Alhamdullilah pelan-pelan yang penting berprogres
Allah aku memohon kemudahan dariMu 🤲🙏
First, love yourself. These words aren’t merely part of some feel-good slogan; in a modern, hyper-commercialized world where we have become the product, society is filled with messages preying on our insecurities. Telling us why we aren’t good enough, why we aren’t thin enough, why our eyebrows are too sparse to ever consider ourselves beautiful, why we need to wake up at 4 a.m. to go to the gym and squeeze productivity into every second of the day, all slapped under the guise of self-improvement. These messages are addicting for the promises they contain: if we just eat a little more salad, if we could just lose a few more pounds, we can finally be happy. It’s a double-edged sword. Know that you are a fluid being. You are not a stagnant lump of rock; you are a living, breathing, growing human being, and you are the sum of your choices and experiences. But also: know that you are enough. Yes, you with all your beautiful flaws and messy imperfections and awkward pauses and craving for carbs or whatever else is supposed to be evil these days. You are more than enough, right now. You are beautiful and you deserve to be happy in your own skin Embrace all the insecurity. We built with incredible and unique character that does mean, there no creature on earth as same as you. We merely need to be process our mine and always move. Thriving our skills become master in that field. No one better than anyone else if we talk about skill. Go ahead and rich your dream! Just run. If one day you will found that you lost and getting so sad. Everything was so mess. Remembered that I would tell yourself that heartbreak is a result of reality falling short of my own expectations —dreams that crystallized into something I thought I deserved so badly that I could almost taste them — rather than a sign to retreat into a cold shell, wrapping my heart inside layers of artifice.
Go ahead everyone. Always believe and pray.
Ya Allah mampukanlah hambamu ya Alalh
Aku dan Hafalan Al Qur'anku
— — — — — —
“Aku sibuk…”, kataku.
namun ternyata aku masih punya waktu untuk berselancar di media sosial, nulis status, update story, share ini dan itu, berkomentar sana sini, berbalas pesan, bahkan jalan-jalan dan olahraga ketika liburan.
“Tapi itu kan bukan kewajiban…”, Jawabku.
Padahal aku sudah paham kemuliaan menghafal Al Qur'an, derajat tinggi yang Allah sediakan bagi para penghafal Al Qur'an.
“Aku sulit menghafal…”, Tambahku lagi.
Padahal Al Fatihah dan surat surat pendek bisa kuhafal. Bukan, bukan karena sulit menghafal, sebetulnya ini lebih ke masalah tekad dan kemauan. Pun, seandainya betul sulit untuk menghafal, bukankah ini akan membuatku terus berinteraksi dengan Al Qur'an?
“Hafalanku lama sekali bertambahnya…”, Sanggahku kali ini.
Padahal, seandainya pun aku mati dengan belum menyelesaikan hafalan Al Qur'an, setidaknya aku mati dalam keadaan berusaha. Usaha yang tak akan sia-sia, jika ikhlas, Allah pasti akan memberikan pahala.
Ah, memang begitulah diriku,
Selalu banyak alasan untuk tidak menambah hafalan Al Qur'an.
Ustādz Boris Tanesia hafidzahullāh
Sewaktu main ke Bali, saya menginap di rumah mewah kawan orang Hindu. Dia baik sekali menyiapkan segalanya untuk saya. Lain lagi dengan kawan baik saya yang satu lagi, dia juga Hindu. Teman diskusi ke-HI-an. Waktu ke Jogja pas libur Natal, saya main ke rumah saudara teman yang keluarganya ada yang Kristen. Malam itu kita makan di sana. Dan, semua keluarganya dengan inisiatif memberikan saya makanan halal. Tanpa sedikitpun saya berkata apa-apa.
Sampai sekarang hubungan saya dengan kawan-kawan nonmuslim baik-baik saja, meski saya tidak pernah mengucapkan ini-itu ke mereka. Saya pun tidak mengharapkan ucapan apa-apa dari mereka. Saya tetap bertahan dengan prinsip saya; akidah itu harus digigit sekuat tenaga.
Saya tidak tahu kenapa isu toleransi begitu menguat belakangan? Apa gegara satu orang penghina agama? Sebelum itu kita baik-baik saja. Saya merasa tingkat toleransi orang Indonesia itu tinggi. Saya bisa menjadi saksi ini semua. Well, kita juga bisa menjaganya. Bukankah sudah cukup dengan satu ayat; untukmu agamamu, untukku agamaku. Kurang simpel apalagi itu ayat? Kurang eksplisit apalagi itu kalimat? Toleransi.
Allah tidak pernah sekalipun ingkar janji, kepada saya yang pendosa ini saja, Allah begitu sabar dengan dosa - tobat - berdosa lagi- bertobat lagi, begitu berulang-ulang setiap saat.
Allah tak pernah ingkar janji, selalu mencukupi rizki pada mereka-mereka yang tidak percaya kepadaNya, kepada mereka yang mempertanyakan eksisntensiNya
Allah tak pernah ingkar janji kepada mereka yang mengimani, kepada mereka yang sangat tangguh untuk bersabar dan teguh dijalanNya
Alllah tak pernah ingkar janji pada rizki dan hikmah kepada masing-masing makhluk.
Ingat Nis,
Allah tak pernah ingkar janji.
I want you and i Stand up at the middle of night There no space between us Just light of full-moon Can separated us We stand with full of light In the middle november Just you and i
Sudah banyak orang bicara perihal pahitnya kehidupan. Bahkan tak sedikit yang bercerita sampai berbusa, seakan-akan dia orang paling sengsara di dunia.
Sudah banyak orang berbagi pengalaman, bagaimana ia pernah terjatuh, bangkit, jatuh lagi, lalu bangkit lagi.
Kita pun, tak kurang referensi bagaimana kiat-kiat menghadapi sulitnya hidup, pahitnya kegagalan, atau beratnya perjuangan menggapai kesuksesan.
Tapi tahukah kamu, apa yang paling pilu dan menyakitkan di dunia ini tapi belum pernah ada satu orang pun yang berbagi pengalaman tentang itu sebelumnya?
SAKARATUL MAUT!
Jika mau lihat mata paling pesimis, lihatlah mata orang sakaratul maut.
Saat itulah dirasakan sakit yang teramat sakit. Mata membelalak, entah karena kesakitan, atau karena dipenuhi penyesalan. Lidah tercekat, tak sempat ada kata maaf dan terima kasih, atau sekadar ucapan selamat tinggal untuk orang-orang tersayang.
Datangnya tiba-tiba. Ingin teriak meminta tolong, tapi siapalah manusia yang bisa menolong. Dokter dan pengobatan terbaik pun, tak ada yang sanggup menolong.
Sebaik-baiknya manusia, tak ada satu pun yang luput dari perih dan sakitnya sakaratul maut.
Lantas bagaimana kita yang kurang ilmu, sedikit amal, banyak mau, dan banyak mengeluhnya ini?
Taufik Aulia
" me time"
Sukron kak danny
Jangan meninggalkan goresan pada hidup seseorang, apalagi melukai hatinya, apalagi jika ia seorang perempuan
- Danny Dzul Fikri
ASTAGFIRULLOHALAZDIM. Terima kasih kak nisaa sudah mengingatkan
Kamu gak boleh rapuh, hanya karena seseorang yang kau inginkan bersama nya ternyata memang sudah jelas, tak pernah menaruh hati pada mu. Kamu gak boleh sampai memaksakan, mencari jalan yang keliru agar ia suatu hari mau bersama mu. Ingat, apa-apa yang Allah tidak sukai, tidak ridhai, akan sebabkan hilang barakah nya hidup yang dijalani. Ikhlaskan, agar ruang penerimaan di hatimu semakin membesar, percaya lah bahwa kamu akan tetap baik-baik saja walau tidak bersama nya. Jangan memilih kecewa lebih dalam, karena menautkan harapan pada insan.
Kamu gak boleh rapuh, hanya karena seseorang yang kamu tunggu jauh-jauh hari, ternyata sudah lebih dulu memilih yang lain untuk mendampingi. Sebab berarti, ia memang bukan yang terbaik untuk mu, ia bukan jodoh yang Allah tuliskan untuk bersama mu. Percaya lah, ada seseorang yang sedang Allah siapkan untuk mu. Mungkin kau akan bersedih, itu manusiawi, namun jangan berlarut, jangan bikin wajah mu sampai berbulan-bulan cemberut, apatah lagi sampai bikin hidup mu semrawut, jangan, kamu gak boleh serapuh itu.
Kamu gak boleh rapuh, hanya karena kamu merasa orang-orang yang dulu ada di dekat mu seolah pergi ditelan angin. Kamu gak perlu sampai merasa sendirian, ngerasa gak punya temen curhat, ngerasa permasalahan yang kamu hadapi paling berat sedunia, kamu gak perlu rapuh. Siapapun dan apapun di dunia ini pasti akan pergi, itu memang sunnatullah. Justru harusnya kamu jadiin momen ini tuh bahan evaluasi diri, andai ngerasa serapuh itu ditinggal oleh manusia, terus kenapa gak bisa ngerasain hal yang sama ketika jauh dari Allah ? Bayangin, kamu selalu mencari seseorang untuk kamu bisa berbagi cerita, tapi kamu sering lupain Allah, kamu lupa kemana seharusnya kamu bersandar.
Kamu gak boleh rapuh, hanya karena apa yang kamu harapkan tak sesuai dengan ingin mu. Kesedihan dan kebahagiaan itu dipergilirkan seperti siang dan malam. Andaikan manusia terus di berikan kebahagiaan, mungkin takkan pernah ingat barang sedetik pun pada yang menciptakan, pun lupa kemana akhir dari tujuan kehidupan. Jika diberi kesedihan pun masih sering lupa, masih sering tidak menerima, lalu apa yang sebetulnya kamu ingin kan ? Adanya ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan adalah untuk mendidik diri, yang seringkali lemah saat diuji dengan keduniaan.
Langitkan selalu prasangka baik mu pada Nya, agar lekas Allah sembuhkan hati mu yang sedang ditimpa duka. Allah Maha baik, akan Allah gantikan semua dengan yang terbaik, percaya lah :)
Bandung, 06 Januari 2019