“The winner is the one who sells his world for his hereafter.”
— Ali ibn Abi Talib (Radhiallahu Anhu)
suka dalam diam
menyukai dia secara diam-diam, hanya Allah dan aku yang tahu kalau aku punya perasaan seperti ini untuknya.
aku diam-diam penasaran tentangnya, tapi tidak bisa bertanya apapun perihal dia... Karena aku tidak ingin memperlihatkan perasaanku ini pada siapapun walau secuil kecil.
ketika ada yang sedang menceritakan dia, walau ekspresiku biasa saja tapi... di dalam lubuk hatiku aku antusias mendengarkannya.
dan ketika ada yang tiba-tiba menyebutkan namanya langsung di depanku, dengan terpaksa aku harus berkata "tidak mengenalnya"
biarkan.
biarkan aku terus menyukainya dalam diam seperti ini, hingga perasaan ini lebur dengan sendirinya.
karena mungkin saja, dia telah terikat dengan seseorang yang telah menjadi belahan hidupnya, menjadi tanggung jawabnya.
aku ingin perasaan yang tidak seharusnya hadir ini segera lenyap dan pergi. kumohon segera pergi.
semoga tidak ada lagi momen berpapasan secara kebetulan dengannya, tidak ada lagi pandangan mata yang bertemu satu sama lain, tidak ada lagi suaranya yang tertuju kepadaku.
N.
- Quranads -
gak pede nge tag temen di IG story karena gak pernah di repost 🤣 ada yang sama?
“Saya lagi nyoba jadi seorang mindful minimalist. Artinya saya bakal nyoba buat nyederhanain semua hal yang ada di hidup saya. Saya mau mulai nyoba ngeefektifin apa-apa yang ada di dalam hidup saya itu, kira-kira buku apa ya yang cocok buat ini?”
Stephen R Covey di bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People nyebutin ada 7 kebiasaan pribadi yang efektif. Apa aja emang? Be Proactive, begin with the end in mind, put first thing first, thinking win-win, seek first to understand then to be understood, synergize, sama sharpen the saw.
Orang reaktif: coba aja saya punya koneksi kenceng. mungkin saya bakal sharing tentang minimalisme di podcast
Orang proaktif: saya masih bisa sharing minimalisme di IG, terus di design biar lebih menarik
Pas ngebangun rumah, sebelum kita peletakan batu pertama kan kita pasti dah tau pengen kaya gimana ya rumahnya nanti. Gimana interiornya, mau berapa tingkat rumahnya, ada berapa kamar, dan lain-lain. Ini contoh begin with the end in Mind yang dimaksud.
Pernah denger empat kuadran skala prioritas ga? ya penting medesak dll. Nah katanya orang efektif itu ga ngabisin waktu di kuadran penting dan mendesak malah, tapi ia bakal prioritasin di kategori penting dan tidak mendesak. Mereka lebih ngehargain hubungan sama orang lain kebanding deadline-deadline tugas.
Pas negosiasi, orang orang efektif itu ngambil solusi yang nguntungin kedua belah pihak (win/win), gak menang kalah (win/loose), kalah menang (loose win), apalagi kalah kalah (loose/loose). Kalau pun gak menang menang, pilihannya gak ada kesepakatan.
Pas kita komunikasi sama seseorang, kita harus mendengarkan dengan tujuan buat memahami, bukan membalas. Soalnya bisa jadi kacamata yang kita gunain pas nge respon (tanpa memahami) gak cocok sama masalah yang dihadapin oleh lawan bicara kita.
Orang yang efektif itu bakal nyoba nge sinergiin kelima kebiasaan sebelumnya. Mereka berfokus ke empat kemampuan dasar unik manusia, motif menang/menang, sama keterampilan mendengarkan yang baik.
Kebiasaan nomor tujuh ini ngeluangin waktu buat ngasah gergaji. Kebiasan ini ningkatin aset terbesar kita, yakni diri kita. Ada empat dimensi yang tercakup: mentak, fisik, sosial/emosional sama spiritual. Kuncinya itu belajar - berkomitmen - melakukan.
Sebenernya ada juga katanya the 8th habit, tapi buat sementara itu dulu deh soalnya habit ke delapan ini ada satu buku yang ngebahas. semoga next time kita bisa review. Semoga nambah insight baru (walaupun ini buku lama sih), dah ah merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind.
Tidak ada yang tersisa kecuali
"Hanya Engkau Ya Allah"
Melalui pengeras suara Mesjid disalah satu wilayah palestina
Arti Cinta dari Seuntai Kalimat “Laa Tahzan Innallaha Ma’ana”.
Ada kalimat menenangkan yang kutemukan di lembaran kitab suci, penuh makna dan mengantarkan jawaban dari segala kekhawatiran. Kalimat ini bukan sekadar kumpulan huruf biasa, namun lebih seperti mantra hidup yang perlu selalu diingat dalam hati, diucap setiap harinya.
Kalimat ini diucapkan Rasulullah pada Abu Bakar saat sedang bersembunyi dari kejaran musuh di Gua Hira.
Ratusan tahun lamanya kalimat ini diucapkan oleh sosok paling berpengaruh di muka bumi, seorang teladan umat manusia yang hidupnya penuh liku perjuangan juga rahmat dariNya.
Kita sebagai ummatnya, terkadang lupa akan keajaiban kalimat ini manakala ujian hidup tak henti mendera, terlebih ketika kita merasa sudah tak lagi bisa menemukan pintu keluar dari pelbagai masalah yang ada. Aku, juga salah satunya. Sempat merasa khawatir sekali dengan masa depan, sempat takut sekali dengan segala ujian yang akan datang. Namun, semua mulai berubah saat aku kembali membaca kalimat ini.
Bahkan Rasulullah saja yang memikul beban risalah kenabian bisa tetap tenang ketika dihadapkan pada ancaman, rintangan, dan halangan. Banyak kisah heroik yang (mungkin bagi kita) menakutkan sekali jika dirasakan langsung; perang, ditahan, diancam dibunuh, dikejar, dilempari kotoran, dan sebagainya. Namun, beliau memberi contoh ketenangan yang luar biasa walaupun di kondisi yang sedang pelik.
Kalimat ini memberikan bukti cinta luar biasa terhadap Allah, sekaligus kepercayaan bahwa Ia akan datang pada waktu yang tepat untuk memberi pertolongan. Sebenarnya sesederhana itu, bukan? Kita hanya perlu yakin bahwa ada Allah yang selalu bersama kita. Ia tidak pernah pergi.
Kepercayaan, di lain sisi memang lah satu dari bentuk dan bukti cinta. Saat kita mencinta, maka kita akan rela memberikan hati dan kepercayaan pada ia yang kita cintai. Begitupun konsep ini dapat diterapkan di konteks cinta antara hamba dan Allah. Dan bukti hidup yang telah membuktikannya adalah Rasulullah sendiri; selepas beliau mengatakan kalimat itu, pertolongan Allah memanglah datang.
Jadi, mengapa kita berlarut dalam kesedihan saat kita tahu bahwa Allah selalu bersama kita? Apa lagi yang perlu kita khawatirkan saat Allah selalu ada di sisi kita?
Semoga kalimat ini bisa terpatri selalu di dalam hati, pikiran, lalu diberikan bentuk nyata dengan tindakan. 🌼
@faramuthiaa
Kairo, 4 September 2022 || 21.45 clt
Setiap orang pasti punya yang namanya masalah, bahkan dari sudut pandang agama Islam, dalam Q.S. Al-Ankabut : 2, Allah sampaikan :
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”
Maka dapat dikatakan bahwa masalah adalah ‘teman hidup’ kita, ia akan terus ada, akan terus bersama, hadir dari waktu ke waktu, bentuk ke bentuk lainnya. Tidak ada seorang yang hidup tanpa diberikan masalah. Sebab, Allah jelaskan pada ayat selanjutnya, Q.S. Al-Ankabut : 3
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
Atau dalam ayat lain, yang menerangkan salah satu esensi adanya masalah hidup, dalam Q.S. Al-Mulk : 2
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Jadi dari dua ayat diatas kita dapati kesimpulan bahwa, alasan Allah memberikan ujian kepada manusia adalah untuk :
Untuk menyeleksi benar atau dusta seorang hamba.
Memberi kesempatan menujukkan sebaik-baik amal.
Ketika kita sudah memahami konsep diatas, bahwa adanya masalah adalah sebuah keniscayaan, lantas…
Bagaimana kita akan menghadapinya?
Yap, pertanyaan itu penting, sebab yang membedakan setiap orang yang diberikan masalah atau ujian adalah dari bagaimana cara mereka dalam menghadapinya.
Pertama, adalah dengan menerimanya. Kita perlu mensyukuri kehadirannya. Berlapang dada dan tersenyum karenanya. Sebab ini bentuk 'cinta’ dan 'kepedulian’ dari-Nya.
Nggak masuk logika? Ya begitulah cinta dan kasih dari Yang Maha Penyayang. Logika manusia akan sangat kepayahan dalam menafsiri setiap bentuknya.
Cukup meyakininya bahwa dalam kehadirannya selalu menyimpan sesuatu yang akan indah dan istimewa pada waktunya.
Kedua, analisa dan belajar.
Setelah kamu berdamai dengannya, maka akan memudahkanmu dalam mengenalinya, pertanyaan yang bernada evaluasi seperti“Kenapa ya aku yang dikasih ini dan bukan orang lain saja?” menjadi penting. Sebab darinya akan kamu dapati, betapa beruntungnya kamu.
Terus coba mengenalinya sedalam dan sebaik mungkin. Sebab dengan mengenalinya setidaknya kamu sudah menyelesaikan setengah darinya.
Ketiga, take them with you atau bisa diintepretasi sebagai jadikan dia sebagai teman belajarmu, ajak dia, biarkan dia membersamaimu, menjadi teman yang memberikan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, sikap, dan tindakan yang akan kamu ambil, yang nantinya akan berdampak untuk tidak hanya hari ini saja, tapi juga besok dan seterusnya.
Keempat, sembari mengenali, berjalan perlahan coba sedikit demi sedikit kamu pecahkan, kamu coba selesaikan itu, memang tidak mudah, harus ada usaha yang tidak kenal lelah. Itu membutuhkan dorongan semangat, yakin akan kemampuan diri dan sesuatu indah di akhir nanti.
Jika tidak bisa menggunakan satu cara, pakai cara lain, dst. Sampai batu yang besar itu perlahan menipis, terbelah kemudian hancur dan disaat itulah kamu sadari bahwa kamu menjadi pribadi yang semakin kuat, kekar, tahan banting atas semua tempaan selama ini, dari kado yang Allah kasih ke kamu, bukan orang lain.
Maka, jangan menyerah di tengah jalan, tidak ada usaha yang sia-sia. Semua usaha, yang dilengkapi dengan tawakal pada-Nya, selalu akan menhadirkan sesuatu yang indah pada akhirnya. Yakinlah.
Semangat, siapapun kalian yang hari ini seddang diberi kado indah itu dari-Nya! (งˆ▽ˆ)ง
All pics : @alexmaesej
Lagi down dan gabisa cerita ke siapa2
Oiya aku punya Tuhan Yang Maha Mendengar 🥹💦🤍
Aku seharian ini benar benar hanya rebahan di kasur. Mencoba recovery dari penyakit yang melanda saat cuaca sedang tidak menentu. Alhamdulillaahnya batuk dan bersin tidak terlalu parah. Hanya saja kepalaku pening dan kakiku terasa lemas. Aku punya tanggung jawab di luar sana, jadi semoga aku lekas sehat dan menjalankan rutinitasku kembali.
responku sekarang ketika berada di suasana gak dianggap : senyumin aja.
senyumnya senyum getirr sih, hehehe. tapi lumayan rate kecewanya dan mindernya udah gak separah dulu.
yang jahat bukan mereka, mereka semua orang baik.
ya emang akunya aja yang gak cocok sama mereka.
saya disiniii, di lantai 5 yogya kepatihan, sendiri dan sudah biasaaaa 😊😊
i am really dating my self 🤣