebih banyak, dan melupakan rasa sakitnya.
Aku terbiasa berpura-pura untu merasa baik-baik saja,terbiasa mencoba melawan rasa sakit itu sendiri. Melelahkan... aku mengira orang-orang yang aku cintai tak harus ikut merasa khawatir dan mencurahkan waktunya untukku. Tak harus ikut berperang denganku.
Tapi mereka... berkata " kami tidak apa-apa, ayo sama-sama berjuang "
Di peperangan ini, aku lelah dan aku sudah pasrah. Tapi melihat orang orang dicinta mengenggam erat, rasanya menyenangkan. Membuatku berusaha maju.