Perasaan gak tenang karena dibenci orang itu manusiawi, kalau dalam bahasa syaksiyah Islamiyyah, udah part of naluri mempertahankan diri, manusia hidup ada eksistensi yang mereka kejar namanya mengejar eksistensi tentu ada pengakuan didalamnya, kita butuh diakui toh? dibenci orang? ya bisa mengganggu eksistensi dong.
Dulu saat saya masih aktif askfm, banyak banget kalimat-kalimat kebencian yang masuk ke question box saya, kadang saya baca kadang saya hapus tanpa menjawabnya, enak gak enak sih baca komentar orang itu mulai dari yang lemah lembut sampe ke yang kasar.
Dari sanalah saya belajar bodo amat dengan komentar orang tentang apapun yang saya posting, selama gak ngelanggar syariat, gas aja.
Beberapa selebgram idola para remaja yang juga perusak moral anak bangsa gak ada malu-malunya menunjukkan kehidupan yang sesat dan kekufuran pada Allah, kenapa kita yang mau taat malah ketakutan dengan komentar orang?
Whatever we do kalau ada orang yang ngebenci diri kita, ya kita tetap bakal dibenci terlepas apapun yang kita lakuin.
Beda ketika yang dibenci adalah perilaku kita, maka kalau kita berubah sesuai dengan seleranya, orang itu tidak akan membenci tapi malah suka.
Ini sudah paling wajar dan manusiawi, kalo ada selebgram yang suka seksi-seksi pake bikini hijrah taubat semua foto seksinya dihapus, pasti bakal disuka sama yang dulu membencinya karena kemaksiatannya.
Jadi? dibenci/enggak itu tergantung Value hidup yang kita tampilkan ke orang lain, orang yang se Value sama kita gak akan membenci kita, kalau yang beda value? udah bisa dipastikan bakal ngebenci/gak suka.
Bicara soal kebencian, apakah itu perbuatan yang gak boleh ada didalam kehidupan ini? apa jadinya sih hidup ini kalo gak ada kebencian? kayaknya gak bakal seru deh, kurang menarik ;-p.
Karena kebencian & cinta itu masuk dalam ujian kehidupan kita, bener gak? orang kalau udah cinta apapun bisa dia lakuin, begitupun dengan benci.
Makanya dalam Islam cinta & benci ada pembahasannya, dibahas detail, rinci bersama kasus-kasusnya, kenapa? agar kita tetap bisa bersikap ADIL dan tidak saling mendzalimi.
bahkan nih kalo temen-temen rajin baca Sirah Nabawiyyah, analisis dengan baik deh bagaimana Perilaku Rasul saat berhadapaan dengan orang yang membenci beliau serta orang yang beliau cintai & benci.
Lho rasulullah membenci orang? iya ada kan penjelasannya, bahkan itu jadi syariat untuk kita, yaitu membenci perilaku orang-orang yang membenci rasulullah & Allah, serta membenci apa yang Allah & Rasul-Nya benci.
Ada kisah yang selalu saya ingat, soal bagaimana perilaku rasulullah dihadapan orang yang membenci rasul, rasul dilempari maaf tai sama Abu Lahab, terus rasul ngapain? gak ngapa-ngapain diem aja, lalu pergi ngebersihin baju beliau dirumah anak beliau Fatimah Az-Zahra Radhiyallahu anha.
Itu perilaku rasulullah dihadapan orang yang membenci beliau. Bayangin dengan kita? dilemparin maaf tai pas lagi asik asik jalan, emosi banget pasti kan? saya aja kalo diomelin pagi-pagi cuma karena lupa matiin air itu emosi banget, apalagi dilempari maaf ‘tai’. Bedain dengan sikap rasulullah pada orang-orang yahudi yang melanggar perjanjian. Sanksi Tegas.
Memang sih gak bakal ada yang kayak rasulullah, karena akhlak rasulullah itu Al-Qur'an, tapi Allah tetep merintahin kita untuk mencontoh rasulullah, Allah pasti udah tau kita gak bakal pernah bisa sama dengan rasulullah.
Tapi setidaknya kalau diibaratin lomba lari, rasulullah diurutan pertama nah kita-kita ini apakah bisa punya perbedaan jarak 10 cm, 1 m, 20m, 30 m, tentunya paling bagus jangan sampai terlalu jauh dari urutan pertama toh? nah begitulah kita berusah mengejar kesempurnaan Akhlak rasul.
Lah rasulullah tidak takut kok jadi orang yang dibenci orang lain? kenapa? karena Misi yang rasul emban, yaitu Islam. Seandainya dulu rasulullah takut dibenci karena membawa Islam, kira-kira apakah Islam akan berkembang sampai ke diri kita? enggak.
Nah sekarang pertanyaanya adalah kita, apa yang kita emban? karena setiap manusia pasti punya haters, misal kamu gak suka manusia-manusia yang suka mengkampanyekan pemikiran kufur nan sesat sejenis feminisme, liberalisme, pluralisme, komunisme, apalagi yang suka ngutak ngatik syariat Islam sesuai jidadnya, asli saya juga benci banget manusia demikian dan ooh tentu saja kamu akan dibenci orang-orang yang mengemban pemikiran itu.
Kalau kita lihat seorang selebgram yang selalu kampanye 'love yourself don’t give a f’“ to others people, let them hate you blabla’ disitu kita bisa mikir nih tukang endorse kemaksiatan aja gak takut dibenci, kenapa kalian yang mengendorse ketaatan takut dibenci orang?
Ayolah come on, dikatain sok suci dkk? bodo amat, yang maksiat aja bodo amat. dikatain riya gegara posting di kajian? bodo amat, yang suka dugem aja rajin posting, dikatain ini itu gegara dakwahin jangan dekati zina? bodo amat, yang dadanya dicubit dan minta dikencengin cubitannya aja masih eksis :-p, kenapa situ yang mau taat malah ketakutan dengan hujatan orang?
Be brave, selow, santuy, dan keep calm macem ustad Zainullah Musllim pas di geruduk ban serep.
October
L.M. Montgomery - Anne of Avonlea, Carole Maso - The Art Lover, Louise Gluck - Averno: "October," Leif Enger - Peace Like a River, Van Gogh - Avenue of Poplars in Autumn, Personal Photo, Mary Oliver - Song for Autumn, Dulce María Loynaz – Absolute Solitude: Selected Poems (tr. James O’Conner), A screenshot from Over the Garden Wall, Carol Bishop Hipps - "October," Angela Carter - Burning Your Boats: The Collected Short Stories, Personal Photo, Cy Twombly - Autumn, Rainer Maria Rilke - "Autumn," Alejandra Pizarnik - Extracting the Stone of Madness (Tr. Yvette Siegnert)
Real love for Allah means you are willing to make sacrifices to protect your faith regardless of what it is you have to give up. Love for Allah should always be greater than a temporary desire to sin
Tersadar betapa mendangkalnya diri ini, akibat terlalu banyak konsumsi konten bergizi rendah.
Konten kecil, ringan, renyah, gurih atau manis, namun terus menerus memenuhi isi kepala. Menyisakan sedikit saja ruang untuk hal yang bergizi tinggi.
Mungkin itulah mengapa belakangan lemah sekali dorongan saya untuk menulis—sebab tidak ada isi yang layak dituangkan dari kepala ini.
Saya tetap membaca buku sebenarnya. Tapi saya sadar, waktu saya untuk berefleksi menjadi berkurang. Alih-alih, di waktu tersebut pikiran saya tergunakan untuk “luntang lantung” di linimasa.
Yep, selain membutuhkan asupan, pikiran pun membutuhkan ruang untuk berefleksi—untuk mengolah, menyerap, dan mendistribusikan asupan ke seluruh penjuru hidup kita.
Maka, mari kembali membuang semua hal, kecuali yang mengantarkan kita pada kepuasan hidup.
Hai pikiran, kamu ikut puasa bersama perut dan nafsu ya.
akhir-akhir ini aku sering banget komplen secara frontal ke mang gojek yang menurutku tidak memperlakukan costumer dengan baik.
ada yg pagi² helmnya masih basah, katanya bekas hujan semalem. masa iya helm basah dipakein untuk customer. aku posisi baru mau pergi jadi ogah pakai helm basah, apalagi dari semalem basahnya, kan rentan bau apek :(( kalau posisi aku udah mau pulang ke rumah mungkin gak akan aku permasalahin sampai minta ingin cancel.
"lain kali helm nya dikeringin dulu ya pak" gitu kataku, setelah bapaknya melas agar aku naik ke boncengannya. aku pergi tanpa mau pake helm. tapi di tengah jalan kita tukeran helm sih.
trus pernah kejadian bapak driver yg entah kenapa suka banget rem mendadak, beberapa kali aku perhatiin dia gak berusaha menghindar dari jalanan agak berlubang, aku diemin sih, tapi setelah dia dengan sengaja lewat jalanan yg berlubang agak gede, yg membuat motornya mendadak rem dan akunya keguncang, aku langsung komplen sih. padahal jalanan segede gaban tapi ngapain gak menghindari jalanan berlubang itu? aku gak habis pikir, apa sengaja ya agar badan aku jadi kepental ke depan nyentuh punggungnya? masalahnya gerak-geriknya sangat² mencurigakan. bapaknya alibi kalau dia gak merhatiin jalan karena ngikuti mobil di depan takut salah arah. secara logika ngapain ngikutin mobil yg di depannya? emang alamat tujuannya sama? bisa aja mobilnya lurus kita udah mau belok, kan aneh banget. kalau gak mau kesasar ya ikutin maps aja yg jelas² ngarahin ke alamat yg dituju.
capek dan jadi males banget dapat driver yg bapak bapak 🙂
Heal, so when somebody tries to love you – you let them.
lapor
Pasca aku kirim pesan ke dia pekan lalu dan mengungkapkan kerinduan aku *aelah wkwkwk, amazingly aku sudah gak kepikiran dia lagi sampai sekarang hahahaha.
ternyata bener ya perasaan itu perlu dirilis aja biar tenang 🤣😆
Ada banyak emosi yang terus menerus diarahkan kepada Rasulullah. Makian, kemarahan, perendahan harga diri, pembunuhan orang tersayang, tuduhan tidak benar, pemboikotan satu kaum, penganiayaan verbal dan fisik, serta perilaku biadab lainnya, nggak mungkin hal-hal kaya gitu nggak meninggalkan bekas trauma.
Aku, kalau jadi Rasulullah, kayanya nggak tahan untuk tetap diam. Kita sama-sama tahu, Rasulullah juga manusia, punya hati dan emosi untuk merasakan. Tapi kenapa, hal-hal traumatis itu nggak jadi penyakit hati? Nggak jadi bikin pengen balas dendam?
Rasulullah rutin me-release semua rasa sedih, rasa nggak terima, rasa pengen membalas, dan kemarahan itu dengan tahajjud. Beliau juga rutin membersihkan dirinya dari penyakit hati dengan istighfar. Beliau mampu menahan diri dari ledakan emosionalnya. "Alarmnya" nggak sesenggol bacok itu sebab ditahan oleh pemahaman yang baik tentang Allah dan manusia, dan hatinya tidak sempit karena ucapan-ucapan manusia.
Kenapa? Shalih artinya lurus, konsisten. Benar pikirannya, benar ucapannya, benar tindakannya. Ketiganya selaras dan sinkron, dan da'i memang seharusnya begitu. Mereka tidak akan mengucapkan apa yang tidak mereka perbuat.
Dan itu dimulai dengan tahajjud, yakni ibadah yang dilakukan di saat sendiri. Saat kita memang hanya ingin dilihat oleh Allah saja. Kalau udah jujur kepada Allah, artinya akan punya integritas untuk kemudian jujur dalam tindakan-tindakan yang akan dilihat manusia, sehingga meskipun tindakannya dilihat manusia, mereka tidak melakukannya untuk mengesankan manusia.
Maka diam itu benar-benar emas ketika hati ingin menjelaskan berlebihan hanya untuk membersihkan nama baik kita. Ketika kita mungkin ingin mengeluarkan muntahan emosional yang justru kadang malah merugikan martabat kita. Hanya orang-orang yang bertahajjud yang mampu tetap menahan diri dan memelihara kehormatannya saat satu dunia menyalahpahami dan mendzoliminya.
Diamlah, biarkan kekuasaan Allah yang bicara untuk meluruskan pemikiran dan ucapan orang lain yang bengkok. Diamlah, yang terpenting adalah kedudukanmu di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia. Diamlah, manusia tidak menginginkan penjelasan darimu, tetapi Allah senantiasa menginginkan perbaikan darimu. Manusia mencemarkan nama baikmu sedangkan Allah selalu menjaga aib-aibmu.
— Giza, kali ini tolong lanjutkan perjalanan sambil hanya ingin dilihat Allah
Bingung dan sedih mendengar keponakan aku yang masuk ke rumah sakit. Sakit yang cukup menyiksa untuk keponakan kecilku :((( aku hanya bisa bantu sedikit untuk dana pengobatannya 😔
Aku tahu kakakku sedang tidak baik-baik saja sekarang. Pasti sedang panik dan sedih mendalam melihat anak sulungnya sakit. Ditambah pusing dengan biayanya.
Rayyan, cepat sembuh sayang ya. Insyaallah kita lewati tahun ini dengan meninggalkan seluruh sakit yang kamu rasa, nak. Insyaallah segera sehat dan ceria lagi 🤍
Ingin ikut menunggu Rayyan di rumah sakit, ingin ikut memberikan bantuan yang sebanyak-banyaknya. Doa ammah selalu bersama Rayyan.
aku ngerasain banget gimana capeknya menjaga hati manusia, capek untuk selalu berusaha agar manusia bisa selalu seneng sama aku, takut mereka kecewa sama aku, takut mereka marah ataupun dendam.
aku juga kecewa kalau mendapati manusia yg gak menghargai aku, memandang aku sebelah, meremehkan aku.
menjaga hubungan dengan manusia itu sulit banget, apalagi manusia-manusia di luar hubungan keluarga. pengennya dihargai tapi gak mau menghargai.
jujur, aku ngerasa udah banyak mengalah sama manusia-manusia egois di sekeliling aku. tapi pada akhirnya aku mempertanyakan sendiri, buat apasih usaha aku selama ini menyenangkan mereka? toh mereka gak memikirkan perasaanku balik.
tapi setelah dipikir-pikir, karakter manusia emang seperti itu. maybe aku juga pernah jadi sosok antagonis di mata orang lain.
Allah selalu punya cara untuk menjatuhkan daun yang kering, yang akhirnya tersapu oleh mereka yang bertugas, Allah juga selalu punya cara untuk menumbuhkan tunas baru di atas tanah yang kering, bagaimana pun keadaannya. Begitu pula dengan semua harapan, mudah bagi Allah untuk membuat harapanmu mati, atau menumbuhkan harapan baru yang kamu yakini telah tiada. Semua mudah bagi Allah, tapi bagimu semuanya sulit dan rumit jika tanpa-Nya.
Segala sesuatu jika tanpa-Nya tidak akan pernah menjadi apa-apa, akan gagal dan akan hancur tiada sisa. Bagaimana bisa manusia sombong dengan usaha dan hanya mengandalkan tangannya ? Benar saja yang pertama kali Allah ajarkan kepada kita dalam kisah nabi Adam adalah soal kepatuhan, agar kita tidak sombong dengan apa yang kita miliki saat ini. Toh kita pun sebenarnya tidak memiliki, hanya dititipi.
@jndmmsyhd