Gak mau lagi main gak jelas sendirian. plis atuhlah, udah dua kali kayak gini.
pulang-pulang langsung muncul vertigo. Tapi masih bersyukur karena kerasanya cuma dikiiiit bgt
trus suara udah mulai beda, pas aku batuk aku langsung notice apakah ini bibit-bibit influenza. padahal aku cuma batuk sekali doang tapi kenapa kepikirannya sampai over gini ya.
Aku punya trauma dengan influenza berkepanjangan bulan lalu, hampir 4 minggu lebih :((
Aku langsung cek n ricek pola makan, iya lagi kacau huhu. Soalnya asupan buah lagi kurang, sahur kalau gak air putih ya cuma mi instan, semager itu saya menyiapkan sahur saya sendiri bisa bisanyaaa yaAllaaah. Makan agak bener pas berbuka aja, itupun lautan minyak :)) karena di sini orang-orang pada doyan berbuka dengan gorengan, ikutan lah saya huhu.
Tapi gak boleh banyak overthinking, jangan ya. makin drop kalau khawatir berlebih. Lebih suka mengalihkan pikiran dengan hal-hal lucu udah kayak gini.
Ya Allaah jagalah hamba
maasya Allaah
Aku mengingat sebuah nasihat dari ustadzku, bahwa salah satu keberkahan harta ialah semua orang bisa merasakannya. Semua orang punya harta, tapi tidak semua orang mampu lapang untuk berbagi apa yang mereka punya.
Sebagaimana kebaikan akan melahirkan sebuah kebaikan yang lain, begitu pula dengan pemberian. Akan menularkan yang lain untuk saling berbagi.
Seseorang yang suka memberi, belum tentu punya banyak harta. Bisa jadi mereka hanya punya secukupnya, namun lapang saat berbagi pada yang lain.
Kebiasaan memberi, sejak kecil sudah sering ditanamkan oleh kedua orang tuaku. Bahkan ketika aku membawa bekal dulu, mama memberi lebih supaya aku berbagi pada yang lain. Padahal mah kalo dipikir-pikir, teman-temanku SD dulu banyak yang jauh lebih kaya, kayaknya ya gak perlu dikasih lagi. Eh tapi mereka seneng aja kalau dikasih. Hmm tapi memang bukan itu poinnya.
Bukan tentang seberapa banyak pemberian itu, melainkan rasa tulus dan ikhlas untuk berbagi. Mereka yang diberi merasa diperhatikan, merasa dirangkul.
Seperti sabda Rasulullah, bahwa hadiah/pemberian akan memunculkan rasa sayang dan cinta.
Kami memang bukan orang kaya raya yang bergelimang harta, namun, ayah selalu mengajarkan bahwa memberi orang lain tidak akan mengurangi harta kita sedikitpun.
Toh, harta di dunia ini sebenarnya bukan milik kita, ada hak orang lain disana.
Sampai kuliahpun, mama selalu menasihatiku, "kalau kamu minta bantuan temanmu, atau dia sudah berbuat baik padamu, balaslah. Nggak harus sesuatu yg mahal, hal kecil aja sebagai tanda terimakasih".
"Kalau ada temanmu yang berjualan, belilah sebagai bentuk apresiasi", lanjut ayahku.
"Atau kalo kamu masak apa gitu, temen atau tetangga juga dikasih", tambah mamaku.
Dulu saat kuliah, aku seringkali meminta beberapa temanku untuk mengajariku, belajar bareng, lalu kubawakan nasi bungkus, jajanan atau sekadar minuman. Hal sederhana, namun bisa menguatkan pertemanan itu sendiri.
Pemberian tidak harus berupa sesuatu, bisa juga waktu dan kesediaan kita untuk orang lain. Kita bisa meluangkan waktu dan pikiran kita untuk membantu, menemani, atau mendengarkan mereka.
Aku jadi teringat temanku saat di pesantren dulu. Sebelum ia makan makanannya, teman-teman di sekitarnya ditawari terlebih dahulu, meski hanya sepotong roti.
Setelah itu, banyak juga teman-teman lain yang mencontoh akhlak temanku ini. Betapa banyak pahalanya, bahwa kebaikan selalu akan memunculkan kebaikan lainnya.
Ustadzku yang setiap hari memberi makan santrinya, banyak sekali orang yang ikut memberi uang, sembako, perabotan rumah, juga makanan-makanan mentah maupun matang.
Pernah ketika kondisi finansial ayah memburuk, banyak sekali yang membantu, masyaAllah. Kalau aku inget hal itu, rasanya kayak heran aja kenapa tibatiba banyak saudara maupun teman yang bantu ayah, padahal kadang juga bukan bantuan kecil.
Saat setelah menikah, mama bercerita banyak pada suamiku tentang ayahku yang sering membantu orang lain. Jadi ini alasan kenapa saat ayah berada di bawah, banyak orang yang peduli.
Waktu aku menikah pun, banyak sekali yang mengirimku kado. Padahal aku batalkan semua undangan saat itu karena pengumuman ppkm. Betul sekali kata mama, "Allah yang akan mencukupkan".
Begitulah. Banyak sekali cerita. Aku jadi tau, bahwa dampak berbuat baik ternyata bisa sebesar itu. Itu aja baru Allah balas di dunia, apalagi kalau kita benar-benar ikhlas, kan? Allah balas pahala di akhirat nanti.
Jangan pelit! Berbagi tidak mengurangi sedikitpun apa yang kita punya. Kalau sedikit saja kita enggan, bagaimana kita bisa lapang memberi dalam jumlah yang banyak?
Buntok, 10 November 2021 | Pena Imaji
People are busy thinking about themself. About their desire, their feelings, their everything. If they want to do this and that, they'll do this and that, no matter if it hurts you or not.
No one thinks about you. Your feeling towards people and things is totally your own homework. Your fear is your homework. Your hatred, your sadness, your disappointment, are your own homework. Even trauma, is your own frickin' homework. And even if it wasn't your fault, dealing with it is definitely your homework, it is your own responsibility. So deal with it on your own.
Keep staying away from people. You ain't ready enough to be so close to them.
ANJURAN MENYAMBUNG SHAF DAN ANCAMAN BAGI ORANG YANG MEMUTUSNYA
Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa ba'du.
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَقِيْمُوا الصُّفُوْفَ، فَإِنَّمَا تَصُفُّوْنَ بِصُفُوْفِ الْمَلَائِكَةِ، وَحَاذُوْا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ، وَسُدُّوا الْـخَلَلَ، وَلِيْنُوْا فِـيْ أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ، وَلَا تَذَرُوْا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ، وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللهُ ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللهُ
"Luruskanlah shaf (di dalam shalat) kalian sebagaimana bershafnya para Malaikat, ratakanlah pundak-pundak kalian, tutupilah celah-celah, dan berlakulah lemah-lembut terhadap saudara (di sisi kiri dan kanan) kalian. Jangan biarkan satu celah pun untuk setan. Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah Tabaraka wa Ta’ala akan menyambung (rahmat)Nya, dan barang siapa yang memutuskan shaf, maka Allaah akan memutuskan (rahmat)Nya." [HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dan lainnya. Lihat Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 495]
Dalam hadis di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan disini:
• Wajib meluruskan dan merapatkan shaf.
• Dianjurkan bershaf sebagaimana shafnya para Malaikat.
• Ratakan pundak-pundak kalian dan rapatkan shafnya.
• Tutup celah dalam shaf, dan tidak boleh renggang.
• Jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi setan (jangan renggang shafnya nanti setan akan masuk).
• Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah sambung rahmatNya, dan bagi yang memutuskan shaf, maka Allah akan putuskan rahmatNya.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَدَّ فُرجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْـجَنَّةِ وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً.
"Barang siapa yang menutup satu celah dalam shaf, maka Allaah akan bangunkan baginya rumah di Surga dan Allaah akan mengangkatnya satu derajat." [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1892 dan Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 505]
Hadist ini menjelaskan ganjaran yang besar bagi orang yang merapatkan shaf, mengisi shaf yang kosong, dan mengisi shaf yang renggang dengan balasan Surga dan diangkat derajatnya.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُونَ الصُّفُوفَ وَمَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً.
"Sesungguhnya Allaah dan malaikatNya mengucapkan shalawat atas orang-orang yang menyambung shaf, barang siapa yang menutup satu celah, maka Allaah akan angkat satu derajat." [Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 501]
Hadis ini juga menjelaskan keutamaan menyambung dan merapatkan shaf, yaitu dengan diangkat derajatnya.
Dalam hadist lain disebutkan: "Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling lembut bahunya di dalam shalat. Tidak ada pula langkah yang paling besar pahalanya dari pada langkah seorang laki-laki yang berjalan menuju satu celah pada shaf lalu menutupnya." [HR. Al-Bazzar (dengan sanad hasan) dan Ibnu Hibban (Shahiih Ibni Hibban). Lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib, no. 501 dan Ash-Shahiihah, no. 2533]
[Kitab Shalat. Bab: Sujud Tilawah, Sujud Syukur, dan Sujud Sahwi]
Sumber: Buku "Ensiklopedi Fiqh Praktis Menurut Al-Quran & As-Sunnah." Karya Syaikh Husain bin Audah Al-Awaisyah. Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
Setiap orang pasti punya yang namanya masalah, bahkan dari sudut pandang agama Islam, dalam Q.S. Al-Ankabut : 2, Allah sampaikan :
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”
Maka dapat dikatakan bahwa masalah adalah ‘teman hidup’ kita, ia akan terus ada, akan terus bersama, hadir dari waktu ke waktu, bentuk ke bentuk lainnya. Tidak ada seorang yang hidup tanpa diberikan masalah. Sebab, Allah jelaskan pada ayat selanjutnya, Q.S. Al-Ankabut : 3
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
Atau dalam ayat lain, yang menerangkan salah satu esensi adanya masalah hidup, dalam Q.S. Al-Mulk : 2
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Jadi dari dua ayat diatas kita dapati kesimpulan bahwa, alasan Allah memberikan ujian kepada manusia adalah untuk :
Untuk menyeleksi benar atau dusta seorang hamba.
Memberi kesempatan menujukkan sebaik-baik amal.
Ketika kita sudah memahami konsep diatas, bahwa adanya masalah adalah sebuah keniscayaan, lantas…
Bagaimana kita akan menghadapinya?
Yap, pertanyaan itu penting, sebab yang membedakan setiap orang yang diberikan masalah atau ujian adalah dari bagaimana cara mereka dalam menghadapinya.
Pertama, adalah dengan menerimanya. Kita perlu mensyukuri kehadirannya. Berlapang dada dan tersenyum karenanya. Sebab ini bentuk 'cinta’ dan 'kepedulian’ dari-Nya.
Nggak masuk logika? Ya begitulah cinta dan kasih dari Yang Maha Penyayang. Logika manusia akan sangat kepayahan dalam menafsiri setiap bentuknya.
Cukup meyakininya bahwa dalam kehadirannya selalu menyimpan sesuatu yang akan indah dan istimewa pada waktunya.
Kedua, analisa dan belajar.
Setelah kamu berdamai dengannya, maka akan memudahkanmu dalam mengenalinya, pertanyaan yang bernada evaluasi seperti“Kenapa ya aku yang dikasih ini dan bukan orang lain saja?” menjadi penting. Sebab darinya akan kamu dapati, betapa beruntungnya kamu.
Terus coba mengenalinya sedalam dan sebaik mungkin. Sebab dengan mengenalinya setidaknya kamu sudah menyelesaikan setengah darinya.
Ketiga, take them with you atau bisa diintepretasi sebagai jadikan dia sebagai teman belajarmu, ajak dia, biarkan dia membersamaimu, menjadi teman yang memberikan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, sikap, dan tindakan yang akan kamu ambil, yang nantinya akan berdampak untuk tidak hanya hari ini saja, tapi juga besok dan seterusnya.
Keempat, sembari mengenali, berjalan perlahan coba sedikit demi sedikit kamu pecahkan, kamu coba selesaikan itu, memang tidak mudah, harus ada usaha yang tidak kenal lelah. Itu membutuhkan dorongan semangat, yakin akan kemampuan diri dan sesuatu indah di akhir nanti.
Jika tidak bisa menggunakan satu cara, pakai cara lain, dst. Sampai batu yang besar itu perlahan menipis, terbelah kemudian hancur dan disaat itulah kamu sadari bahwa kamu menjadi pribadi yang semakin kuat, kekar, tahan banting atas semua tempaan selama ini, dari kado yang Allah kasih ke kamu, bukan orang lain.
Maka, jangan menyerah di tengah jalan, tidak ada usaha yang sia-sia. Semua usaha, yang dilengkapi dengan tawakal pada-Nya, selalu akan menhadirkan sesuatu yang indah pada akhirnya. Yakinlah.
Semangat, siapapun kalian yang hari ini seddang diberi kado indah itu dari-Nya! (งˆ▽ˆ)ง
All pics : @alexmaesej
suka dalam diam
menyukai dia secara diam-diam, hanya Allah dan aku yang tahu kalau aku punya perasaan seperti ini untuknya.
aku diam-diam penasaran tentangnya, tapi tidak bisa bertanya apapun perihal dia... Karena aku tidak ingin memperlihatkan perasaanku ini pada siapapun walau secuil kecil.
ketika ada yang sedang menceritakan dia, walau ekspresiku biasa saja tapi... di dalam lubuk hatiku aku antusias mendengarkannya.
dan ketika ada yang tiba-tiba menyebutkan namanya langsung di depanku, dengan terpaksa aku harus berkata "tidak mengenalnya"
biarkan.
biarkan aku terus menyukainya dalam diam seperti ini, hingga perasaan ini lebur dengan sendirinya.
karena mungkin saja, dia telah terikat dengan seseorang yang telah menjadi belahan hidupnya, menjadi tanggung jawabnya.
aku ingin perasaan yang tidak seharusnya hadir ini segera lenyap dan pergi. kumohon segera pergi.
semoga tidak ada lagi momen berpapasan secara kebetulan dengannya, tidak ada lagi pandangan mata yang bertemu satu sama lain, tidak ada lagi suaranya yang tertuju kepadaku.
N.
Tiba-tiba aku teringat kejadian dua belas tahun silam. masa dimana aku berada di fase peralihan dari sosok anak kecil ke remaja. saat itu usiaku setara dengan anak SD yang duduk di bangku kelas 6 dan sebentar lagi akan lulus. aku benci masa peralihan yang merenggut kesenangan masa kecilku, untuk bermain masak-masak saja aku harus bersembunyi dari penglihatan tetangga, karena kalau tidak aku akan diejek. apa salahnya? waktu itu aku bingung, namun memang sepertinya sudah tidak pantas untuk usia kelas 6 SD memainkan permainan kekanak-kanakan seperti itu.
waktu itu aku sering berkunjung ke rumah teman bermain terbaikku. aku tidak ingat jelas apa yang aku lakukan di rumah teman bermain saat berusia kelas enam SD, yang jelas bukan untuk bermain masak-masak lagi, karena diapun sudah tidak ingin memainkan permainan kekanak-kanakan itu. walaupun begitu, kurasa kami menemukan sesuatu yang menyenangkan, terbukti aku betah berlama-lama disana. sayangnya sesuatu itu bukan hal yang membekas, karena aku tidak ingat sama sekali.
aku rutin ke rumah temanku setiap hari sepulang sekolah, sampai akhirnya aku bertemu dengan anak laki-laki yang kehadirannya membuatku terganggu. anak laki-laki yang belum pernah aku lihat sebelumnya. disaat aku sedang bermain dengan temanku di teras rumahnya, anak laki-laki itu juga sedang bermain dengan kakak laki-laki dari temanku beserta gerombolan anak laki-laki yang lain, bedanya mereka bermain di halaman rumah.
padahal teman-temannya sedang asyik membicarakan satu mainan yang kulihat bukan mainan biasa, lagi-lagi aku tidak ingat jelas tapi sepertinya sesuatu yang memiliki mesin dan itu adalah hal yang menarik bagi kalangan anak laki-laki. tapi anak laki-laki asing ini malah sibuk mencuri pandangan padaku sambil tersenyum malu-malu.
apakah aku ikut salah tingkah dan malu-malu karena mendapatkan sebuah ''curi-curi pandang'' dari anak laki-laki tersebut? oh tidak sama sekali, aku malah gemetaran saking ketakutan. aku membayangkan bola matanya yang bulat sempurna sudah siap untuk melahapku. untungnya temanku tidak menyadari gerak-gerikku yang aneh. karena merasa semakin tidak nyaman aku berpamitan untuk pulang. aku lari pulang ke rumah. sejak saat itu aku tidak pernah lagi datang bermain ke rumah temanku karena takut bertemu dengan anak laki-laki asing yang sebelumnya sukses membuatku merinding.
hari-hari berlalu dan aku mulai lupa dengan kejadian tersebut.
hingga tiba waktunya aku resmi menjadi seorang siswa SMP di salah satu sekolah menengah pertama di kotaku. aku shock saat menoleh kesamping dan aku mendapatkan sosok anak laki-laki itu duduk tepat disampingku. dia juga menyadari aku. ternyata dia seumuran denganku dan kini bersekolah di sekolah yang sama serta berada di satu gugus MOS yang juga sama denganku. perasaan kalut dan tidak tenang kembali menghantui hidupku yang damai.
kurasa dia anak yang kurang dalam hal akademik, jadi dia lebih banyak diam jika sedang berlangsung sesi kuis materi, tapi sesekali juga memperlihatkan tingkahnya yang 'caper'.
syukurnya saat pembagian kelas aku tidak berada di kelas yang sama dengannya. tapi kabar buruknya dia suka berkunjung ke kelasku dan berpura-pura mencari teman SD nya yang sekelas denganku. entah hanya aku saja yang kegeeran atau pada faktanya dia memang hanya ingin bermain dengan teman SD nya saja. sampai suatu saat seorang teman kelasku yang merupakan salah-satu teman SD nya dulu nyeletuk ''kamu kenapa sih suka ke kelas ini? jangan-jangan mau 'menyambar' seseorang. hahaha cieee siapa tuh.'' mendengar hal itu aku ikut gemetaran. aku tidak tahu bagaimana ekspresi anak laki-laki itu, karena aku tidak pernah mau melihat kearahnya. tiba-tiba teman yang lainnya menimpali ''oh jangan-jangan dia suka sama Sasa, makanya dia suka berkunjung ke kelas ini. Sasa kan teman kelasnya waktu SD.'' yang disebut Sasa hanya tersenyum malu-malu, anak laki-laki itupun tidak memberikan respon apapun. tidak mengiyakan tetapi juga tidak sebaliknya. dan entah mengapa aku merasa cemburu dia di jodoh-jodohkan dengan teman Sasa teman SD dia yang dulu. ah tidak, masa iya aku suka dia? aku melihat kearah Sasa, dia anak yang kalem dan cantik. makin cemburulah aku.
namun kisah ini tidak ada kelanjutannya, karena belum genap selesai satu semester aku pindah ke sekolah yang terletak di kota lain. perlahan aku melupakan kenangan di sekolah lamaku.
itu adalah kisah dua belas tahun yang lalu. sekarang umurku sudah menuju dua puluh empat tahun. aku sendiri kaget, aku sudah beranjak dewasa sekarang.
dan pada waktu sore di hari Kamis ini aku penasaran. tiba-tiba menyakan sesuatu pada masa sekarang. bagaimana kabar anak laki-laki yang pernah mengisi 'seperempat titik' potongan kejadian dimasa kecilku itu sekarang? jadi apa dia sekarang? bagaimana ia menghabiskan masa remajanya? apa dia sekarang baik-baik saja?
aku tahu kebanyakan perempuan punya kemampuan intel yang menakutkan. sekalinya penasaran maka perempuan akan mendapatkan informasi hingga akar-akarnya. kurasa aku punya kemampuan itu. sayangnya aku melupakan clue paling penting, yaitu namanya.
aku tidak ingin berpikir keras. sosok anak laki-laki itu salah satu kenangan singkat yang bahkan tidak terekam jelas oleh memoriku. jadi kubiarkan pertanyaan tiba-tiba ini berlalu tanpa jawaban.
lapor
Pasca aku kirim pesan ke dia pekan lalu dan mengungkapkan kerinduan aku *aelah wkwkwk, amazingly aku sudah gak kepikiran dia lagi sampai sekarang hahahaha.
ternyata bener ya perasaan itu perlu dirilis aja biar tenang 🤣😆
menahan untuk tidak membenci orang = mendamaikan diri sendiri
“Saya lagi nyoba jadi seorang mindful minimalist. Artinya saya bakal nyoba buat nyederhanain semua hal yang ada di hidup saya. Saya mau mulai nyoba ngeefektifin apa-apa yang ada di dalam hidup saya itu, kira-kira buku apa ya yang cocok buat ini?”
Stephen R Covey di bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People nyebutin ada 7 kebiasaan pribadi yang efektif. Apa aja emang? Be Proactive, begin with the end in mind, put first thing first, thinking win-win, seek first to understand then to be understood, synergize, sama sharpen the saw.
Orang reaktif: coba aja saya punya koneksi kenceng. mungkin saya bakal sharing tentang minimalisme di podcast
Orang proaktif: saya masih bisa sharing minimalisme di IG, terus di design biar lebih menarik
Pas ngebangun rumah, sebelum kita peletakan batu pertama kan kita pasti dah tau pengen kaya gimana ya rumahnya nanti. Gimana interiornya, mau berapa tingkat rumahnya, ada berapa kamar, dan lain-lain. Ini contoh begin with the end in Mind yang dimaksud.
Pernah denger empat kuadran skala prioritas ga? ya penting medesak dll. Nah katanya orang efektif itu ga ngabisin waktu di kuadran penting dan mendesak malah, tapi ia bakal prioritasin di kategori penting dan tidak mendesak. Mereka lebih ngehargain hubungan sama orang lain kebanding deadline-deadline tugas.
Pas negosiasi, orang orang efektif itu ngambil solusi yang nguntungin kedua belah pihak (win/win), gak menang kalah (win/loose), kalah menang (loose win), apalagi kalah kalah (loose/loose). Kalau pun gak menang menang, pilihannya gak ada kesepakatan.
Pas kita komunikasi sama seseorang, kita harus mendengarkan dengan tujuan buat memahami, bukan membalas. Soalnya bisa jadi kacamata yang kita gunain pas nge respon (tanpa memahami) gak cocok sama masalah yang dihadapin oleh lawan bicara kita.
Orang yang efektif itu bakal nyoba nge sinergiin kelima kebiasaan sebelumnya. Mereka berfokus ke empat kemampuan dasar unik manusia, motif menang/menang, sama keterampilan mendengarkan yang baik.
Kebiasaan nomor tujuh ini ngeluangin waktu buat ngasah gergaji. Kebiasan ini ningkatin aset terbesar kita, yakni diri kita. Ada empat dimensi yang tercakup: mentak, fisik, sosial/emosional sama spiritual. Kuncinya itu belajar - berkomitmen - melakukan.
Sebenernya ada juga katanya the 8th habit, tapi buat sementara itu dulu deh soalnya habit ke delapan ini ada satu buku yang ngebahas. semoga next time kita bisa review. Semoga nambah insight baru (walaupun ini buku lama sih), dah ah merci beaucoup and thanks for having a beautiful mind.
sedang ngumpulin niat untuk nyuci