INI INI! :')
5 Ways to Control your Tongue in Ramadan and beyond… inshallah
Dini hari yang selalu panjang. Ku habiskan dengan renungan yang mudah terlupakan. Duhai malam kelam yang disambut gelap dini. Aku selalu ingin bercerita. Tapi angin selalu berbeda. Atmosfer ini membuatku sesak. Lelah aku berkejar bayang mencari sebuah titah. Mungkin memang harus kujaga sendiri. Bayang-bayang kelam yang tak selamanya sesak. Bayang-bayang kelam yang merindukan terang.
I don't do reseacrh or just simply search for something destructives. Cause my life so much full of something that i doesn't know yet. Too precious to taking care of people thingking mostly in negativity verbs. And I won't let my self to refused all things about thingking of that. Just say that that my tips to control my self never thingking back negativity. Too much transformation in people life. Everything heck happen to our life, just make sure that you taking full of responsibility. And no one doesn't know and can't rate you low. So much hatred happen lately because of social standard that you live in. People just forget that you have your own life to live. In order you doesn't disturb and disadvantegeous people in personal tho, you good and fine. Mostly i'm thingking why people can't live with purity constructive themselves and respect for the others? Like who are you rightful to judge someone you doesn't know? Even you're people closed, you not justified to do that. One thing you can do is give them constructive suggestions. Not suddenly judging and spread hatred. People, still human have heart inside. It can hurted by just one word. Like stop being judge people especially in their personal life. If you so much care, ask them and then give them some suggestion. If you stop or continuing your judging, you get nothing except an other harted. Maybe quote from Pramoedya can related with this situation, "Be fair since your mind."
Above Man’s war-wracked world a veteran throng Of singing spirits gather in the air Called from the Poets’ Heaven to take their share In Right’s impending victory over Wrong. Far in their van the Eagle Eye of Song Looms o’er Ravenna, where he died, and where He saw God’s Freedom in the dazzling glare Of visions, which to every race belong. Him his redeemed, united Italy —Her Alps new crowned with Monza’s iron band, Her Hadria wedded with her Doge’s ring —Hails as the Prophet-Bard of Liberty; And bids the free of every tongue and land Join in her Ave, and their tribute bring.
Membaca dan bepergian. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa yang dibaca adalah sebuah kebenaran. Reflektif.
Apabila Allah SWT membunuh perasaan jemu pada jiwamu terhadap makhluk-makhlukNya, sesungguhnya Allah menghendaki dan membuka pintu kemesraan untukmu dengan-Nya.
Ibnu Atailah
Aku ngerasa banget sih kalau minat baca di Indonesia itu rendah banget. Aku ngomong setelah lihat data. Tapi asumsi awam juga bakal nunjukin itu sih dengan melihat betapa sepinya perpustakaan. Toko buku untungnya masih ramai. Entah kenapa rasanya segitu susahnya menumbuhkan rasa cinta akan ilmu pengetahuan. Padahal kalau mereka rajin baca kan secuil pun nggak ada ruginya. Malah keuntungannya bisa berkelanjutan untuk dirinya sendiri terlebih untuk orang lain kedepannya. Karena ilmu juga nggak akan pernah habis.
Cerita dipersingkat dengan adanya diversifikasi produk untuk mengakses ilmu pengetahuan. Sampai sekarang masih banyak sih penggalangan buku untuk berbagai perpustakaan di daerah-daerah. Itu adalah sesuatu yang sangat positif dan sangat perlu membuka akses semua orang akan ilmu pengetahuan atau pendidikan. Aku nggak ngerti ya hitung-hitungan secara sistematis, tapi di kepalaku muncul pop up bahwa seharusnya akses itu dibarengi dengan akses teknologi.
Kenapa teknologi begitu penting? Ya sekarang jamannya internet. Dan dunia dalam kurun waktu sepuluh tahun saja sudah berubah sangat drastis. Apa ada jaminan bahwa buku yang didistribusikan ke daerah-daerah itu masih relevan? Bukannya mau bilang bahwa ilmu itu akan sia-sia, bukan. Tapi perlu ilmu yang mutakhir dan terkini juga karena yang akan dihadapi oleh banyak orang adalah masa mendatang, bukan masa lalu.
Dengan teknologi, akses ilmu pengetahuan akan langsung bisa dikonfirmasi apakah masih relevan atau tidak. Contoh dari akses terhadap ilmu pengetahuan adalah adanya perpustaan digital. Kalau tidak salah di Indonesia diinisiasi oleh Pemerintah Jakarta dengan mengeluarkan aplikasi bernama iJakarta. Di iJakarta terdapat begitu banyak buku dari berbagai katagori seperti Sejarah, Agama, Filsafat, Fiksi, BSE dsb dan semuanya gratis. Hal tersebut adalah transformasi yang sangat positif bagi dunia pendidikan. Tapi sayangnya gaung iJakarta ini masih belum terdengar secara luas. Selain itu secara teknis juga masih perlu banyak pembenahan. iJakarta ini secara positif juga memberikan apresiasi kepada penulis dengan cara memberikan ruang kepada penerbit-penerbit untuk memberikan akses ebook-nya di Jakarta yang mana orang lain juga dapat mendonasikan untuk setiap buku yang ada di sana. Sehingga bisa menjadi bagian dari royalti untuk penulis. Secara detailnya mengenai iJakarta aku juga kurang paham. Tapi yang jelas bahwa iJakarta mestinya dibawa ke ranah yang lebih luas dengan akses yang tidak terbatas.
Selain tentang iJakarta, yang ingin kutulis di sini adalah tentang Audiobook. Audiobook adalah rekaman dari isi buku yang dapat diakses melalui perangkat audio. Sudah lumayan lama aku mendengarkan audiobook dari berbagai cerita. Yang terkenal dan sering didengar adalah Kindle dari Amazon. Tapi tentu saja itu berbayar. Kabar baiknya, ada audiobook yang bisa diakses secara gratis. Namanya adalah LibriVox. Librivox adalah free public domain audiobook. Di dalamnya banyak sekali audiobook dari buku akademik, biografim sejarah, filosofi maupun cerita fiksi yang terkenal dari William Shakespeare, James Joice, Helen Keller, Kate Chopin, Eleanor Gates dan masih banyak lagi. Dan semuanya bisa diunduh secara gratis. Audiobook di Librivox direkam oleh para volunter dan dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Sangat amat super keren!
Tentang audiobook ini, aku sangat berharap bahwa Indonesia mulai berpikir sevisioner ini untuk menambah akses terhadap ilmu pengetahuan semakin mudah. Dan semuanya bisa dimulai dengan mempersiapkan teknologi yang layak. Karena tidak ada yang lupa bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tugas dari negara.
Masih saya merasa ada yang aneh. Ini tidak tahu kenapa semakin hari semakin saja banyak yang menggajal. Sesak rasanya. Saya tahu ini sedikit banyak karena cerita-cerita itu. Sesak karena banyak sekali yang belum saya tahu. Tapi yang membuat saya geram adalah saya sesak tentang hal yang berbau 'bukan kesederhanaan'. Lalu semuanya mengabur dan itu semakin menempel di sela-sela sel otak yang bodohnya semakin membuat resah dan gelisah. Aaaaah... Jujur saya benci perasaan ini. Perasaan keingitahuan yang entah bagaimana cara mewujudkannya. Bukan hanya sekedar tahu tapi benar-benar ingin tahu. Ya Allah jangan bebankan ketidaktahuan ini menjadi sesuatu yang menggerogoti jiwa. Sungguh, ketidaktahuan ini membuatku sangat lelah. Bagaimana kalau ketidaktahuan ini selamanya tidak terjawab? Apakah saya akan menjadi gila?
Pada saat kita sudah berada di titik terendah, hanya ada satu jalan yang bisa dilalui. Yaitu jalan kembali ke atas!
Noah The Movie
THIS!
(via firranayana)
INI!
I have noticed even people who claim everything is predestined, and that we can do nothing to change it, look before they cross the road.
Stephen Hawking
Human behavior flows from three main source : desire, emotion, and knowledge. The only true wisdom is in knowing you know nothing-
233 posts