Traveling is about anything we can take something new. Something differrent. Something better. Something important to more esteem your life :) #traveling #life #indonesia #better
Aku sedang senang mendengarkan podcast akhir-akhir ini. Sempat terpikir untuk membuat konten yang sama karena so for terlalu banyak suara-suara yang tertahan dari orang-orang yang memiliki pikiran terbuka dan visioner. Belakangan, kembali banyak hal-hal tidak penting yang justru menjadi topik yang diangkat berulang-ulang. Salah satu yang menarik perhatianku dari pembicaraan di salah satu podcast adalah tentang keegoisan berkarya. Man, emang ya manusia di mana-mana itu selalu diikuti sama egosentrisnya. Mau lo pengikut setia Hierarki Maslow atau penolak habis-habisan karena hidup tidak cuma tentang afeksi. Terserahlah. Intinya bukan itu, intinya di sini adalah bahwa dalam menciptakan sebuah karya perlu diikuti dengan keegoisan bahwa value yang akan lo sampaikan itu memang harus tersampaikan. Berbagai motif orang yang menjadi kreator-kreator konten positif (negatif juga) atau cuma sekedar penyedia layanan untuk memberikan sebutlah pencerahan. Dari mereka-mereka itu harus memegang egoisme. Mungkin maksudnya adalah idealisme? Bukan, bukan. Kreator mungkin tidak perlu melibatkan terlalu jauh kehidupan pribadinya dalam karya yang dia buat (secara idealisme adalah representasi general sekaligus privat dari diri seseorang, menurutku). Dia bisa menyinkronisasi dengan apapun, entah itu common knowledge atau hal-hal logis yang sebenarnya cukup mudah tetapi orang perlu bertanya dulu untuk disadarkan. Dan kenapa mereka perlu egois adalah masalah teritori dan pertanggungjawaban. Science yang menyediakan placeholder untuk orang mau menerima atau tidak mungkin tidak sebanding jika dikomparasi dengan konten yang coba disampaikan oleh kreator tersebut. Tetapi, membicarakan diri manusia yang terbatas atas ruang dan waktu maka seseorang (as a creator) perlu menjadi egois untuk mempertahankan value yang coba dia sampaikan. Seorang kreator tidak seharusnya goyah akan hal-hal yang tidak prinsipil. Kalau kedepannya ada perubahan dalam konten yang disajikan pun, itu hanya akan dinilai bukan sebuah inkonsistensi tapi orang tersebut berkembang. Aku rasa semua orang punya prinsip (terlebih yang menamakan dirinya adalah seorang kreator) dan perlunya bersikap egois adalah karena dia membawa pesan khusus yang berharap nantinya akan dijalankan oleh orang yang menikmati kontennya. Terlepas dari baik dan buruk penerimaan orang lain, seorang kreator juga membawa sebuah tanggungjawab dari dampak yang mungkin ditimbulkan. Oleh karenanya dengan sikap egois itu banyak feedback juga yang akan dia terima. Boundaries dia akan semakin terlihat bahwa oh ini impact gue dari konten yang gue sajikan. Dan egois juga berkaitan dengan fabricated bahwa pikiran yang dia punya harus mendunia. Egois membawa lo tetap dalam jalur yang sesuai. Bahwa pikiran lo itu menarik dan dunia perlu tahu. Dan itu adalah hasil yang positif dari sebuah egoisme.
Dandelion masih menebarkan bulu-bulu halus di kala senja angin ingin menetap pada sebuah peraduan. Aku menulis tentang senja kala pagi. Dan aku sedang menyayangkan sesuatu. Kenapa lagi harus ada kehadiran semacam ini?
Dulu pun tidak, sekarang pun pasti tertebak. Ada relung getir saat aksara yang terangkai secara penuh itu menjalar dan memenuhi ilusi otak. Kamu tidak baik. Kamu baik, tapi tidak untukku. Atas nama Tuhan aku pernah banyak berucap doa, bahwa aku ingin dibuat lupa atas sebuah kesiaan menyebut namamu.
Ada dua hal yang menyakitiku dengan sangat dalam. Semuanya tentang kebaikan. Dan terkadang manusia memang diciptakan dengan hierarki Maslow. Tidak ada secuil pun harap bahwa torehanku akan menjadi tolehanmu. Dan aku kembali sakit dalam angan. Karena dua hal tadi. Satu, karena kamu jauh melesat maju. Dua, karena kamu menyuratkan ketegasan pada Tuhan tentang sesuatu. Usai lah aku yang sedang berada jauh di persimpangan jalan.
Untuk kamu, kamu bahagialah dalam kebaikanmu.
Ini adalah ucapan selamat tinggal.
Aku sering membaca kata bijak, cerita menyedihkan dan motivasi setinggi langit. Tapi tak ada yang berubah. Ada, saat itu. Menangis minimal. Tapi setelah itu, lagi-lagi pecundang. Huh! Ada apa dengan ‘tidak ada perubahan’?
Ini jawabannya :)
Bertemanlah dengan Kegagalan. Karena di setiap sebuah karya besar, ada ribuan kegagalan di baliknya. Kita hanya tidak memperlihatkannya. Jika kita tak pernah gagal, tak pernah salah, darimana kita belajar? Berhenti menyalahkan diri sendiri.
Komik nasehat ini dibuat dengan seniman sebagai contoh. Namun, pesannya berlaku untuk setiap aspek:
Sukses adalah tanda kamu siap mempelajari sesuatu yang baru. Gagal adalah tanda bahwa kamu sedang mempelajari sesuatu yang baru. Bertemanlah dengan kegagalan dan bebaskan dirimu dari kritikmu sendiri.
Masa lalu selalu membawaku kembali Kembali menjadi orang yang dulu kubenci Masa lalu selalu membawaku kembali Kembali mengingat kesakitan akan sebuah kenyataan Masa lalu selalu membawaku kembali Kembali merasakan bahwa semuanya tak seindah yang kubayangkan Aku sudah hidup di masa depan dari masa lalu Aku tidak tahu, antara keduanya mana yang lebih baik.
Iya, aku bertanya pada buku di rak itu. Mereka memang proses, hanya menemani tapi bukan untuk bertahan di sisi. Hanya mendampingi tanpa mampu memutuskan.
Menulis mungkin memang ekspresi diri yang membuat bahagia. Seharusnya tidak terbelenggu apapun. Banyak kebebasan yang bisa menjadi privilese seseorang dalam menulis. Tapi, saat berada dalam posisi membandingkan antara karyanya dan karya orang lain akan muncul persepsi baik dan kurang baik. Lalu, saat dirinya berada dalam kondisi kurang baik seharusnya adalah mencari pertolongan dengan membaca lebih banyak buku. Bukan mencari pembenaran dengan kuantitas yang membaca sama dengan kualitas isinya. Padahal dia sendiri sadar kalau itu hanya penyangkalan.
nauraini
Ya aku mau saja bicara tentang merdeka. Tapi selama masih ada belenggu nyata yang belum ditemukan formulasinya, aku tunda dulu sampai aku menjadi bagian dari perubahan itu.
Nau
I am not sunshine and peace like you. I am thorns and lightning and brewing rage. I am the lost cause in trailing thoughts, battles abandoned, apologies that never make it past the lips. But I am powerful. I am silently, painfully, gloriously powerful, and I have exceeded glowing sunlight and warm touches by sheer force, nothing but will. I will never love you again. You are a whisper of the past that died in the wind. You are a proclamation of peace silenced by growls.
I am beyond you in every way. You, a moment of weakness in a vicious ascent towards a frenetic future (via multa--paucis)
Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts