♥
1 Allah (الله) The Greatest Name
2 Ar-Rahman (الرحمن) The All-Compassionate
3 Ar-Rahim (الرحيم) The All-Merciful
4 Al-Malik (الملك) The Absolute Ruler
5 Al-Quddus (القدوس) The Pure One
6 As-Salam (السلام) The Source of Peace
7 Al-Mu’min (المؤمن) The Inspirer of Faith
8 Al-Muhaymin (المهيمن) The Guardian
9 Al-Aziz (العزيز) The Victorious
10 Al-Jabbar (الجبار) The Compeller
11 Al-Mutakabbir (المتكبر) The Greatest
12 Al-Khaliq (الخالق) The Creator
13 Al-Bari’ (البارئ) The Maker of Order
14 Al-Musawwir (المصور) The Shaper of Beauty
15 Al-Ghaffar (الغفار) The Forgiving
16 Al-Qahhar (القهار) The Subduer
17 Al-Wahhab (الوهاب) The Giver of All
18 Ar-Razzaq (الرزاق) The Sustainer
19 Al-Fattah (الفتاح) The Opener
20 Al-`Alim (العليم) The Knower of All
21 Al-Qabid (القابض) The Constrictor
22 Al-Basit (الباسط) The Reliever
23 Al-Khafid (الخافض) The Abaser
24 Ar-Rafi (الرافع) The Exalter
25 Al-Mu’izz (المعز) The Bestower of Honors
26 Al-Mudhill (المذل) The Humiliator
27 As-Sami (السميع) The Hearer of All
28 Al-Basir (البصير) The Seer of All
29 Al-Hakam (الحكم) The Judge One
30 Al-`Adl (العدل) The Just
31 Al-Latif (اللطيف) The Subtle One
32 Al-Khabir (الخبير) The All-Aware
33 Al-Halim (الحليم) The Forbearing
34 Al-Azim (العظيم) The Magnificent
35 Al-Ghafur (الغفور) The Forgiver and Hider of Faults
36 Ash-Shakur (الشكور) The Rewarder of Thankfulness
37 Al-Ali (العلى) The Highest
38 Al-Kabir (الكبير) The Greatest
39 Al-Hafiz (الحفيظ) The Preserver
40 Al-Muqit (المقيت) The Nourisher
41 Al-Hasib (الحسيب) The Accounter
42 Al-Jalil (الجليل) The Mighty
43 Al-Karim (الكريم) The Generous
44 Ar-Raqib (الرقيب) The Watchful One
45 Al-Mujib (المجيب) The Responder to Prayer
46 Al-Wasi (الواسع) The All-Comprehending
47 Al-Hakim (الحكيم) The Perfectly Wise
48 Al-Wadud (الودود) The Loving One
49 Al-Majid (المجيد) The Majestic One
50 Al-Ba’ith (الباعث) The Resurrector
51 Ash-Shahid (الشهيد) The Witness
52 Al-Haqq (الحق) The Truth
53 Al-Wakil (الوكيل) The Trustee
54 Al-Qawiyy (القوى) The Possessor of All Strength
55 Al-Matin (المتين) The Forceful One
56 Al-Waliyy (الولى) The Governor
57 Al-Hamid (الحميد) The Praised One
58 Al-Muhsi (المحصى) The Appraiser
59 Al-Mubdi’ (المبدئ) The Originator
60 Al-Mu’id (المعيد) The Restorer
61 Al-Muhyi (المحيى) The Giver of Life
62 Al-Mumit (المميت) The Taker of Life
63 Al-Hayy (الحي) The Ever Living One
64 Al-Qayyum (القيوم) The Self-Existing One 65 Al-Wajid (الواجد) The Finder
66 Al-Majid (الماجد) The Glorious
67 Al-Wahid (الواحد) The One, the All Inclusive, The Indivisible
68 As-Samad (الصمد) The Satisfier of All Needs
69 Al-Qadir (القادر) The All Powerful
70 Al-Muqtadir (المقتدر) The Creator of All Power
71 Al-Muqaddim (المقدم) The Expediter
72 Al-Mu’akhkhir (المؤخر) The Delayer
73 Al-Awwal (الأول) The First
74 Al-Akhir (الأخر) The Last
75 Az-Zahir (الظاهر) The Manifest One
76 Al-Batin (الباطن) The Hidden One
77 Al-Wali (الوالي) The Protecting Friend
78 Al-Muta’ali (المتعالي) The Supreme One
79 Al-Barr (البر) The Doer of Good
80 At-Tawwab (التواب) The Guide to Repentance
81 Al-Muntaqim (المنتقم) The Avenger
82 Al-‘Afuww (العفو) The Forgiver
83 Ar-Ra’uf (الرؤوف) The Clement
84 Malik-al-Mulk (مالك الملك) The Owner of All
85 Dhu-al-Jalal wa-al-Ikram (ذو الجلال و الإكرام) The Lord of Majesty and Bounty
86 Al-Muqsit (المقسط) The Equitable One
87 Al-Jami’ (الجامع) The Gatherer
88 Al-Ghani (الغنى) The Rich One
89 Al-Mughni (المغنى) The Enricher
90 Al-Mani’(المانع) The Preventer of Harm
91 Ad-Darr (الضار) The Creator of The Harmful
92 An-Nafi’ (النافع) The Creator of Good
93 An-Nur (النور) The Light
94 Al-Hadi (الهادي) The Guide
95 Al-Badi (البديع) The Originator
96 Al-Baqi (الباقي) The Everlasting One
97 Al-Warith (الوارث) The Inheritor of All
98 Ar-Rashid (الرشيد) The Righteous Teacher
99 As-Sabur (الصبور) The Patient One
““They always say time changes things, but you actually have to change them yourself.””
—
We crave your time. We crave you in the quiet of a Sunday afternoon, in the thunder of a Thursday storm. We don’t need much, just bring us your heart, pinned to your sleeve. Just bring us your mind, cupped within your palms. Bring us your closeness, your unhinged ribcage, your dreams and your aspirations. Bring us the key to the world you hold within you, and we will explore it. We will always explore it. We crave your understanding. We crave the ability to be who we are — the over thinking, daydreaming, messy hearted human beings who have the loudest worlds tucked beneath their skin. We crave acceptance — your arms around us when we need to leave the party, a smile on your face as we walk towards the exit, a nudge that says “It’s okay to be drained. It’s okay.” We crave your patience. We crave time — time to figure out the feelings that jump and leap and shout inside us. We tread so deeply, we sometimes drown. Love overstimulates us, it plants seeds in our lungs and sometimes it gets hard to breathe. We crave permission to pluck the weeds from within our chests, we crave permission to learn how to wade in our depths, until we know how to swim. We crave your confidence in us, in our ability to dig up what we want to express to you. Because we do care, we do; we just want to be sure of ourselves, we just want to be sure of our heart, before we allow someone to make a home within us. We crave your distance. We crave room to stretch our limbs, soft moments where nothing is expected of us. This is how we connect with our softness, this is how we connect with our quiet. When this happens, we crave the ability to be alone without hurting you — without causing you to retreat into your mind; without making you believe that you did something wrong or that we have lost interest. Trust me — if we love you, we love you, but we crave your compassion, your empathy, because moments alone with our hopes and our dreams are just as important as the moments we spend with you. They are our strength. They are our comfort, our fuel, our paradise. But most of all, we crave your knowledge of us. We crave the way you see the small things we do as declarations of our love. See, when we do extroverted things with you, when we come out with you and dance with you and laugh out loud with you, we want you to know what that means. How we love seeing you happy. How it makes it all worth it, even if it makes us weary. And when we invite you into our heads, when we show you our favourite dog eared books or cry in front of you while watching our favourite movie, when we share with you these extensions of who we are, and what shaped the very foundation of our souls, we want you to know what that means. How hard that is for us. How we try for you. How we will always try for you.
@biancasparacino, This Is What Every Introvert Craves In A Relationship on Thought Catalog (via wnq-writers)
Tulisan ini sebenarnya ingin sekali saya keep, tidak saya sebar luaskan pada banyak orang. Kenapa? Karena menurut saya ini salah satu tips jitu utk lolos LPDP 😄
Tapi mengingat bangsa ini memang sangat membutuhkan gelombang anak muda yang bisa membangun dan membesarkan bangsa Indonesia tercinta, maka saya post di akun tumblr ini. Mungkin sudah banyak yang pernah baca ya? Tapi saya tak urung berbagi. Selamat membaca, selamat membangun! 😊
ANDA MEMANG PINTAR, TAPI…
Dalam tiga hari kemarin saya kembali berkesempatan mewawancarai pelamar beasiswa LPDP di Jakarta. Ini kali yang kedua saya mewawancarai mereka, setelah di Kupang beberapa bulan yang lalu. Ada perbedaan besar antara karakteristik pelamar di Jakarta dan Kupang. Exposure terhadap informasi, pengetahuan terhadap isu-isu kekinian, dan “mimpi” pelamar di Jakarta rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan pelamar di Kupang. Cara menilai diri dan menyampaikan keinginan juga berbeda, dan hal inilah yang ingin saya tulis kali ini.
Pelamar di Jakarta, dengan latarbelakang dari perguruan-perguruan tinggi terkenal, punya “mimpi” yang tinggi. Ekspresi mereka kira-kira seperti ini: “Saya punya kemampuan akademik tinggi, saya layak untuk bersekolah di Eropa, Australia, atau Amerika, dan dengan bekal pendidikan itu, saya akan membangun Indonesia!”. Self-esteem mereka tinggi, dan dengan nilai tinggi tersebut, mereka juga memasang target yang tinggi.
Bagus. Anak-anak sekarang memang harus didorong untuk melompat setinggi mungkin, lalu kembali untuk memberikan kontribusi bagi bangsa ini. Sayangnya, saya melihat ada yang kurang.
Saya sulit menjelaskannya dengan singkat tentang apa yang kurang tersebut, tetapi intinya antara self-esteem yang tinggi dengan apa yang kelak akan dikontribusikan seperti ada gap. Tidak nyambung. Beberapa pelamar yang bisa dengan lancar menceritakan rencana studinya, tapi mereka kesulitan untuk merangkai cerita itu dengan penjelasan yang logis tentang bagaimana mereka kelak dapat berkontribusi. Contoh: ada yang ingin belajar tentang renewable energy (RE) dan kelak ingin berkontribusi membangun infrastruktur RE untuk melistriki Indonesia bagian timur. Ketika ditanya caranya bagaimana, dia bilang dia akan membuat perusahaan RE dan membangun pembangkit-pembangkit mikrohidro di sungai-sungai di pedalaman Papua dan Maluku, lalu dengan itu dia bisa melistriki desa-desa. Oh come on boys, sebaiknya kalian turun ke bumi dan melihat realitas yg ada.
Inti pembicaraan saya adalah, self-esteem tinggi yang tidak diikuti dengan kontekstualisasi hanyalah asesoris tak bermakna. Potensi yang dimiliki seseorang hanyalah bernilai dan bermakna ketika menemukan saluran yang pas: bagaimana potensi itu bisa membawa kebaikan bagi lingkungannya. Meski anda pandai, tapi kalau tidak bisa bermanfaat, ya hanya cocok untuk jadi asesoris pajangan saja :D
Dan di sinilah poin yang paling penting: kontekstualisasi potensi hanya bisa dilakukan dengan kerendahan hati (humble). Kerendahan hati diperlukan untuk bisa melihat potret lingkungan sekitar dengan jernih dan mengidentifikasi apa yang mereka perlukan. Kerendahan hati akan menumbuhkan empati dan pemahaman terhadap lingkungan, dan dari sini baru kemudian bisa lahir solusi-solusi yang masuk akal, realistis, dan implementable. Tanpa kerendahan hati, yang ada hanyalah “aku”, perspektifnya adalah “sudut pandangku”. Dari fokus yang keliru, bagaimana bisa muncul solusi yang efektif?
Kepercayaan diri yang berlebihan (overconfidence) juga tidak baik, karena itu bisa “membutakan” dan membuat tidak mampu menerima saran yang baik. Dalam interview, kadang pewawancara melihat bahwa keahlian yang akan dipelajari sebenarnya tersedia di dalam negeri, tetapi pelamar ngotot untuk ingin bersekolah di luar negeri meskipun sudah diberi pengertian. Mau belajar manajemen teknologi tepat guna kok sampai ke Oxford, Inggris. Pewawancara sebenarnya oke-oke saja jika memang ada argumentasi yang solid untuk kengototan itu, tetapi kalau ngototnya semata didasari oleh kepercayaan diri bahwa “saya layak sekolah di LN” atau hanya dengan alasan “dengan sekolah di LN saya akan mendapatkan wawasan baru”, itu yang tidak bisa diterima. Ingat ya mas dan mbak, beasiswa LPDP itu berasal dari duit rakyat.
Jadi bagi para generasi muda yang akan melamar beasiswa, rendahkan hati anda. Lihatlah problem-problem di sekitar anda, lalu refleksikan ke dalam diri dan bertanyalah, apa yang bisa anda lakukan. Selanjutnya, buatlah rencana yang logis dan realistis. Memang, kalian pasti belum bisa membuat rencana yang rinci dan lengkap dengan segala kompleksitasnya, tetapi menempatkan diri kalian beserta potensi yang kalian bawa pada konteks permasalahan, lalu berikan yang terbaik yang kalian miliki, itu sudah cukup. Kami bisa kok, melihat dan menghargai usaha seperti itu. Kembali ke contoh di atas, setelah kalian balik dari luar negeri membawa ilmu tentang manajemen RE, ceritakan saja bahwa kalian akan bergabung dengan LSM yang bergerak di bidang energi untuk rakyat dan bersama-sama dengan mereka mencari cara yg lebih baik untuk memberikan akses listrik yang lebih baik bagi masyarakat. Sesederhana itu saja sudah cukup bagi kami untuk bisa melihat bagaimana kelak anda akan berkontribusi.
Intinya, LPDP tidak mencari sosok-sosok muda yang pintar saja. Yang dicari LPDP adalah insan muda yang pintar dan mampu menggunakan kepintarannya untuk membantu bangsa ini. Satu hal lagi. LPDP juga perlu diyakinkan bahwa pelamar memang benar-benar tulus dan serius dalam menyiapkan kontribusinya. Urusan meyakinkan ini juga tidak mudah, karena memerlukan bukti, sementara kontribusi baru akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam kondisi seperti ini, yang kemudian dilihat adalah track record, konsistensi pola, dan gesture.
Kalau bilangnya kelak ingin membangun sarana kelistrikan bagi masyarakat pedesaan tapi tidak punya pengalaman dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, ya jelas sulit bagi siapapun untuk percaya. Kalau inginnya menjadi dosen tetapi saat wawancara menunjukkan pola-pola komunikasi yang tertutup, ya jelas orang akan meragukannya. Dan ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan intonasi bicara kadang juga bisa menunjukkan ketulusan dan keseriusan seseorang.
Jadi sebenarnya studi lanjut (apalagi dibiayai beasiswa) itu adalah sebuah kegiatan yang seharusnya dirancang sebagai bagian dari perjalanan hidup. Studi lanjut bukanlah kegiatan sambilan atau sesuatu yang bisa dilakukan mumpung ada kesempatan. Ia perlu disiapkan. Ia perlu didukung oleh pola-pola kegiatan sebelumnya yang konsisten. Dan ia perlu ditindaklanjuti dengan kontribusi nyata bagi bangsa.
Jangan sampai LPDP menganggap pelamar memandang beasiswa sebagai kesempatan untuk “unpaid leave” atau “jalan-jalan gratis”. Jika seperti ini niatnya, percayalah, studi lanjutnya tidak akan berkah, karena beasiswa LPDP hakikatnya adalah amanah dari seluruh rakyat Indonesia.
Ditulis oleh: Pak Lukito Edi Nugroho, salah seorang dosen JTETI UGM yang menjadi pewawancara LPDP.
Sumber : Human Development
Alhamdulillah . . Masih banyak Tuhan ciptakan manusia jujur Manusia yang tidak terkalahkan oleh nafsu sesaat akan gemerlapnya dunia. Mereka yang masih berpegang teguh terhadap akidah dan masih merasa takut dengan janji Tuhan daripada janji hukuman manusia. Alhamdulillah . . Masih banyak Tuhan ciptakan para pemikir yang tidak fakir terhadap Ilmu pengetahuan yang masih peduli terhadap nasib bangsa yang masih membela Negara melalui tetesan tinta maupun keringat. Alhamdulillah . . Masih banyak Tuhan ciptakan Lelaki dan Wanita yanv menjaga kesucian dan kehormatannya. Lebih takut kepada Tuhan daripada Takut terhadap omongan manusia. Alhamdulillah Tuhan masih menjaga mereka, Tuhan masih memberikan mereka untuk menyadarkan bahwa mereka ada dan janji Tuhan adalah pasti untuk setiap pekerjaan akan mendapatkan balasan yang sebanding .
Bambu, hampir tak terlihat selama 5 tahun pertama hidupnya, karena 'sibuk' membangun sistem perakaran yang kokoh di bawah tanah sebelum menjulang puluhan meter ke udara.
.
Kadang perubahan sering muncul ketika kita berhasil melewati ambang batas kritis dan membuka performa baru. Kadang kemajuan yg diharapkan akan dihasilkan secara linier tidak akan menampakkan hasil dalam minggu atau bulan pertama dan ini yg sering membuat frustasi dan merasa jalan di tempat.
.
Namun, seringkali yg dilihat dan yang dibangun bukan kebiasaan namun berorientasi terhadap hasil, sehingga mudah sekali menghentikan kebiasaan baik yg telah dimulai.
.
Karena, untuk mendapatkan perubahan yg bermakna kita perlu memperhatikan kebiasaan yg konsisten dan cukup lama.
Are you ready for the next chapter?
Awal tahun adalah hari yang baru sekaligus perubahan haluan langkah hidup . Dit, harus bisa tenang ini adalah ujian dari Allah . Jangan takut hidup mati rezeki jodoh ada di genggaman Nya. Allah mau lihat usaha didit, Allah mau lihat doa didir dan Allah mau lihat seberapa besar kecintaan didit pada Nya. Jadi Muslimah gak boleh galau ya sayang, ini ujian. Didit insyaallah bisa. Allah selalu di hati Alhamdulillah yaa Allah Allah sayang didit 😇🤗
Mesikipun rasa ini masih jauh ku rahasiakan, namun di dekatmu adalah damai yang terasa. Selain menghadapkan diri disetiap sujud padaNya, hal lain yang membuatku nyaman dan kembali bergairah adalah senyuman mu. Berdebat dengan mu adalah hal-hal yang membuatku semakin merasa indahnya takdir Tuhan mempertemukan mu dan aku di negeri antah berantah ini. Semoga disetiap skenarioNya aku selalu bisa berada satu cerita dengan mu, dan bisa hidup kelak bersama mu. Terimakasih, setiap hari ku ada kamu, dan setiap hari kini aku selalu meminta agar kau tidak membuang kenangan ketika berada di dekat ku. Karena senyuman mu semangat ku, bang.
I regret to be your sister If my behavior or acts sometime --that you saw-- create you to be rough. I thought its not simply to be the youngest, right? The best away to give you the good ways are with the good manners. Be the girl who comfort with yourself and have your own characters. I hope you're really really enjoy with me as your only one sister and be your best friend ------ do not affraid to talk to me about everything 🌼 Althought sometimes am super bad and cruel with you 🐺 Yea girl i recognize you were super cute and preety than i am 😒😌 But i heart you my princess LENGGO GENI PUTRI as know as LANI 😘
Mimpi ku dahulunya ingin menjadi lulusan terbaik di Universitas Negeri Jambi tempat dimana aku menimba ilmu sekarang. Mendapat gelar S.Hut dan lulus 3,5tahun dahulu adalah mimpi ku. Akantetapi dari 2011 hingga hari ini belum juga dapat aku raih S.Hut itu.
Bukannya aku ingin melakukan perbandingan dengan jurusan lainnya. Akantetapi menjadi seorang sarjana kehutanan tidak semudah yang aku bayangkan. Ditambah lagi dengan dosen-dosen di fakultas ini yang menuntut untuk serba sempurna. Mereka tidak menginginkan kami menjadi sarjana-sarjanaan. Sehingga menimbulkan rasa ketakutan tersendiri di dalam diri setiap mahasiswa. Sebenarnya tidaklah begitu menakutkan dan tidak begitu sulit apabila kita mumpuni untuk setiap kriteria yang ditetapkan.
Meskipun tamat 3,5 tahun tidak mungkin lagi aku dapatkan setidaknya 2015 ini adalah tahun dimana aku harus menyandang gelar S.Hut.
Ingin setegar Ibunda Khadijah R.A binti Khuwailid, secerdas Aisyah binti Abu Bakar| Pencari Ridho-Nya dan Pengagum umat terbaikNya Rasullah Muhammad SAW♡ Punya mimpi untuk menjadi orang berguna
242 posts