Soundtrack belajar dan nugas
Pandemic covid 19 kemarin dalam konteks manajemen, merupakan bagian dari fenomena krisis. Maka dalam menyikapi organsiasi atau perusahaan di era krisis, manajemen harus menerapkan skema manajemen krisis.
Diantaranya ada 3 tahap : pre crisis, crisis response dan post crisis. Singkatnya, kita sudah mulai memasuki fase ke 3, tugas manajemen pada fase ini harus mulai memikirkan langkah dalam mengakselerasi gerak untuk menutup gap yang terjadi selama krisis kemarin terjadi, yang mempengaruhi banyak sektor.
Salah satu problem dari sudut pandang HR, adalah adanya gejala pandemic fatigue, yaitu kondisi kelesuan/lelahnya SDM akibat tekanan mental di kala pandemi naik begitu pesat, dampaknya adalah tidak sedikit yang mulai terjebak di zona nyaman, seperti media daring sebagai opsi pertama untuk bertemu, padahal dulu alasan diberlakukan demikian, adalah karena pembatasan sosial.
Rapat yang sebenarnya sudah mulai boleh dilakukan secara luring, even masih harus memenuhi protokol, mayoritas memilih untuk online, alhasil luaran dari rapat menjadi tidak optimal. Sebab memonitor dan mengevaluasi peserta rapat saat online susah, apalagi kalau pada pasif, dan lebih-lebih off-cam.
Lantas harus gimana?
Sudah siap dengan skema baru?
Ini penting, mau oeganisasi profit/non profit, organisasi mahasiswa, bahkan organisasi tanpa bentuk sekalipun~
Intinya,
edisi lagi belajar karena harus ngisi materi berkaitan soal diatas, jadi kudu ditulis biar inget wkwk
orang-orang meninggalkanku, begitu pula aku sendiri.
miris, diriku menyalahkan diriku.
diriku membenci diriku.
diriku meninggalkan diriku.
maaf :(
kepalaku penuh bgt. banyak mikirin kemungkinan-kemungkinan di balik kata Ya dan Tidak.
aku memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan.
Insyaallah aku ingin pulang.
dan aku harus menerima serta bertanggung jawab dengan apapun dampak dari pilihanku yang terkesan impulsif serta tanpa persiapan.
biarkan semesta bekerja untukku. kumohon, aku akan baik-baik saja.
๐ฅบ
ANJURAN MENYAMBUNG SHAF DAN ANCAMAN BAGI ORANG YANG MEMUTUSNYA
Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa ba'du.
Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam bersabda:
ุฃูููููู ููุง ุงูุตููููููููุ ููุฅููููู ูุง ุชูุตูููููููู ุจูุตููููููู ุงููู ูููุงุฆูููุฉูุ ููุญูุงุฐูููุง ุจููููู ุงููู ูููุงููุจูุ ููุณูุฏูููุง ุงูููุฎูููููุ ููููููููููุง ููููู ุฃูููุฏูู ุฅูุฎูููุงููููู ูุ ููููุง ุชูุฐูุฑูููุง ููุฑูุฌูุงุชูย ูููุดููููุทูุงููุ ููู ููู ููุตููู ุตููููุง ููุตููููู ุงูููู ุ ููู ููู ููุทูุนู ุตููููุง ููุทูุนููู ุงูููู
"Luruskanlah shaf (di dalam shalat) kalian sebagaimana bershafnya para Malaikat, ratakanlah pundak-pundak kalian, tutupilah celah-celah, dan berlakulah lemah-lembut terhadap saudara (di sisi kiri dan kanan) kalian. Jangan biarkan satu celah pun untuk setan. Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah Tabaraka wa Taโala akan menyambung (rahmat)Nya, dan barang siapa yang memutuskan shaf, maka Allaah akan memutuskan (rahmat)Nya." [HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dan lainnya. Lihat Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 495]
Dalam hadis di atas Nabi shallallahu โalaihi wa sallam menyebutkan disini:
โข Wajib meluruskan dan merapatkan shaf.
โข Dianjurkan bershaf sebagaimana shafnya para Malaikat.
โข Ratakan pundak-pundak kalian dan rapatkan shafnya.
โข Tutup celah dalam shaf, dan tidak boleh renggang.
โข Jangan kalian meninggalkan celah-celah bagi setan (jangan renggang shafnya nanti setan akan masuk).
โข Barang siapa yang menyambung shaf, maka Allaah sambung rahmatNya, dan bagi yang memutuskan shaf, maka Allah akan putuskan rahmatNya.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam bersabda:
โู ููู โุณูุฏูู โููุฑุฌูุฉู โุจูููู โุงูููู โูููู โุจูููุชูุง โููู โุงูููุฌููููุฉู ููุฑูููุนููู ุจูููุง ุฏูุฑูุฌูุฉู.
"Barang siapa yang menutup satu celah dalam shaf, maka Allaah akan bangunkan baginya rumah di Surga dan Allaah akan mengangkatnya satu derajat." [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1892 dan Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 505]
Hadist ini menjelaskan ganjaran yang besar bagi orang yang merapatkan shaf, mengisi shaf yang kosong, dan mengisi shaf yang renggang dengan balasan Surga dan diangkat derajatnya.
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam bersabda:
ุฅูููู ุงูููู ููู ูููุงุฆูููุชููู ููุตููููููู ุนูููู ุงูููุฐููููู ููุตูููููู ุงูุตููููููู ููู ููู ุณูุฏูู ููุฑูุฌูุฉู ุฑูููุนููู ุงูููู ุจูููุง ุฏูุฑูุฌูุฉู.
"Sesungguhnya Allaah dan malaikatNya mengucapkan shalawat atas orang-orang yang menyambung shaf, barang siapa yang menutup satu celah, maka Allaah akan angkat satu derajat." [Shahiih At-Targiib wat Tarhiib, no. 501]
Hadis ini juga menjelaskan keutamaan menyambung dan merapatkan shaf, yaitu dengan diangkat derajatnya.
Dalam hadist lain disebutkan: "Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling lembut bahunya di dalam shalat. Tidak ada pula langkah yang paling besar pahalanya dari pada langkah seorang laki-laki yang berjalan menuju satu celah pada shaf lalu menutupnya." [HR. Al-Bazzar (dengan sanad hasan) dan Ibnu Hibban (Shahiih Ibni Hibban). Lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib, no. 501 dan Ash-Shahiihah, no. 2533]
[Kitab Shalat. Bab: Sujud Tilawah, Sujud Syukur, dan Sujud Sahwi]
Sumber: Buku "Ensiklopedi Fiqh Praktis Menurut Al-Quran & As-Sunnah." Karya Syaikh Husain bin Audah Al-Awaisyah. Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i.
Baiklah, aku memutuskan untuk mengikuti challenge ini agar aku lebih mindful dalam menjalankan ibadah ramadan kali ini. Kupikir dengan menulis seperti ini aku bisa mengidentifikasi dan menggali lebih dalam lagi, sebenarnya perspektifku tentang ramadan itu bagaimana? apa yang kurasakan? dan apa yang aku mau dari ibadah ramadan kali ini?
jujur, semakin tahun berganti, semakin semarak ramadan itu kian meredup untukku.
Aku masih ingat, saat aku SD, tiga bulan sebelum ramadan datang saja hawa-hawa kegembiraan ramadan sudah mulai terasa, ketidaksabaran mencicipi ramadan sudah meletup-letup, orang-orang di sekitarku sudah mulai mempersiapkan diri.
Mungkin waktu itu, aku tidak sabar menunggu momen-momen ramadan yang selalu berkesan di masa kecilku. Libur sekolah yang panjang, masakan-masakan istimewa dan terniat yang selalu dibuatkan oleh mama, jalan pagi setelah shalat shubuh berjamaah di masjid, berpesta kembang api dan petasan ba'da magrib, berebut tanda tangan penceramah, dan shalat tarawih di bawah bintang yang kerlap kerlip.
Aku dan perspektif masa kecilku tentang keistimewaan ramadan jauh dengan esensi ramadan yang sebenarnya, yang tak pernah aku pelajari dan dapatkan sebelumnya.
Mungkin itu sebabnya, semakin dewasa semakin semarak ramadan itu kian meredup, karena kebiasaan-kebiasaan ramadan yang dulu aku saksikan saat aku kecil itu sudah tak ada lagi. Anak-anak jaman sekarang merayakan ramadan dengan cara yang berbeda, tunggu... apa mereka merayakannya?
Kemudian aku bimbang sendiri dengan perasaan yang aku rasakan tentang ramadan. Mengapa ia kini tak istimewa di hatiku? mengapa semangat menggebu-gebu untuk menyambutnya tidak hadir? oh tidak, tentu saja ini kesalahan yang sangat fatal.
Hari ini, saat aku menulis tulisan ini, aku menyadari satu hal. Ramadan yang kian redup di hatiku disebabkan karena aku tidak mengenal ramadan itu sendiri. Ramadan yang kian redup karena mendapati diriku sendiri berteman sepi di perantauan, tanpa keluarga dan momen-momen istimewa saat aku bersama keluarga.
Kau tahu kendala-kendala apa saja yang aku hadapi pada ramadan beberapa tahun ke belakang ini?
Bukan. bukan lapar yang menggoda imanku untuk membatalkan puasa di tengah jalan. Menurutku aku sangat pandai dalam menahan lapar, apalagi menahannya di bulan ramadan.
Hanya saja, hatiku merasakan kekeringan di lembah yang harusnya membuat hati kian tersuburkan oleh suasana iman dan ketaatan ramadan. Kenapa? hatiku meringis.
Ya aku tak mengenal ramadan seutuhnya. Yang kutahu ramadan hanyalah rutinitas tahunan. Sebatas menahan lapar dari waktu imsak sampai waktu berbuka. Hanya saja ibadahku di bulan ramadan yang harusnya optimal malah terlalaikan. Sudah berapa kali ramadan kulalui namun aku belum pernah khatam Alquran padahal aku tahu betul ramadan adalah bulannya Alquran. shalat tarawih belum pernah berhasil aku kerjakan hingga garis finish. Bahkan malam laylatul qodr yang banyak orang ingin meraihnya tidak menjadi motivasi untukku untuk mencarinya juga. iya selalai itu aku.
Aku belum memaknai ramadan dengan seutuhnya, karena itu aku membiarkan diriku tenggelam dengan kelalaianku.
Ramadan, bulan yang agung. Aku sering dengar ini. Tapi tak pernah mencari apa yang membuat ramadan itu diagung-agungkan?
Malam ini aku tidak sengaja mencari tahu. Ketidaksengajaan yang indah sungguh. Karena akhirnya aku merasakan kesyukuran yang tidak terhingga. Ramadan datang, sebagai hadiah dari Allah untukku.
Agar aku bisa "membersihkan" diriku
Agar aku bisa "mendidik" jiwaku
Agar aku dapat menuai sesuatu yang nilainya berlipat ganda, agar aku mendapatkan keuntungan yang banyak dan besar.
kita diibaratkan pedagang, dan yang membeli dagangan kita adalah Allah
barang dagangan kita adalah amal shalih, dan bayarannya adalah syurga.
tidak ada satupun "perniagaan" yang paling menguntungkan selain "perniagaan" yang kita lakukan di bulan ramadan. Karena keuntungannya benar-benar Allah lipat gandakan.
Aku baru tahu, amalan di bulan ramadan yang kita kerjakan jika diterima oleh Allah maka amalan tersebut akan membuat mizan (penimbang amal) hampir jebol saking beratnya nilainya. Padahal mizan itu begitu megah, sebanding dunia dan isinya.
Aku baru bisa merasakan kehangatan dan keindahan ramadan ketika aku tahu betapa berharganya ia. Sesuatu yang harganya mahal pasti akan kita jaga, kita rawat, kita apik-apik, kita tidak mau satu noda kecil atau kerusakan kecil terjadi pada sesuatu tersebut.
dengan mengetahui dan menyadari betapa berharganya ramadan yang hanya berlangsung selama 30 hari dalam setahun, semoga aku lebih bisa meghargai setiap detak yang ada di bulan ini untuk kugunakan hanya dengan sangat optimal. karena tidak semua manusia diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk mencicipi bulan ramadan.
intinya...
Apa kendalaku di bulan ramadan? belum kuat istiqomah tilawah dan mengkhatamkannya, belum bisa menyelesaikan tarawih hingga akhir, dan tidak berusaha menggapai malam laylatul qadr
bagaimana aku mengatasi kendala tersebut? dengan mengenal dan memaknai esensi ramadan.
#RWCday1
โBelum menikah sama seperti belum meninggal; memang belum waktunya saja.โ - Masgun
I couldnโt agree more.
Sebagai perenungan, sebelum menanyakan pertanyaan ke orang lain, โKapan menikah?โ coba tanyakan ke diri sendiri, โKapan meninggal?โ
Sebab, yang bisa memberikan jawaban dari keduanya hanya Allah, Al-Fattah (Yang Maha Pemberi Keputusan); Pembuka ketetapan hukum takdir.
Berlaku pula dengan pertanyaan, โKapan punya anak?โ
โBerhenti bertanya kepada manusia sesuatu hal yang jawabannya seutuhnya punya Tuhan.โ - deva mahenra
Jika memang ingin bertanya, tanyakan pertanyaan yang masih bisa dijawab oleh manusia.
Misalnya; โSudah dikhitbah?โ atau โSudah ada calonnya?โ
Jika jawabannya, โBelum.โ
Barangkali kamu memiliki calon yang bisa dipertanggungjawabkan untuknya, sehingga kamu tidak hanya sekadar bertanya namun menawarkan solusinya.
Jika tidak ada, doakan :)
Jangan tanyakan sesuatu ke orang lain, yang apabila itu diberikan kepadamu; kamu pun tidak memiliki jawabannya. Dan, tahanlah untuk bertanya; sesuatu yang sekiranya bisa menyakiti hatinya.
P.S: seseorang tidak akan pernah mengerti sampai ia mengalaminya sendiri.
akhir cerita dari proses ta'aruf kemarin.
sesuai dengan prediksiku, prosesnya tidak berlanjut.
karena alasan suku. hehe.
yaa background suku dan bagaimana kita dibesarkan menurutku adalah salah satu variabel yang sangat harus dipertimbangkan. kalau siap dengan perbedaan silakan lanjut, kalau tidak ya cari another option.
he deserve better. halo kak! walau hanya mengenalmu melalui perantara, walau tidak bisa stalking akun IG mu karena di private, walau tidak bisa berkunjung ke akun linkedmu karena disana akan terlihat jelas siapa saja yang melihat profilmu, walau belum pernah saling berbicara langsung, jujur aku sangat bersyukur mengenal kakak melalui biodata yang dikirimkan oleh perantara. Aku tahu kakak orang yang baik, insyaAllah akan mendapat jodoh yang sepadan dengan kakak, biiznillah ๐ธ
Karena dari awal sudah nothing to lose, jadi sedikitpun aku tidak merasa kecewa. ini adalah pengalaman ta'aruf pertamaku. dari sini aku sadar masih sangat banyak yang harus aku pelajari dan aku persiapkan. ta'aruf pertama ini semacam titik balik untuk aku mengupgrade ilmu seputar rumah tangga dan pernikahan. karena punya ilmunya saja belum tentu melalui rumah tangga dengan lancar , apalagi kalau belum punya ilmunya. jadi, belajar tentang pernikahan itu harus sejak masa sendiri jangan saat jodoh sudah di depan mata baru mau belajar. hehe.
untuk jodoh di masa depan, datanglah di saat yang tepat ya ๐
sekitar kurang dari tiga bulan lagi umurku menginjak usia 24 tahun. aku sendiri kaget, lha apa bener masa-masa SMP dimana aku dan geng mengidolakan coboy junior itu terjadi 10 tahun yang lalu. jujur aku takut dengan umur 24. dibalik angka ini tersimpan banyak sosial standar yang mulai akan mengganggu ketenangan hidupku. salah-satu kata kuncinya adalah 'menikah'. aku tidak menyangka jika istilah menikah benarยฒ menjadi sebuah isu yang sangat dipermasalahkan dikalangan orang dewasa. orang dewasa tidak bisa santai dengan yang namanya status single. orang-orang yang mempertanyakan dimana jodohku masih segelintir sih, jadi aku belum merasa risih untuk hal yang satu ini.
umurku hampir 24, dan aku terjebak pada kegalauan ingin tetap stay di tanah rantau sambil memilin cita atau pulang ke tanah lahir dan hidup berdampingan dengan mama. ada sebuah paradoks yang membuatku cukup bingung untuk memilih. intinya aku sudah punya pekerjaan yg layak disini, jika aku pulang ke kampung belum tentu aku dapat pekerjaan yg lebih baik dan senyaman disini. tapi disatu sisi aku merasa hampa dan ingin tinggal bersama keluarga. kata kakakku mungkin aku membutuhkan pasangan :p tapi pasangan means orang asing, dan yg kubutuhkan adalah keluarga yg bersamaku sedari kecil, karena yg aku rindukan adalah sosok mereka yang menjadi tempatku pulang sedari kecil. aku mencari sesuatu yg hilang semenjak aku dewasa sepertinya :(
pagi ini aku keluar untuk mencari sarapan. langit biru cerah yang kupandangi sambil berjalan tidak hanya mengundang senyum namun juga renungan. kupikir renungan ini tidak ada sangkut pautnya dengan langit namun entah mengapa membuatku terpikirkan begitu saja. memang setiap orang akan menua, dan setiap anggota keluarga akan menemukan jalannya masing-masing. aku, kakakยฒku, ataupun adikยฒku. pada akhirnya kami bersaudara berjalan di sisi jalan masing-masing, tidak selamanya kami bisa berkumpul bersama. suatu saat pasangan yg berawal sebagai orang asing yang akan menjadi teman hingga menua jika diizinkan.
kuseret kakiku pelan. apa iya aku butuh pasangan? apa sekarang aku perlu meminta dan mengusahakannya di setiap doa-doaku?
aku berhasil membawa pulang satu porsi soto ayam. harganya murah, hanya 10 ribu. saat tiba di kosan aku langsung melahap habis. iya, aku sangat lapar karena melewatkan makan malam dengan gaya.
kumulai panggilan grup di jendela grup keluargaku. tersambung beberapa saudara. mereka saudaraku, beberapa sudah menikah dan keluarga kecil mereka adalah prioritas. pada akhirnya aku menjadi orang diurutan beberapa tingkat dibawah di hidup mereka. aku tidak sepenting itu. i'm not the center of their lifes. dan ya, itulah yang seharusnya terjadi karena aku juga harus menemukan kehidupanku sendiri.
aku teringat ucapan mama. mama ingin aku menikah agar ada seseorang yang menjagaku. beliau hanya ingin ada seseorang yang menjagaku karena beliau tau masing-masing kami akan berlayar ke pelabuhan yang berbeda. jadi apa aku bisa bertemu dengan seseorang yang akan berlayar menuju pelabuhan yang sama denganku?
ah sudahlah. aku ingin pulang dan memeluk mereka.
โSegala sesuatu yang ingin kau bawa ke akhirat, siapkan dari sekarang. Dan sesuatu yang tidak ingin kau bawa, tinggalkan dari sekarang.โ
โ Abu Hazim Salamah bin Dinar